Bab. 19

31.9K 1.6K 4
                                    

Dimas kembali masuk ke dalam kamarnya, ia mendesah kecewa melihat Rista yang sudah jatuh tertidur.

Intan sialan..

Wanita itu selalu saja mengganggunya, padahal Dimas sudah memberikan apa yang di inginkannya. Tetapi wanita Medusa itu tetap merasa belum cukup.

Dimas menatap wajah tertidur Rista, dan rasa bersalah itu semakin menggerogotinya. Ia harus menyelesaikan semuanya, bahkan sebelum Rista mengetahuinya kalau perlu ia akan mengancam wanita jalang itu untuk tutup mulut.

Dimas bersumpah jika sampai intan mengatakannya pada Rista, saat itu jugalah​ intan akan menerima ganjarannya.

Ia membenarkan selimut Rista yang melorot, dan memutuskan berbaring di sebelahnya. Sebisa mungkin ia akan mempertahankan keutuhan keluarga kecilnya, seperti janjinya dulu di makam Dinda.

Dimas memeluk Rista begitu erat, seakan ia takut gadis itu akan pergi darinya.

#flashback

Di dalam sebuah kamar yang cukup gelap, terlihat pakaian-pakaian berserakan di lantai, dan tampak sepasang manusia masih bergumul menyalurkan hasrat mereka.

Nafas keduanya masih memburu setelah menuntaskan kebutuhan mereka, wanita di sampingnya tanpa malu-malu merapatkan tubuh telanjangnya pada sang kekasih.

"Brian, ada yang ingin aku bicarakan padamu." Wanita itu menghela napas berusaha mengumpulkan keberaniannya.

"Hmm, ya ada apa sayang?" Dimas, Lelaki itu menciumi rambut kekasihnya. sementara tangan nakalnya menyentuh seluruh bagian tubuh wanita di sebelahnya.

"A-aku hamil" Dimas menghentikan aktifitasnya, lalu menatap wanita cantik itu tanpa berkedip. Sementara wanita di depannya menggigit bibirnya cemas, menunggu reaksi selanjutnya dari Dimas.

"Kau apa?" Tanyanya memastikan.

"I'm pregnant" cicitnya pelan, senyum manis pun terlukis dari bibir Dimas.

"Syukurlah, akhirnya aku akan punya anak. Kita akan menjadi orang tua." Dimas tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya, ia merasa menjadi lelaki paling bahagia di muka bumi.

Lelaki itu menciumi wajahnya berkali-kali, menyalurkan rasa senangnya.

"Kau tidak marah?" Tanya si wanita heran. Namun Dimas justru tersenyum menanggapinya.

"Astaga Intan, kau harus tau. Betapa bahagianya aku saat ini" katanya terus terang, sementara intan tersenyum senang. Ternyata ketakutannya tidak terbukti, Dimas justru terlihat senang.

"Setelah ini, aku akan mengajakmu ke Indonesia untuk bertemu orang tuaku, dan setelah itu kita akan menikah." Putus Dimas menggebu-gebu.

"Baiklah, aku setuju." Balas intan.

"Eiy, tentu kau harus setuju. Daaann sekarang aku ingin mengunjungi anakku." Kini Dimas sudah berada di atas intan, dan kembali menyatukan tubuh mereka dalam pusaran gairah.
Keduanya mengerang hingga menjelang pagi, Dimas tanpa henti menyentuh tubuh intan yang pasrah di bawahnya.

***

Suasana klub malam itu sangat ramai di padati oleh pengunjung, bau asap rokok serta aroma alkohol yang menyengat menjadi hal yang tidak bisa di pisahkan. Apalagi banyaknya muda-mudi yang menari, ataupun sekedar bermesraan di dalam klub itupun di anggap biasa.

Dimas memutuskan datang ke klub malam, Hanya untuk mengucapkan selamat ulang tahun pada sahabatnya. Sebenarnya tadi ia sudah bilang tidak bisa datang, namun karena Bastian merupakan sahabat dekatnya juga intan, iapun memutuskan untuk hadir dan menyampaikan berita bahagianya.

Dari kejauhan Dimas bisa melihat suasana ramai pesta, Bastian memang terkenal royal pada kekasih maupun sahabat-sahabatnya. Di situ juga ia melihat intan yang juga sedang mengobrol dengan Bastian, sepertinya mereka mengobrolkan hal penting. Rasanya juga pas sekali ia akan melamar intan di depan sahabat-sahabatnya.

"Jadi, Lo udah kasih tau Brian kalo Lo hamil anaknya?" Dimas bisa mendengar pertanyaan yang di ajukan Bastian pada intan.

Terlihat wanita itu mengangguk

"Tapi gue ngerasa bersalah banget sama dia." Wajah intan tampak sendu saat mengatakannya.

"Yaelah santai aja kali, yang penting dia mau tanggung jawab." Ujar Bastian sesekali menyesap minumannya.

"Iya, seenggaknya dia gak pengecut kaya Lo."

Bastian tertawa sejenak sebelum meneruskan kata-katanya.
"Loh kok gue, halo intan sayang. Pacar Lo itu Brian, bukan gue."

"Pacar gue emang dia, tapi yang lebih sering nyentuh gue itu Lo!!" ucap intan emosi. Sementara Dimas membeku di tempatnya.

"Ayolah tan jangan munafik, gue tau bukan cuma gue atau Brian yang pernah nyentuh Lo. Lagipula kita ngelakuin atas kesadaran dan kebutuhan."

"Brengsek, tapi cuma Lo yang gak pernah pake pengaman."

"Udahlah yang penting ada yang mau tanggung jawab, dan anak Lo akan punya ayah. lagian gue gak yakin kalo anak itu anak gue."

"Sebenarnya gue kasian sama Dimas. Dia sial banget, pengalaman pertamanya sama Lo" lelaki itu menertawakan sahabatnya​ yang bodoh juga intan si wanita jalang.

Cukup sudah apa yang di dengarnya, Dimas berdiri di hadapan mereka dengan wajah merah menahan emosi.

Mereka berdua terkesiap melihat kedatangan Dimas, terutama intan yang wajahnya sudah pucat pasi.
Dimas semakin mendekat pada keduanya.

Brugghh..
Brugghhh..
Bruugghhh..

Dimas melayangkan tinjunya ke wajah Bastian dengan seluruh tenaga. Ia masih tidak menyangka, Bastian sahabat baiknya tega menusuknya dari belakang. Selama ini ia memang curiga pada keduanya yang sangat akrab, orang-orang Bahkan mengira kalau keduanya pasangan kekasih. Namun sepertinya dirinya yang naif dan bodoh sampai di tipu habis-habisan oleh keduanya.

Bastian tidak melawan, ia salah besar berurusan dengan Dimas si pemegang sabuk hitam. Lelaki itu sudah terkapar di lantai dengan wajah mengerikan, karena banyaknya darah yang keluar dari hidung juga mulutnya. Intan merasa syok di tempatnya, ia sungguh tidak menyangka mimpi buruknya terjadi.

"B-brian ini semua salah paham" kata intan gugup, namun sepertinya Dimas enggan mendengarkan. Mata lelaki itu menyiratkan rasa marah dan kecewa.

Plak..
"Ini untuk menipuku"

Plakk..
"Dan ini untuk pengkhianatanmu"

Pipi intan terasa panas dan kebas, namun tanpa bisa di pungkiri ia juga sedih melihat kekecewaan, tersirat pada wajah Dimas yang di tujukan untuknya.

"Sayang tunggu, kau harus mendengar penjelasanku." Intan mencegah kepergian dimas dengan memegang pergelangan tangannya. Namun lelaki itu menghempaskannya begitu saja, membuat tubuh intan yang lemas limbung dan terjatuh ke lantai.

Dimas melihatnya, intan terjatuh sambil meringis memegangi perutnya. Namun Sebisa mungkin lelaki itu mengeraskan hatinya, ia memilih pergi tanpa menoleh sedikitpun.

Beberapa hari kemudian, Dimas memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan menetap di sana.
Butuh beberapa tahun untuk menyembuhkan rasa sakit hatinya, Dimas bahkan berubah menjadi lebih tertutup, dan sering mendatangi klub malam untuk bersenang-senang mencari kepuasan. Sampai akhirnya dirinya bertemu gadis lugu dan Cantik bernama adinda zahrany, Dimas bertekuk lutut bahkan bersedia menikahinya.

Hanya gadis itu tempatnya berkeluh-kesah, dimas bahkan dengan mudahnya menceritakan semua masalahnya​ pada dinda. Hingga intan kembali setelah kematian Dinda dan ia menikahi Rista, wanita itu membawakan berita bahwa ia keguguran karena Dimas yang mendorongnya. Intan bahkan bercerita jika dirinya tidak bisa memiliki anak akibat kejadian itu.
Dimas syok dan merasa bersalah padanya, lelaki itu bahkan sempat berubah sikap pada Rista. Namun siapa sangka gadis yang di kenalnya pembuat onar, dengan sabar mengurus dan merawatnya juga syifa.

Dinda memang tidak pernah salah menyuruhnya menikahi Rista, gadis belia itu sanggup membuatnya bertekuk lutut, dan jujur saja dari lubuk hatinya terdalam. ia ingin menghabiskan sisa hidupnya bersama Rista, Syifa dan anak-anak mereka nanti.

#flashback end

_tbc_

Because Of You (Cerita lengkap di karyakarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang