"Eun ji-ya!!!"
Bayang-bayang dua anak kecil yang berlarian di taman, seolah mereka lah seorang pemilik taman. Semuanya penuh dengan tawa dan kebahagiaan. Melupakan apa yang mereka lalui sebelum ini. Mereka hanya saling melindungi dan tersenyum bersama. Hingga suatu janji terucapkan
"Oppa, bagaimana kalau kita berjanji. Ne?"
"Janji? Kenapa harus berjanji, memang kita akan terpisah? Kita tidak akan terpisah, bahkan saat besar nanti, aku yang akan mengantar mu ke altar. Ne!"
"Aish, aku masih kecil. Kenapa membahas pernikahan? Menyebalkan"
"Entahlah, hehehe"
"Oppa! Aku serius! Aku akan berjanji dulu. Aku Eun Ji, berjanji akan bersama junmyeon oppa bahkan sampai maut memisahkan kita. Aku akan bersamanya saat sakit, sehat ,senang, susah dan setiap saat hanya saling melindungi dan mencintai. " Ucap Eun Ji mantap
Eun Ji tersenyum ke arah kakaknya, junmyeon. Yang di tatap pun hanya terkekeh dan tersenyum manis. Dia menggenggam tangan adik kecilnya. Dia mulai menghirup udara yang segar, dan mengucapkan janji layaknya eun ji tadi.
"Aku, junmyeon. Berjanji akan bersama Eun Ji ku tersayang bahkan sampai maut memisahkan. Aku akan bersamanya saat sakit, sehat, senang, susah dan setiap saat hanya saling melindungi dan mencintai. Janji. "
Dan mereka tertawa bersama bahkan seolah-olah angin yang datang ikut membelai janji yang mereka ucapkan
.
.
.
Tes
Tes
TesAir mata mengalir di wajah manis Eun Ji. Mengingat apa yang dia lakukan 10 tahun lalu. Semua baik-baik saja sampai seseorang datang menghancurkan segalanya.
Merebut kebahagiaan nya, melenyapkan dua orang yang disayangi nya, bahkan ibu nya yang tidak bersalah pun sekarang memiliki gangguan mental. Benar-benar gila. Semua itu karena 1 nama.
Kim taehyung
"Aku tidak tahu apa yang akan dilakukan bajingan itu lagi kepada keluarga ku. "
Bahkan suara musik yang berdentum tidak mereda kan amarahnya. Yang ia benci adalah ia tidak tahu apa yang harus dilakukan nya. Bahkan dulu ia begitu menyayangi kakak nya satu itu, seolah semua perkataan yang buruk tentang nya ia tepis. Ia benar-benar terpesona akan Kim taehyung. Sampai ia begitu menyesal saat kakak yang selama ini menjaganya meninggalkan dirinya. Bahkan janji yang mereka buat seolah ikut ditelan bumi bersama kematian kakaknya.
Beralih dari lamunan, ia mulai menuangkan bir ke dalam gelas. Kakaknya, Kim taehyung baru saja menelpon kalau ia tidak akan pulang malam ini.
Eun ji masih meminum bir nya dengan senyum mirisnya.
Ia pasti bersenang-senang dengan jalang lain disana. Dasar iblis
Batin hanyalah batin. Semua ini seolah sia-sia. Bir yang ia minum tidak meredakan amarahnya.
Baru saja ia akan kembali menuangkan bir ke mulutnya, sebuah suara menginterupsi.
"Hei nona, terlalu banyak bir tidak baik untuk kesehatan mu hm."
Eun Ji mendongak dengan susah payah. Matanya sudah mulai buram. Namun ia mengacuhkan suara laki-laki tadi.
"Ish, minggir. Aku mau minum atau tidak itu bukan urusanmu. Arraseo!"
Eun Ji merebut kembali bir nya dari tangan pemuda itu, jika ia tidak mabuk sekarang sudah dipastikan ia akan terpesona oleh pemuda tersebut.
Eun Ji berjalan dengan susah payah dan sempoyongan keluar club. Dapat ia lihat ini sudah benar-benar larut malam.
"Hei, ijinkan aku mengantar mu. Okay'!"
Pemuda tadi mengikuti Eun Ji. Eun Ji hanya memandangi nya tanpa niat.
"Tidak, terimakasih. Kau beri saja perhatian mu itu pada wanita jalang yang lain. Aku tidak mau."
Yang di ajak bicara pun hanya terkekeh.
"Baiklah, aku menyerah"
Tidak konsisten, pemuda tadi justru maju menolong Eun Ji yang kesulitan membuka mobilnya.
Akhirnya ia menempatkan Eun Ji di kursi penumpang sementara ia di kursi pengemudi. Eun Ji terlihat pasrah. Ia mulai terlelap, sepertinya alkohol berpengaruh besar.
Sang pengemudi hanya tersenyum puas dan menjalankan mobil dengan santai.
Pemuda tersebut terkadang menatap Eun Ji selagi mengemudi. Mengelus rambutnya sayang, seolah-olah Eun Ji boneka yang tidak boleh rusak.
Ckckck, kau terlalu manis untuk di rusak.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between your destiny
Mystery / ThrillerHanya bercerita tentang drama dari korban kehidupan masa lalu