Chapter 14

832 61 12
                                    

Tiga Bulan Kemudian


Bagi mereka yang awam tentang kehamilan, trimester pertama ini berlalu terlalu berat. Jika memungkinkan bahkan Yoon Gi ingin menggugurkan kandungan Ye Rin saja dibandingkan harus menghadapi perubahan mood wanita itu. Ini bukan hanya sekadar permintaan aneh-aneh calon anak mereka, melainkan ia harus terbiasa ketika Ye Rin mulai membuang apa saja yang menurutnya tidak bisa diterima indera penciuman. Yoon Gi bahkan harus berganti parfum, sabun, dan demi Tuhan. Ia bahkan tidak jadi memakai deodoran baru hanya karena Ye Rin mengatakan bahwa baunya sangat menjijikan. 

Sikap posesif yang Ye Rin tunjukkan juga merupakan sebuah hal baru bagi Yoon Gi. Mulai dari kebiasaan meneleponnya pada jam sepuluh malam untuk segera pulang, atau jika Yoon Gi benar-benar tidak bisa pulang, wanita itu akan tetap terjaga sampai batang hidung Yoon Gi terlihat di depan mata. Sebenarnya Yoon Gi baik-baik saja, hanya sedikit terkejut di awal namun kemudian bisa memaklumi. Bahkan lelaki itu tidak pernah mengeluh dan tetap membelikan semua permintaan aneh Ye Rin—termasuk ketika wanita itu meminta kue mangga dan Yoon Gi harus memotongnya sendiri, oh bahkan ia harus meminta pelayan kafe untuk memegangi ponsel saat Ye Rin memastikan bahwa Yoon Gi benar-benar memotong kuenya sendiri.

Satu-satunya hal yang tidak bisa ia terima adalah fakta bahwa Ye Rin terlihat semakin seksi dengan perut membuncit itu. Wajah yang selalu memancarkan senyum itu pun bahkan terlihat berkali-kali lipat lebih cantik. Sama sekali tidak membantu Yoon Gi—maupun adik kecilnya—untuk tetap bersikap normal di hadapan wanita menggiurkan tersebut. Ia bahkan harus benar-benar sadar bahwa kontrak mereka selesai saat Ye Rin dinyatakan mengandung. Ini sungguh sangat tidak adil, setidaknya begitulah yang diteriakkan otak kecilnya yang kelewat mencintai setiap inchi tubuh Ye Rin.

Bahkan dengan gaun bunga-bunga itu saja Yoon Gi bisa mencetak dengan jelas bagaimana indah tattoo di tulang selangka bagian kirinya. Atau bagaimana payudaranya terasa pas di kedua telapak tangan, atau lenguhan pelan Ye Rin yang membuat Yoon Gi semakin terlihat dominan. Sungguh tidak bisa diterima dengan logika. Betapa ia menginginkan Ye Rin sama seperti hari di mana Ye Rin mendapatkan puncak ovulasi. Namun sungguh sial ketika ia harus tertampik fakta sialan brengsek itu.

Yoon Gi bukanlah seorang yang akan mengingkari janji hanya demi memberi makan hormon testosteron. Terlebih di antara mereka ada hitam di atas putih dan akan sangat gila jika ia memohon demi sesuatu yang tentu saja tidak penting bagi si calon ibu tersebut. Namun kadang kala ia pun melihat Ye Rin selalu memandang beberapa detik lebih lama ke arahnya saat ia selesai mandi. Atau ketika ia tidak bisa menutupi bahwa adik kecilnya terbangun di tengah malam saat mereka sedang saling memeluk. Dan entah mengapa mereka seperti tarik ulur namun tidak pernah mengatakan maksud sebenarnya.

"Berhenti memandangku seperti itu, Yoon Gi." Ye Rin mengerucutkan bibir dari tempatnya duduk, menyadarkan Yoon Gi dari lamunan panjang tersebut. Lantas berdiri menghadap cermin seraya mengecek bagian-bagian tubuhnya yang mulai membengkak. "Memangnya aku terlihat segemuk itu karena mengandung?"

Tanpa sadar sedari tadi Yoon Gi tidak pernah melepaskan pandang. Seakan ingin melucuti pakaian yang tersisa di tubuh wanita berperut buncit itu namun setidaknya beberapa persen kewarasan masih menahan Yoon Gi untuk tidak melakukan hal tersebut. "Jika aku boleh jujur, kau bahkan terlihat seribu kali lebih seksi dengan perut buncitmu itu. Dan jika aku tidak punya pengendalian diri yang baik, aku mungkin sudah mengajakmu bercinta sejak dokter menyatakan kehamilanmu."

"Kurasa kau tidak bisa membedakan antara seksi dan tubuh membengkak karena kehamilan. Tapi, terima kasih. Pujianmu setidaknya membantuku untuk tidak membenci bagian-bagian tubuhku yang mulai seperti kelebihan lemak ini." Ye Rin berjalan mendekat. Menggigit bibir ketika lelaki itu benar-benar menggunakan ekspresi datar untuk berbicara senonoh. Namun seakan tidak gentar oleh tatapan intimidasi Yoon Gi, ia berdiri menjulang di antara kaki-kaki lelaki tersebut. Mengambil kedua tangan Yoon Gi untuk mengusap perutnya selagi ia bergerilya ke tengkuk Yoon Gi dan meremas ujung-ujung rambut mullet pria di hadapan. "Kau tahu aku sebenarnya benci mengakui bahwa beberapa bulan ini terasa kurang tanpa sentuhanmu. Aku bahkan benar-benar ragu kau masih mau bercinta denganku karena aku sedang berbadan dua. Kau tahu sendiri maksudku, tubuhku tidak indah lagi. Tapi sialan, Min Yoon Gi. Mengapa kita jadi seperti orang bodoh yang saling menginginkan tapi tidak pernah mau bertanya?"

Sweet Dreams (M)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang