Seoul high school
7.30. begitulah yang tertulis di handphone seorang murid. Dia adalah sulli. Choi Sulli tepatnya. Bukan orang yang populer sebenarnya, karena ia mencoba tidak terlalu menonjol."Apa yang mereka lakukan?"
Sulli menggumam melihat pemandangan di depannya. Sekarang ia berada di samping kamar mandi. Gudang tepatnya.
"Ah.. maafkan aku, aku benar-benar bodoh. Besok aku akan mengerjakannya dengan lebih baik. Tolong maafkan aku kali ini."
Ya, tidak salah lagi. Mereka pasti membulinya. Sudah biasa hal tersebut terjadi. Inilah hukum alam. Yang kuat menindas yang lemah.
Namun sekali lagi, sulli mengacuhkan mereka. Mereka punya urusan masing-masing. Yang ia lakukan hanya berjalan dan menyumpahi mereka dalam batinnya.
Dasar psikopat ulung
Kelas XII IPA 1
"Sulli-ya! Apakah kau bisa mengerjakan tugas ini bersama besok?" Seseorang memanggil sulli dengan lembut.
"Ne, tapi dimana kita mengerjakannya? Kita akan berkelompok untuk tugas ini kan."
"Iya, di rumah ku saja. Aku akan menyiapkan bahan-bahan nya besok. Jadi kita tinggal mengerjakannya. Aku akan mengirim alamatku padamu." Sulli hanya mengangguk iya.
Mau bagaimana lagi, kali ini ia harus bekerja kelompok.
Sebenarnya ia lebih suka mandiri dalam hal apapun, tapi untuk kali ini ia hanya menurut.
Teman? Malas untuk seorang sulli baginya berteman hanya sekedar jalan-jalan dan melakukan kegiatan konyol lainnya. Lebih baik ia sendiri namun tenang tanpa harus melibatkan hubungan dengan siapapun.
Lebih tepatnya Karena Ia benci ikatan. Baginya itu mengekang dan merepotkan.
Setelah membuat rencana untuk besok, temannya tadi Eun ji segera pamit pada sulli.
Karena ini adalah jam pulang, dan sulli pun segera menyusul Eun ji untuk meninggalkan kelas.
Ia pulang dengan jalan kaki. Ia malas untuk hanya sekedar menunggu bus di halte. Alasannya simpel, ramai.
Skip time
Sulli pov
Hah, hari ini sedikit lelah. Tidak biasanya aku begini. Di rumah yang kelihatan megah ini, hanya ada aku bersama semua pelayan.
Cukup membosankan, memang. Aku terlalu malas keluar rumah. Karena tinggal perintah saja semua terpenuhi.
Sombong? Tentu tidak, aku bahkan ke sekolah tidak menggunakan fasilitas yang aku miliki. Ya, mobil.
Setelah membersihkan diri, aku menuju lemari di pojok ruangan ku. Kamar ku cukup luas untuk disebut kamar sebenarnya.
Aku membuka pintu lemari dengan perlahan, menekan lukisan di dinding lemari.
Dan secara otomatis menampilkan berbagai senjata dengan tingkat terbaik dan teknologi canggih, seperti pulpen beracun, samurai, pistol dan komputer peretas, serta masih banyak yang lainnya.
Bahkan tempat ini tidak mustahil untuk digunakan latihan tentara elit. Aku mengambil salah satu senjata, yaitu samurai.
Aku melihat seorang manusia tersalib di pojok ruangan, ia begitu memelas dan tersiksa. Aku mengambil penutup mata yang sering kugunakan untuk latihan seperti ini.
Aku memakainya, setelah siap, aku kembali mengarahkan samurai ku ke leher mangsaku. Hanya gelap yang ku lihat.
Terakhir aku melihat ia hanya menunduk dan lemah, tcih aku benci orang yang terlihat lemah.
"Aku benci orang yang lemah"
Kutekan setiap kata yang aku ucapkan. Dengan sekali ayunan, kuat-kuat ku huyungkan samurai ini.
Crash
Bau darah segar tercium. Cukup baik untuk ku tidak memenggal kepalanya, ku robek dadanya sampai membelah rusuk dan jantungnya. Aku hanya tersenyum miring dan puas. Kunikmati detik-detik seperti ini.
Sudah ku bilang, aku benci orang yang lemah. Berterimakasih lah aku mengakhiri penderitaan mu.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between your destiny
Misteri / ThrillerHanya bercerita tentang drama dari korban kehidupan masa lalu