"Apa kau sudah sadar?" Erick melotot pada Rose yang terus menghindari tatapannya. Mereka baru saja melewati malam yang panjang dan melelahkan; bagi Erick. Efek obat sialan itu terus membuatnya harus bekerja keras, puncaknya ketika percintaan mereka yang terakhir subuh tadi. Erick merasakan darah keluar dari hidungnya. Ya, ia mimisan! Bayangkan bagaimana ia yang selalu sehat, bugar, dan penuh stamina bisa berakhir mengerikan seperti itu!
Pemikiran tersebut membuat Erick jengkel sekaligus malu. Ia merasa harga dirinya terluka, tapi mau bagaimana lagi? Ia dituntut harus memuaskan Rose sampai delapan kali dalam semalam. Bisa kalian bayangkan betapa panas dan melelahkannya itu. Travis sempat menawarkan diri untuk membantu, tapi yang benar saja. Erick lebih memilih untuk terlihat menyedihkan daripada harus melukai perasaan Rose lebih dalam.
Rose pasti tidak sadar jika kemarin ia nyaris memperkosa Travis asli. Seandainya ia terlambat masuk ke kamar dan menghentikan mereka, saat ini ia pasti membenci Travis karena sudah menyentuh Rose. Tapi diantara semua kekacauan yang terjadi, yang paling membuat Erick kesal adalah sikap Rose saat ini. Sejak mereka terbangun setengah jam lalu dengan saling memeluk, Rose bersikap seolah tidak mengenal, dan berusaha menghindari dirinya.
"Rosaline Wigburg. Berhenti bersikap seperti itu!" Akhirnya Erick kehabisan kesabaran. Ia bergerak mendekat ke atas ranjang lalu memegang pundak Rose, membuat wanita itu terkejut dan berusaha menjauh sambil menutupi diri dengan selimut. "Tidak perlu bersikap seperti itu. Aku sudah melihat semua yang ada dalam dirimu, jika kau terus bersikap diam dan pura-pura tidak mengenalku," Erick menahan wajah Rose agar menatapnya. "Aku akan mengingatkanmu semuanya, sebaiknya kau ingat jika kita sudah bercinta lebih dari 10 kali selama 24 jam terakhir."
"Aku tidak ingat itu pernah terjadi!" Rose menjawab terlalu cepat. Membuat sebuah senyuman kemenangan muncul di wajah Erick.
"Bagus, karena kau menjawab tanpa berpikir. Dapat dipastikan kau mengingat semuanya." Kata Erick.
Rose membuang wajah, lalu ia bergerak mundur saat Erick melepaskan tangan di wajahnya. "Aku ingin pulang," kata Rose pelan. "Aku tidak mengenalmu, dan aku juga tidak tahu kenapa aku bisa sampai di sini. Jadi tolong biarkan aku pergi, Sir."
"Aku tidak akan membiarkanmu melewati pintu, sebelum kita membicarakan semuanya," Erick menjawab tegas.
Mendengar jawaban Erick tersebut, Rose menghela napas berat. Lalu memaksakan diri untuk menatap laki-laki yang berusaha ia lupakan dengan sepenuh hati. "Sir, tidak ada yang perlu kita bicarakan. Jika kau meminta uang karena sudah menolongku agar tidak tidur di pinggir jalan, kau bisa bicara dengan pengacaraku. Dia akan mengurus semuanya."
"Apa kau benar-benar akan bersikap seperti ini?" Suara Erick terdengar terluka. "Apa kau benar-benar akan bersikap seolah tidak pernah ada sesuatu yang terjadi diantara kita?" Erick sudah mendorong tubuh Rose ke kepala ranjang, dan menyudutkan wanita itu dengan tubuhnya. Ia menatap tepat ke dalam mata Rose, dengan jarak wajah yang begitu dekat. Membuat deru napas mereka saling beradu. Menimbulkan getaran romansa yang berputar-putar di sekitar mereka. "Jawab aku Rosaline!" Pinta Erick dengan suara serak, lalu ia bergerak untuk mengigiti leher jenjang Rose dengan giginya. Membuat wanita itu mendesah dan bukannya menjawab.
"Men...jauh dari...ku, Sir!" Rose berusaha mengumpulkan akal sehat, tapi sisi dirinya yang lain tidak kuasa untuk mendorong Erick agar menjauh. "Ku...mo...hon," rengeknya. Tapi tubuh dan pikirannya tidak sejalan, karena saat ini ia malah membalas ciuman Erick dengan bersemangat. Entah itu karena efek obat yang masih tersisa, atau memang karena dirinya tidak bisa menahan diri terhadap Erick.
"Apa semalaman belum cukup?" Suara Travis sontak membuat Rose mendorong Erick menjauh. Membuat Erick terjungkal ke bawah ranjang dengan suara berdebam.
YOU ARE READING
Trapped In Conspiracy [Conspiracy Series #3]
RomanceErick Montgomery menjalani kehidupan yang ganas setelah kematian Ayahnya. Ia memilih untuk menjadi agent ghost lapangan dengan posisi paling berbahaya. Ia harus menjalani misi dengan pertumpahan darah, rasa frustasi akibat kematian sang Ayah membuat...