Cause I Left Them, I'm Now a Betrayer?

30 6 0
                                    

Aku perlahan membuka mataku kembali. Aku segera duduk dan melihat-lihat sekitarku. Perasaanku lega, karena memang benar Aku kembali ke bumi lagi, Aku tidak benar-benar mati. Kulihat memang benar hanya beberapa manusia saja yang hidup. Keadaan gedung dan tanahnya tidak berubah, masih kacau balau dan berlubang seperti sebelumnya. Aku pun berjalan-jalan untuk mencari tempat yang cukup nyaman. Akhirnya Aku menemukan tempat aman, di sebuah lorong belakang gedung sekolah yang sudah tua.

"Ok Thanatos, waktunya membuktikan apa ucapanmu benar atau tidak tentang kekuatan yang diinginkan itu" ucapku didalam hati.

Aku tidak tahu bagaimana cara mengeluarkan kekuatanku. Yang jelas Aku tahu kekuatan yang Aku inginkan. Aku ingin menjadi ahli pedang, menggunakan dua buah pedang berbasis elemen petir, ditambah Aku ingin bisa berteleportasi jarak pendek. Itulah kekuatan yang selalu Aku impi-impikan. Akhirnya Aku menutup mataku dan mulai fokus berkonsentrasi. Aku menarik dan menghembuskan nafas dengan teratur. Tiba-tiba Aku merasakan sebuah gelombang energi seperti chakra di seluruh tubuhku. Aku pun membuka mataku. Aku terkaget. Seluruh tubuhku dikelilingi oleh chakra dan percikan-percikan petir. Karena makin penasaran Aku membuat suatu gesture dengan tanganku untuk memunculkan pedang petirku.

"Bzz.. Tskk... Bzzz.." suara percikan-percikan petir. "Znnnnggggg..." tiba-tiba keluarlah sebuah pedang petir digenggaman tanganku Aku merasa puas, senang, sekaligus gembira karena akhirnya Aku memiliki sebuah kekuatan.

"Sepertinya Aku harus mencari Radya, Gen, dan Adam. Mungkin saja mereka hidup kembali" bisikku dalam hati. Aku pun menghapus pedang petir tersebut dan bergegas mencari teman-temanku. Setelah berjalan-jalan Aku menemukan temanku, Gen.

"Gen!" seruku memanggilnya. Gen menolehkan kepalanya kearahku, ia melihatku dengan tatapan tak percaya. "Loh Hyuuya?" ujar Gen.

"Hehe.. Bagaimana keadaan mu Gen?Apa kau baik-baik saja?" tanyaku sambil menghampirinya. Aku tahu dia terlihat baik-baik saja tapi apa salahnya bertanya.

"Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?" Ia balik bertanya.

"Aku juga.. Ngomong-ngomong Gen, kekuatan mu apa? heheh" ujarku dengan nada becanda.

Gen pun menjawab dengan percaya diri "Kau ingin melihatnya? tunggu sebentar". Ia melakukan hal yang sama denganku, fokus berkonsentrasi. Tiba-tiba Gen berubah memakai pakaian besi dan senjata seperti gabungan tombak dan trisula dan muncul pula sebuah kuda jantan yang gagah dan begitu besar. Aku terpesona dengan kekuatannya, Ia tampak seperti petarung yang handal.

"Kamu sebenarnya menginginkan kekuatan seperti apa Gen?" tanyaku. Bagiku dia terlihat seperti seorang pahlawan dalam sebuah game yang kami mainkan bersama.

"Aku ingin seperti Lu Bu, haha.. Dia adalah suatu karakter dari game yang sering kumainkan" jawabnya. Sudah kuduga, ia menginginkan kekuatan seperti Lu Bu.

Gen balik bertanya padaku "Hm, bagaimana denganmu? apa kekuatan yang kau miliki?". Aku tak membalas pertanyaannya, dengan singkat Aku menunjukkan kekuatanku padanya. Gen tampak terpesona juga melihat perubahanku. Tiba-tiba ia mengajakku bertarung. "Wow, perubahanmu tidak begitu mencolok, tapi kau tampak kuat. Apa kau mau bertarung melawanku?"

Dengan percaya diri, Aku menerima ajakannya untuk bertarung. Ia pun menunggangi kuda besar itu. Pertarunganku melawan Gen pun dimulai. Pertarunganku melawannya cukup sengit. Tanpa kusadari ternyata banyak orang yang menonton kami.

"Gen.. kita terlalu menarik perhatian.. kalau begitu akan kuakhiri pertarungan ini dengan sekali tebasan". Gen tak menjawab perkataanku. Ia segera mengumpulkan chakra disekeliling tubuhnya kemudian bersiap menerjangku dengan kudanya. Akan tetapi Aku berhasil menghindarinya dengan Skill Short Teleportation milikku. Kemudian Aku menebas kaki kuda tersebut, Gen pun ikut terjatuh dengan kuda miliknya. Aku pun menon-aktifkan kekuatanku dan berkata.

"Sudahlah Gen, malu juga banyak yang nonton" ujarku. Ia pun menon-aktifkan kekuatannya juga sambil berkata. "Tadi itu apa Hyuu.. Apakah kau berpindah tempat?"

"Iya, tadi aku berteleportasi.. tapi teleportasiku hanya berjarak pendek" jawabku. Gen tersenyum kemudian berdiri kembali. Terlihat ekspresi yang menggambarkan kepuasannya setelah bertarung melawanku. Aku juga merasa puas, karena kekuatan yang aku idamkan menjadi kenyataan. Tiba-tiba ada salah satu orang yang menonton kami maju mendekati.

"Kalian terlihat kuat.. Kalau boleh tahu, siapa nama kalian?" ujar Reyne, Ketua OSIS SMA 10. "Aku Hyuuya dari kelas 12F dan ini teman sekelasku Gen" Setelah selesai perkenalan diri, suasana seketika hening. Dalam keheningan itu, tiba-tiba ada salah satu murid yang berteriak.

"Reyne! Sekarang apa yang harus kita lakukan?" ujar salah seorang murid yang tak kukenal. Kami semua akhirnya merenung. Dalam pikiranku sebaiknya SMA 10 membentuk sebuah Guild. Akhirnya Reyne menjawab pertanyaan murid tersebut.

"Kurasa sebaiknya kita membentuk sebuah organisasi khusus SMA 10.. Lalu kita akan membahas apa saja rencana kita untuk sekarang dan untuk kemudian hari" jawab Reyne.

Mendengar bahwa sekolahku akan membentuk sebuah organisasi, Aku langsung tidak tertarik. Aku segera menjawab perkataan Reyne dengan lancang"Aku tidak ikut. Maaf tapi Aku punya urusan pribadi, Aku punya rencanaku sendiri, mulai sekarang Aku akan berkelana mencari teman dari berbagai tempat, dan kalau boleh Aku akan mengunjungki SMA 10 sesekali".

Setelah Aku mengatakannya, semua murid langsung menatapku dengan sinis juga bingung. Kemudian Reyne menjawab "Maaf Hyuu.. tapi kami tidak bisa membiarkan satupun warga SMA 10 keluar".

"Kalau begitu, apa boleh buat". Sambil mengatakannya, Aku berteleportasi menjauh dari mereka. Tiba-tiba salah seorang murid melihatku dan memberitahu teman-temannya sambil berteriak.

"Oy, dia ada disana! Dia akan kabur! Kejar Dia!". Tiba-tiba beberapa murid lari mengejarku, melihat ini semua Aku pun terpaksa berlari. "Tidak kusangka mereka akan mengejarku". Tiba-tiba terdengar suara memanggil-manggil namaku dari belakang. "Oy! Hyuu! Berhenti! Hyuu!". Aku berusaha menengok ke belakang sambil berlari. Ternyata yang memanggilku adalah Radya. Syukurlah Radya juga masih hidup. Aku merasa lega teman terdekatku masih hidup. Setelah berlari cukup jauh Aku berhenti berlari, begitupula mereka. Tapi posisiku dengan meraka lumayan jauh.

"Kenapa kau memilih untuk kabur?" ujar seorang murid yang mengejarku. Sebut saja murid A.

"Penghianat!" ujar murid B.

"Sebaiknya kita lawan saja dia biar tahu rasa!" ujar murid C.

"Kita pasti bisa mengalahkannya, lihat jumlah kita" ujar murid A.

Setelah kulihat-lihat orang yang mengejarku ada 7 orang termasuk temanku Radya. Mereka semua tiba-tiba mengeluarkan kekuatannya, kecuali Radya. Ia berusaha menenangkan yang lainnya tetapi tidak berhasil. Akhirnya dimulailah pertarunganku yang kedua, yaitu melawan 6 orang sekaligus.

The Claxton CatastropheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang