Bab. 1 (revisi)

37.1K 2K 5
                                    

Semua tamu undangan berkumpul di ruang keluarga, untuk menyaksikan mempelai pria yang akan mengucapkan ijab qobul. tampak raut tegang di wajah juga kecemasan di hati mereka. terutama keluarga pria yang sudah menunggu begitu lama sejak pagi.

pengantin pria menggenggam erat tangan ayah dari pengantin wanita "saya terima nikah dan kawinnya Adinda Zahrany binti Galih Sugiono, dengan mas kawinnya tersebut TUNAI." Dimas mengucapkan ijab qobul begitu yakin dan mantap tanpa keraguan.

Saksi dan para tamu yang hadir, mengucap syukur pada Tuhan karena acara berjalan lancar dan penuh khidmat.

di dalam sebuah kamar tampak pengantin wanita, ibu, adik juga sanak saudara yang menunggui Mempelai wanita menghela nafas lega. ucapan syukur tak henti mereka ucapkan, mata sang wanita tampak berkaca-kaca karena bahagia. kini mempelai wanita di persilahkan keluar, untuk menemui lelaki tercinta yang telah mengucap ijab qobul, yang sudah secara sah hukum dan agama menjadi suaminya.

Gadis beruntung itu bernama Adinda, datang dari dalam kamar dan di gandeng oleh adik perempuannya juga ibunya.

Lelaki itu menatap penuh kagum pada istrinya, yang tampak cantik di hari bahagia mereka. pasangan pengantin itu pun menanda tangani surat-surat nikah, Lalu Dimas mulai menyematkan cincin di jemari lentik itu.

Dinda pun melakukan hal yang sama, kemudian mencium punggung tangan suaminya sebagai tanda bakti, sementara Dimas mengecup kening sang istri.

Semua kebahagiaan itu terpancar jelas di kedua belah mempelai, bahkan adik Adinda yang juga hari ini tampil begitu cantik dan mempesona di usia belianya turut merasakan kebagiaan tersebut.

Ratna memanggil anak bungsunya, yang sibuk memfoto moment bahagia kakaknya.

"Adek sinih sebentar, Mama sama papa mau bicara." Pinta Ratna pada Rista yang sedang membidik gambar.

"Sebentar mah, tanggung"

"Sebentar aja kok, nanti biar Putra yang gantiin" terang Galih yang sudah berjalan terlebih dahulu di ikuti Ratna di belakangnya.

Rista menghela nafas, menyerahkan kameranya pada putra sepupunya lalu berjalan menyusul papa dan mamanya.

*****

"Kamu harus pilih dek, mau tinggal di sini sama mbakmu dan suaminya, atau ikut papa sama Mama ke Singapura."

Rista berpikir sesaat, kalau dirinya ikut ke Singapura bersama orang tuanya, bukankah ia harus mengulang kembali sekolahnya.
Belum lagi harus mengurus dokumen-dokumen kepindahan yang berbelit-belit, lagipula ia juga sudah dekat dengan teman-temannya saat ini.

Tapi.. memangnya tidak apa-apa tinggal dengan kakaknya, yang baru saja di peristri orang.

"Kenapa Mama sama papa nggak tinggal di sini aja?"

"Kamu kan tau dek, kantor papa di sana lagi ada masalah. Mama juga nggak bisa biarin papa tinggal sendiri, papamu kan pernah sakit parah pas jauh dari mama." Terang Ratna yang di benarkan oleh Galih dan Rista.

Rista ingat benar, saat itu papanya keluar kota seorang diri, baru sehari di luar kota tapi papanya sudah pulang lagi karena sakit. Namun sehari di rawat mamanya di rumah, papanya sudah segar bugar seperti tidak pernah sakit sebelumnya. Mereka seperti pasangan yang tak terpisahkan.

"Tapi papa sama Mama juga nggak tega tinggalin kamu sama mbakmu, kamu itukan paling susah di atur." Cibir Galih saat mengingat kenakalan anak bungsunya.

Rista menyengir tanpa rasa bersalah, maklum saja dirinya kan masih muda, masih ingin bersenang-senang dengan teman sebayanya.

"Memangnya mbak Dinda setuju." Tanyanya tak enak hati.

Mereka berdua kompak mengangguk "iya asal kamu setuju."

"Kalo kak Dimas?" Rista tak yakin kalo kakak iparnya itu setuju, mereka tidak dekat sama sekali, jadi tak enak rasanya jika tinggal di atap yang sama. Pasti rasanya akan canggung.

"Kakak iparmu itu kan cinta mati sama mbakmu, jadi apapun keinginan mbakmu pasti di setujui." Kata Ratna mengingat menantu kesayangannya itu.

"Tapi Adek jangan sekali-kali buat masalah ya, Dimas itu terkenal tegas dan disiplin di kalangan pengusaha." Terang Galih memperingati.

Rista menelan ludahnya susah payah, kakak iparnya itu memang bermuka datar dan jarang senyum, ia hanya akan tersenyum jika sudah berhadapan dengan kakaknya.

Tapi apa boleh buat, dia tidak suka tinggal di negara orang.
biarlah, toh jika dia di marahi kakaknya itu pasti akan pasang badan untuk melindunginya. Pikirnya.

"Okeh, Adek setuju." Galih dan Ratna membuang nafas lega, akhirnya mereka bisa tenang meninggalkan anak bungsunya itu.

"Ingat ya dek, jangan buat masalah. Kalau papa sama Mama dapat laporan tentang kelakuanmu, siap-siap kamu kami seret ke Singapura." Rista mencibir dalam hati mendengar ancaman mamanya. 'ckck.. memangnya aku sapi yang mau di kurban'

"Yaudah sana balik lagi ke tempat acara, pasti mbakmu sedang kelimpungan cari-cari kamu." Usir Galih membuat bibir Rista mencebik.

"Ish, tadi maksa-maksa suruh Adek kesini. Sekarang malah di usir." Dumalnya sebal.

"Kamu kaya nggak tau papamu aja dek." Ucap Ratna dengan senyum geli melihat wajah kesal putrinya.

"Iya banyakan modusnya." Galih tergelak mendengar sindiran Rista
"Hahaha.. Anak kecil tau-tau'an modus." Kekeh Ratna.

*****
"Adek darimana aja?" Benar saja begitu sampai di tempat acara, Dinda langsung mendekatinya.

"Tadi di panggil papa sama Mama, mbak." Terang Rista, membuat Dinda menghela nafas lega.

"Jadi mama sama papa, udah bilang soal mereka yang mau tinggal di singapur?" Rista mengangguk membenarkan.

"Terus Adek pilih tinggal dimana?" Rista mulai berpikir jahil dengan wajah di buat sedih, ia menatap wajah kakak kesayangannya.

"Maaf ya mbak.." wajah Dinda pun turut sedih mendengarnya.

"Maaf ya mbak.. aku pilih nyusahin mbak Dinda sama kak Dimas di sini." Rista terkikik geli mendengar ucapannya sendiri. Seketika wajah mendung Dinda berubah ceria.

"Beneran?" Sang adik mengangguk membenarkan.

"Tapi nanti kalo kak Dimas marahin Adek, mbak harus belain aku loh!"

"Ashiiiaapp" mereka tertawa bersama, lalu saling berpelukan. Tanpa memperdulikan tatapan tamu undangan.

Dimas yang melihat dari kejauhan hanya bisa tersenyum, melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajah istrinya.

_tbc_

Because Of You (Cerita lengkap di karyakarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang