Dewi dan Kun sudah sampai di taman. Mereka segera mencari tempat Taeil dan teman-temannya berkumpul.
"Oppa, annyeong" Dewi menyapa Taeil dan teman-temannya yang lain. Ia segera menaruh tasnya dan bergabung dengan para gadis yang sedang menata bunga.
"Aigoo lihatlah, wajah Dewi eonni terlihat berseri seri" goda Melda.
"Tentu saja berseri-seri dua minggu lagi Dewi dan Kun akan bertunangan" Claudia ikut menambahi.
Dewi hanya terseyum melihat tingkah teman temannya ini. Ia segera membantu membuat rangkaian bunga.
"Ngomong-ngomong, aku tidak melihat Afi dan Vivi? Kemana mereka?" tanya Dewi yang masih memotong beberapa tangkai mawar.
"Mereka sedang mengambil cincin yang tertinggal dirumah Taeil oppa" jawab Isna.
Dewi hanya mengangguk dan kembali melanjutkan kegiatannya.
"KALIAN HARUS DATANG!!" terdengar seruan Taeil dari belakang. Sontak para gadis yang sedang merangkai bunga langsung menoleh ke arah Taeil. Bahkan Dewi yang notabenya adalah adik kandung Taeil, sampai kaget msndengar teriakan Taeil.
"Ya oppa! Tidak bisakah kau lebih pelan, kenapa sampai kau berteriak hah?" Dewi yang merasa geram segera mendatangi Taeil.
"Johny dan Jaehyun, mereka menolak datang kemari" Taeil hampir melempar ponselnya saking kesalnya. Dewi segera merebut ponsel Taeil.
"Halo? Johny oppa? Bisa kau datang kemari? Aku tidak menerima penolakan ok?" setelah berbicara dengan Johny, Dewi segera mengembalikan ponsel Taeil.
"Mereka akan datang oppa, kau tenang saja" Dewi segera pergi dari hadapan Taeil dan menuju ke tempatnya semula.
Tak lama kemudian Vivi berlari ke arah mereka. Saat sudah sampai ia mencoba mengatur nafas.
"Anu itu, Taeil oppa, anuu" Vivi masih terlihat ngos-ngosan dan bicaranya tidak jelas.Setelah mencoba menyetabilkan nafasnya, Vivi mencoba untuk berbicara lagi.
"Via eonni sudah ada di taman ini".Deg!
Semua terlihat kaget dan panik. Mereka mempercepat pekerjaan mereka. Mulai dari memasang spanduk, karangan bunga dan masih banyak lagi.
"Semuanya segera bersembunyi ditempat kalian, Via sedang menuju kemari bersama Afi" Taeil segera memerintahkan teman temannya untuk bersembunyi. Tak lupa ia juga mengambil cincin yang dipegang oleh Vivi.
Terdengar suara Via dan Afi yang sedang berjalan menuju ke arahnya. "Ah, sepertinya ada yang tertinggal di mobil. Via, aku pergi ke mobil dulu ya, tunggu saja disana" Afi menunjuk kursi yang ada di tengah tengah taman.
Cukup lama Via menunggu Taeil disini, Afi juga belum kembali. Hari sudah mulai gelap dan dingin. Via berulang kali menggosokkan kedua telapak tangannya.
"Sudah lama menunggu?" Via hanya diam mematung. Ia merasa kaget karena Taeil tiba tiba berbisik tepat ditelinganya.
"Ya! Dari mana saja kau! Aku hampir mati kedinginan bodoh!".
"Ah, mian aku sedikit terlambat. Kalau begitu ayo ikut aku sebentar, tapi tutup dulu matamu".
"Kenapa harus menutup mata?".
"Karena ini kejutan sayang" Taeil segera menutup mata Via dengan kain hitam. Dengan sabar ia menuntun Via ke tempat yang sudah ditentukan.
"Sudah sampai. Tunggu dulu sayang, jangan dibuka dulu" ucap Taeil sambil menahan tangan Via yang ingin membuka penutup matanya.
"Tunggu sampai hitungan ketiga, mengerti?".
"Satu"
"Dua"
"Tiga"
Saat Via membuka penutup matanya, ia dapat melihat ada banyak foto polaroid dirinya dan Taeil. Ia melihat satu persatu foto itu, foto saat ia dan Taeil berlibur bersama, saat ulang tahunnya tahun lalu dan masih banyak lagi.
"Oppa" suara Via terdengar bergetar. Tiba-tiba ia mendengar suara nyanyian yang diiringi gitar dibelakangnya. Taeil sedang bernanyi diiringi petikan gitar dari Mark.
Setelah selesai satu lagu, Taeil segera mendatangi Via. Ia menggenggam tangan Via. "Ingat saat kita pertama kita bertemu? Saat itu aku sedang mencari sesuatu ditaman ini. Lalu aku bertemu denganmu, gadis yang membantuku menemukan foto ku yang hilang?" Via hanya mengangguk menunjukkan ia masih ingat.
"Ingat saat kencan pertama kita? Saat aku berniat untuk membuat sesuatu yang romantis tapi aku malah mengacaukannya? Ingat saat hari jadi kita yang pertama, aku memberimu tiket liburan ke Jeju?".
"Ya, ya oppa aku ingat. Saat pertama aku bertemu denganmu, saat aku membantumu mencari fotomu yang hilang. Saat kencan pertama kita dan saat hari jadi kita yang pertama, aku mengingat semuanya". Taeil semakin mengeratkan genggamannya pada tangan Via.
"Aku ingin kita melewati semua itu bersama, melewati pahit manisnya hidup bersama, tertawa dan menangis bersama. Aku ingin melihatmu menjadi orang pertama yang aku lihat saat aku terbangun dari tidurku, aku ingin tua bersamamu. Aku Moon Taeil, ingin menjadikanmu sebagai bagian terpenting dari hidupku, menjadikanmu ibu dari anak-anakku, menjadikanmu satu-satunya milikku. Via, will you merry me?" Taeil membuka kotak cincin yang ia pegang.
Tangisan Via pecah seketika, ia terharu dengan apa yang Taeil lakukan. Ia mengangguk menandakan ia berdesedia. Taeil segera memasangkan cincin itu ke jari manis Via, lalu menariknya kedalam pelukannya.
Bunyi sorakan dan konfeti mulai terdengar dari belakan Taeil. Ucapan selamat terus dilayangkan dari teman teman Taeil dan Via.
"Wahh sepertinya kita terlambat" Johny dan Jaehyun terlihat baru saja berlari. Keringat jelas mengalir dipelipis mereka.
"Hyung, selamat ya" Jaehyun memberi ucapan selamat kepada Taeil.
"Eonni, selamat karena sebentar lagi kau akan menikah" Isna, Melda, dan Vivi segera memeluk Via.
"Aku jadi ingin menikah" Mark segera menjitak kepala Haechan.
"Pikirkan dulu kuliahmu bodoh!".
"Aku juga tau tentang itu hyung!"
Setelah cukup lama berbincang Taeil memutuskan untuk mengantar Via pulang, menyisakan teman temannya yang harus rela meluangkan waktunya untuk membersihkan taman.
"Johny, Jaehyun aku ingin berbicara dengan kalian".
"Tidak perlu Taeyong, semuanya sudah jelas" Taeyong mengerjabkan matanya berulang kali.
"Apa susahnya mendengarkan penjelasan orang lain" ceplos Haechan.
"Dengan kau menyakiti Rizka dan Diana, itu menandakan kau tidak suka dengan hubungan ini".
"Kalian salah paham! Dengarkan aku dulu".
"Tidak ada yang perlu dijelaskan Lee Taeyong!" bentak Johny emosi. Hampir saja terjadi baku hantam antara Taeyong dan Johny kalau saja tidak dihentikan Hansol.
"Kalian berdua ini, berhentilah bersikap kekanakam bodoh! Johny, Jaehyun apa kalian hanya mempercayai ucapan Rizka dan Diana, jika benar apa artinya persahabtan yang kalian jalani selama ini?".
Johny dan Jaehyun saling lempar pandang, tidak ada yang berani menatap Hansol yang sedang marah.
"Baru saja kita berbahagia tadi, sekarang kalian akan menghancurkannya hah?" kemarahan Hansol terlihat memuncak, ia sudah jenuh melihat dongsaengnya ini bertengkar.
"Hyung, sudahlah" Yuta mencoba menenangkan Hansol.
"Dengarkan ini, jika sampai besok kalian tidak dapat membuktikan kalau Taeyong bersalah, maka kalian harus meminta maaf pada Taeyong. Mengerti?" Jaehyun mengangguk.
Setelah suasana mencair mereka kembali membersihkan taman dan segera pulang kerumah masing-masing.