Chronic Jombs

327 18 12
                                    

Februari, 2012

Nggak terasa, sudah malam minggu aja nih. Kalian tahu aja kan ya, kalau malam minggu itu ibarat malam keramat bagi para jomblo. Macam malam satu suro gitu.

Dan entah rejeki dari mana, malam minggu kali ini kayaknya bakal jadi salah satu malam minggu terindah dalam hidup gue--yang notabenenya adalah Jomblo Kronis.

Iya, tadi sore sebelum maghrib. Si Ucok nyamperin ke kamar, katanya dia dapat titah dari Ci Butet melalui BBM. Buat nyuruh gue ngambil HP gue yang ketinggalan tepat setelah latihan tadi sore.

Ternyata salah satu kebiasaan gue yang suka Pikun ini ada untungnya. Ternyata HP gue tadi ketinggalan di kursi panjang dekat lapangan. Terus, karena nggak ada siapa-siapa selain Ci Butet, akhirnya dialah yang dengan baik hati menyimpan HP gue.

Nggak salah memang kalau Ci Butet jadi idaman di hati gue. Hehehe

* * *

Suara jangkrik mengiringi langkah gue menuju kamar Cici Idaman. Bentar... bentar. Kok nggak ada manis-manisnya, ya. Biasanya kalau di film-film layar lebar mah bakalan diputar back song romantis yang bikin penonton pada baper masal. Lah, ini? Ya sudahlah, it's okay wae.

Akhirnya gue malanjutkan langkah gue. Kali ini juga diiringi dengan siulan merdu gue, yang dengan asyik menyenandungkan lagu Sheila On 7--Anugerah Terindah yang Pernah Kumiliki.

Asli. Lagu itu bener-bener bikin gue yang begitu terpesona dengan partner gue jadi baper berkepanjangan.

Tok Tok Tok

Gue ketuk pintu kamar itu. "Ci.. Cici. Ini saya, Owi."

Gue terdiam sebentar. Mencoba menerka-nerka, di dalam pada rame atau nggak. Ternyata, gue gak ada dengar suara-suara berisik ala cewek-cewek yang lagi ngegosip. Dan gue baru ingat, ini malam minggu, boss. Mungkin Ci Vit lagi quality time bareng teman-temannya. Eh, memangnya Ci Butet nggak ikut ya?

Gue ketuk-ketuk lagi pintu kamar itu. Tapi masih nggak ada jawaban juga dari dalam. Gue pun coba memutar kenop pintu. Ternyata pintunya nggak dikunci.

Entah dorongan dari mana. Akhirnya gue meneruskan untuk memutar kenop, lalu mendorongnya ke dalam. Pintu kamar itu pun terbuka. Gue melongo sebentar, nggak ada siapa-siapa di dalam. Tapi, kok pintunya nggak dikunci? Nggak mungkin kan kalau tidak ada manusianya nih di kamar ini.

Gue akhirnya masuk, lalu menutup pintu. Gue tahu, sebenarnya ini nggak sopan banget. Secara gua main nyelonong aja masuk ke kamar orang. Kamar gadis perawan lagi. Bisa kena siraman rohani gue kalau sampai ketahuan Kak Ichad.

Sebuah benda persegi panjang yang tergeletak manis di atas nakas sebelah tempat tidur--yang gue yakinin sebagai HP gue, membuat gue duduk manis di tempat tidur itu. Gue tahu ini pasti tempat tidur Ci Butet. Ketahuan dari aromanya, persis sama kayak aroma tubuh Ci Butet yang selalu bikin gue hampir lupa kendali diri.

Ceklek.

Gue dengar suara kenop pintu dari dalam. Gue pun menoleh ke arah sumber suara. Ternyata suara itu berasal daru pintu sebelah lemari baju, yang gue tahu itu pintu kamar mandi. Yah, secara kan semua kamar di asrama interiornya sama. Jadinya gue hapal.

Hati gue serasa sejuk sebentar setelah tahu mungkin aja itu Ci Butet. Biarin aja deh entar gue kena semprot sama dia gara-gara nyelonong masuk ke kamarnya.

Tapi apa yang terjadi selanjutnya ternyata tidak seperti yang gue bayangkan. Karena nyatanya...

* * *

Tell The Story What You SeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang