PROLOG
"Apa mereka sudah pergi?" Rosaline Elizabeth Wigburg meremas-remas telapak tangannya. Ia melirik Erick Montgomery; yang sejak beberapa hari terakhir menjadi salah satu tamu undangan Ayahnya.
"Aku masih melihat mereka," jawab Erick pelan. Ia baru saja melihat ke layar monitor, ia sengaja memasang kamera cctv untuk perlindungan. "Apa mereka tidak lelah?" Ia bergumam pada diri sendiri. Lalu memutuskan untuk kembali ke dalam kamar dan menemui Rose yang menerobos masuk ke kamarnya. Tadi ia baru selesai mandi, dan mengira jika layanan kamar datang untuk mengantarkan handuk yang ia minta.
Hari ini Erick melakukan kesalahan fatal yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya. Ia membuka pintu tanpa melihat terlebih dulu siapa yang datang, kesalahannya tersebut membuatnya tidak bisa leluasa di kamarnya sendiri. Ia sudah menginap di kamar tersebut sejak tiga hari terakhir, dan hari ini dirinya harus menghadiri pesta yang diadakan di ballroom utama. Tapi sepertinya rencana untuk bersiap-siap tersebut sedikit sulit untuk diwujudkan.
Sudah satu jam sejak Rosaline menangis dan memohon untuk diselamatkan. Ia sudah akan menelpon pihak hotel untuk meminta bantuan, tapi wanita itu semakin histeris dan meminta agar ia tidak menghubungi siapapun. Biasanya ia bukanlah orang yang akan mudah percaya, tapi saat melihat keputusasaan dalam mata wanita itu, Erick tidak sanggup untuk menolak permintaannya. Ia memiliki adik perempuan, dan dirinya cukup lemah jika harus berurusan dengan wanita yang polos.
"Aku rasa mereka tidak akan meninggalkan lorong; sampai menemukan orang yang mereka cari keluar dari persembunyian." Erick menatap wanita di hadapannya dengan seksama. Lalu mengajukan pertanyaan yang sejak tadi mengganggu pikirannya. "Maaf jika aku bersikap lancang, tadinya aku tidak ingin bertanya, atau ikut campur dalam urusan orang lain. Tapi mengingat ini adalah kamarku, jadi rasanya cukup adil jika Anda memberi penjelasan mengapa semua ini terjadi, apa yang Anda lakukan sampai semua pengawal Mr. Wigburg bersikap seperti itu?" Pertanyaan yang diajukan Erick membuat Rosaline menghela napas berat.
"My Lord, percayalah menjadi anak seorang Earl itu bukanlah hal yang mudah," Rosaline tersenyum masam. Ia tahu jika laki-laki yang ada di hadapannya masih termasuk orang asing, Erick adalah salah satu kenalan Ayahnya, dan mereka baru beberapa kali bertemu. "Terlebih Ayahku adalah seorang Earl yang sangat kolot."
Erick menggelengkan kepala. Sejujurnya ia merasa ngeri dengan sikap gadis yang ada di hadapannya itu. Rosaline bisa saja melarikan diri dari hotel, tapi gadis itu malah memilih bersembunyi di kamarnya. "Baiklah My Lady, saya minta maaf karena harus bersiap-siap untuk menghadiri acara Ayah Anda." Kata Erick.
"Apa kau akan mengusirku, My Lord? Aku mohon biarkan aku tetap bersembunyi di sini," Rosaline meminta bantuan pada Erick dengan percaya diri. "Saya berjanji tidak akan membuat kekacauan, setidaknya tolong biarkan saya tetap di sini sampai pesta selesai. Saya benar-benar tidak ingin hadir di sana," lanjutnya, setelah ia melihat Erick sepertinya tengah memikirkan permintaan yang ia ajukan. "Saya mohon, My Lord." Tambahnya dengan sedikit memelas.
"Baiklah, tapi tolong jangan memeriksa barang-barangku, apa kau bisa berjanji untuk tidak menyentuh apapun?" Akhirnya Erick memberi persetujuan. Raut wajah Rosaline yang memelas membuatnya kalah.
"Ya tentu saja! Saya berjanji," kata Rosaline dengan wajah sumringah. "Silakan lanjutkan kegiatan Anda, dan jangan pedulikan saya."
Lalu Erick pergi ke kamar ganti untuk berganti pakaian. Sepanjang ia merapihkan diri di dalam ruangan tersebut, isi kepala dan kata hatinya terus berperang. Di satu sisi ia ingin membawa Rosaline dan menyerahkan gadis itu kepada Mr. Wigburg, tapi logika dalam kepalanya berkata lain. Kedatangan gadis itu ke kamarnya, bisa ia manfaatkan untuk mencapai tujuannya, setelah selesai dengan pemikiran tersebut, lima belas menit kemudian Erick sudah meninggalkan kamar dengan penampilan luar biasa tampan. Ia bahkan tidak menyadari jika Rosaline yang tengah berjalan mondar mandir sempat terengah saat melihat tampilan dirinya.
~♧♧♧~
Erick awalnya menghadiri pesta dengan perasaan baik-baik saja, ia sudah berperan baik; dengan tampil sebagai seorang bangsawan keturunan Inggris yang berdarah Amerika. Namun di tengah acara seseorang mengenali dirinya. Saudara jauh Ibunya juga hadir di sana. Sejak satu tahun terakhir ia sudah resmi diangkat menjadi seorang Duke. Pewaris sebelumnya sudah meninggal dunia, dan mereka tidak memiliki anak laki-laki. Jadi menurut hukum Erick berhak untuk melanjutkan status gelar dalam keluarga besar Ibunya.
Ia masih bisa tampil dengan baik, bersikap ramah dan santai ketika berbincang dengan pemilik acara dan tamu-tamu lain. Tapi di sisi lain ia harus menghubungi Mr. Dallas, laki-laki itu harus mencari cara untuk menutupi kebocoran mengenai identitasnya. Ia mengirimkan pesan teks pada Mr. Dallas dan meminta laki-laki itu segera memikirkan solusinya, diluar dugaan Mr. Dallas langsung menelpon, hal tersebut langsung membuat perasaan Erick campur aduk. Ia tidak pernah dihubungi seperti itu jika sedang bertugas, kecuali memang jika ada keadaan atau kabar yang mendesak.
"Ada apa? Apa kau menghubungiku karena masalah hal yang kukatakan barusan?" Erick bertanya dengan suara tenang. Saat ini ia sudah berada di luar ruangan dekat rumah kaca, matanya mengelilingi sekitar dengan awas. Ia harus memastikan jika tidak ada seseorang di sana dan menguping pembicaraannya.
"Aku minta maaf, tapi aku harus menyampaikan hal ini," kata Mr. Dallas. Erick mendengar laki-laki itu menghela napas berat sebelum melanjutkan. Dan Erick bersiap untuk menerima kabar yang terburuk. "Adikmu...."
"Ada apa dengannya? Cepat katakan!" Erick mulai merasa tidak sabar. "Apa dia baik-baik saja?"
"Dia berada di rumah sakit, dan sedang dalam proses untuk melahirkan anak kedua, tapi...," lagi-lagi Mr. Dallas berhenti bicara.
"Demi Tuhan! Katakan saja apa yang terjadi!" Erick sudah berjalan mondar mandir sambil dikelilingi aura suram.
"Dia menolak untuk oprasi, sementara jika melahirkan normal terlalu beresiko baginya." Akhirnya Mr. Dallas menuntaskan informasi yang sejak tadi ditahannya.
"Oh Tuhan...," Erick langsung mengerang, sementara satu tangannya memijat kepala. "Biarkan aku bicara dengan mereka, tolong sambungkan aku dengan Andrew!" Ia meminta sesuatu yang cukup mustahil untuk didapatkan. Peraturannya setiap kali ia bertugas, maka dirinya dilarang untuk terhubung dengan dunia luar. Siapapun itu termasuk keluarganya sendiri.
"Aku akan menghubungimu seperti biasa jika sudah ada kabar terbaru," lalu Mr. Dallas menutup panggilan dengan tidak berperasaan. Membiarkan Erick yang masih berdiri dengan perasaan tidak menentu. Sebagai seorang profesional, Erick akhirnya terpaksa menenangkan diri. Butuh 20 menit sampai ia bisa menyingkirkan bayangan Mia yang tengah kesakitan. Adiknya itu pasti tengah kesulitan, dan Andrew pasti juga berada dalam posisi yang sama. Adik iparnya itu pasti sedang membutuhkan dukungan, sementara dirinya sebagai seorang kakak, tidak bisa berbuat banyak untuk mereka. Dan hal tersebut membuat Erick sangat kesal.
"Sial! Seharusnya aku ada di Amerika sekarang, dan bukannya di sini," Erick mengutuk keberadaannya saat ini. Ia sedang dalam tugas, dan sudah beberapa hari hadir dalam pesta yang diadakan oleh Mr. Wigburg di London.
Erick kembali ke pesta, Mr. Wigburg mengadakan jamuan private untuk minum bersama. Ia mengambil kesempatan tersebut, dan berharap mendapatkan informasi tambahan. Namun Erick tidak menyadari bahaya yang tengah mengintainya, selama sesi minum bersama itu berlangsung, ia tidak menyadari jika minuman yang diteguknya telah dicampur obat oleh seseorang.
Obat yang membuatnya hilang akal, obat yang membawanya pada sesuatu yang tidak seharusnya. Bahkan ia harus kembali ke kamar dengan keadaan linglung, kesadaran yang dimilikinya mulai tergerus, dan ketika ia menemukan seseorang tertidur di ranjang kamar hotelnya, selanjutnya yang ia ingat hanya sentuhan panas dari kulit mereka yang saling beradu, serta suara desahan yang memenuhi ruangan. Lalu ia mendengar wanita itu menjerit nikmat dalam pelukannya, disusul dengan kenikmatan bertubi-tubi yang menggetarkan sekujur tubuh ketika dirinya mencapai kepuasan.
Erick ambruk di atas gadis itu dengan berpeluh keringat, ia tidak ingat bahwa dirinya sudah menumpahkan benih ke dalam tubuh seseorang. Dan ia tidak menyadari bahwa dirinya baru saja berjalan menuju tiang gantungan. Ia baru saja melakukan sebuah kesalahan fatal yang tidak seharusnya terjadi, ia sudah melewati batas yang seharusnya tidak pernah dilewati.
***
Pagi... bang Erick akhirnya Go Public! Semoga pada suka ya. Semoga mood nulis saya juga lancar terus. Terima kasih, ditunggu vote dan komennya 😊
Note : Yang panas di bab satu ya haha. Oh iya buat yang belum baca buku satunya Wedding Conspiracy Dan buku duanya Marriage Conspiracy silahkan mampir. Si abang-abang pada punya lapak sendiri juga kok 😊
YOU ARE READING
Trapped In Conspiracy [Conspiracy Series #3]
RomanceErick Montgomery menjalani kehidupan yang ganas setelah kematian Ayahnya. Ia memilih untuk menjadi agent ghost lapangan dengan posisi paling berbahaya. Ia harus menjalani misi dengan pertumpahan darah, rasa frustasi akibat kematian sang Ayah membuat...