--satu terungkap--

212 19 1
                                    

Sulli pov
Weekend. Menyenangkan memang untuk beberapa orang, pergi bersama orang lain, kencan, atau sekedar menghibur diri.

Sekarang aku ada di rumah eun ji, seperti janji yang telah kami buat.

Dapat ku lihat Sekarang, seseorang berjalan mendekati ku Dengan sedikit berlari.

"Akhirnya kamu sampai! Bagaimana? Apa sulit menemukan rumahku? Maaf, lain kali aku yang akan main ke rumah mu. Hehehe"

entah kenapa menurutku, Eun ji adalah seseorang yang tidak menilai teman dari apapun.

Bahkan saat ini kita baru saja kenal, karena aku baru saja pindah sekolah. Namun Eun ji sudah seperti lama mengenalku.

"Ani, gwenchana. Aku tidak kesulitan, karena banyak yang mengenal keluarga mu."

"Jinja? Apa karena aku kaya... Hahaha aku bercanda"

Selain cerewet ternyata ia super percaya diri tingkat dewa.

"Terserah." Aku hanya mengendikan bahu ku. Aku tau dia hanya bercanda. Tapi aku tidak berniat menanggapi candaanya.

"Baiklah"

"Ayo!Kita kerjakan tugas ini bersama! Berikan nilai terbaik, aku yakin kita akan menjadi yang terbaik. Mereka akan iri pada kita. Hehehe, kajja!"
Ia segera menarik tangan ku dan berlari yang otomatis aku juga ikut berlari.

Ia berlari dengan kencang di rumah luas ini. Aku juga sedikit kewalahan menghadapi tingkahnya. Benar-benar seperti anak kecil.

Aneh, aku mulai merasa nyaman padanya. Bahkan aku tidak memaki saat ia seenaknya menarik tanganku

Tibalah kami di kamarnya. Cukup luas seperti kamarku.

"Ayo kita kerjakan, setelah kau menyelesaikan bagian satu aku akan langsung mengerjakan yang kedua. Setelah itu kita susun. Bersama-sama.oke!"

Aku hanya mengangguk. Tak menunggu lama, aku mencari posisi senyaman mungkin di ranjangnya.

Segera ku kerjakan dengan cekatan dan cepat​ bagianku. Jika ku lihat ia sedikit kesusahan, secara reflek aku membantunya.

Kami membuat buku cerita dengan gambar 3 dimensi. Setelah kugabungkan milik ku dengan nya maka tugas kami selesai.

Author pov

"Fyuh. Akhirnya selesai. Bagaimana denganmu Sulli-ya?"

Sulli yang mendengar itu pun segera menyerahkan hasil pekerjaanya. Hasil dari kelompok mereka segera dibuat Eun ji mainan.

Di terbangkan layaknya burung. Sulli hanya menggeleng melihat kelakuannya. Namun tiba-tiba Eun ji menyenggol gelas di atas nakas, sehingga gelas tersebut akan jatuh.

Namun belom sampai menyentuh lantai, Sulli segera melompat dari ranjang dan menangkapnya dengan sempurna. Eun ji hanya melongo menyaksikan pemandangan di depannya.

" b-bagaimana kau----" Eun ji benar-benar syok. Sulli yang menyadari nya segera menghindar. Kalau tidak ingin Eun ji berpikir macam-macam.ia tidak ingin eun ji mengetahui keampuannya.

"Ah, aku dulu belajar taekwondo. Jadi untuk kecepatan seperti ini biasa. " Terang Sulli.

"Bukan begitu sulli-ya..." Eun ji mendekat kepada Sulli.

"Masalahnya, kau begitu hebat reflek mu.. bahkan aku saja yang dekat dengan meja tidak bisa menangkapnya. Kau tahu, kau harus masuk juara dunia kalo begitu. Maksudku kau---- kau terlalu waah! Dan Daebak. Aku bahkan tidak bisa menjelaskan. Aku bersyukur memilikimu. Seolah-olah kau bisa melindungi ku. Aku bahkan berharap----"

oke, Sulli segera menutup telinga dan berjalan menjauhi Eun ji yang masih mengoceh.

Sungguh,ia benar-benar cerewet. Sulli berjalan menuju pintu untuk mengambil minum di dapur. Biarlah ia tanya pelayan, dari pada menunggu ceramah Eun ji.

Kkrriieet

Sulli bahkan belum menyentuh gagang nya. Namun pintu sudah terbuka.

Ya, orang lain membukanya. Namun bukan pintu yang menjadi masalah. Tapi seseorang yang muncul dibalik pintu.

Sulli benar-benar syok untuk berkata-kata. Ia hanya terdiam mematung di depan orang tersebut. Orang tersebut juga benar-benar terkejut. Ia benar-benar tidak menyangka hal ini.

Sulli yang melihat itu pun sadar dari dirinya yang sempat mematung. Bahkan Eun ji segera menghentikan ceramahnya sesaat setelah melihat siapa yang membuka pintu.

"Kakak?"

Suasana tambah menegang saat eun ji mengeluarkan suara. Sulli tersenyum licik,

Menarik - sulli

sang pembuka pintu pun hanya mematung dan menatap kedua perempuan tersebut bergantian, sedangkan Eun ji bingung antara apa yang terjadi dan apa yang harus ia lakukan.

Oh tuhan, ada apa ini?- eun ji

Suara batin Eun ji berdoa. Ia benar-benar mengharapkan semua baik-baik saja. Ia tidak mau kejadian 3 tahun lalu terulang. Dan kejadian itu pun bermula persis seperti hari ini.
.
.
.
.
.

Between your destinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang