Bab 9 - Gangguan

25 0 0
                                        

Michell membiarkan rambutnya yang masih basah tergerai begitu saja. Di balkon kamarnya ia bersantai dengan membaca majalah yang dibelinya beberapa hari lalu. Sesekali ia menghirup coklat hangat yang dibawa oleh Mrs Dorothy. Sepertinya apa yang baru saja dialami oleh Flou tidak membuatnya terganggu, apalagi cerita mistis yang mulai merebak di kalangan remaja-remaja itu. Baginya itu hanyalah kenyataan yang memang sedikit aneh.

"Hmm, tas yang manis", pandangan Michell terpaut pada tas berukuran sedang berwarna merah, "Sepertinya cocok dengan cardiganku". Michell kembali membuka lembar selanjutnya, menilai setiap benda yang menurutnya menarik perhatiannya. Sesekali ia tersenyum.

Tanpa disadarinya seseorang sudah mengawasinya sejak tadi.

George Michael terpaku diam di balkon kamar Flourencia, karena terpana oleh kecantikan Michell yang memukau. Tak dapat dipungkiri pertemuannya yang pertama kali dengan gadis itu telah meninggalkan kesan tersendiri di hatinya. Baginya Michell adalah gadis yang penuh pesona, hingga tanpa sadar perasaan yang meluap-luap itu sering nampak saat dia berhadapan dengan Michell.

"Hei Mike!", panggil Robin dengan suara tertahan dari dalam kamar.

Tak ada respon.

"Mike!", panggil Robin lagi dengan lebih keras.

Mike tersadar dan buru-buru mencari sumber suara, "Was gibts, Rob", jawabnya sedikit kesal.

"Komm", ajak Robin tanpa basa basi. Dari pandangannya yang penuh arti, Mike tahu kalau ada sesuatu yang ingin dikatakan Robin padanya. Sesuatu yang sepertinya sangat mendesak.

Kuharap bukan tentang kejadian yang menimpa Flou, harap Mike, Aku harus mengatakan hal ini pada Dad secepatnya.

"Marc, kami pergi dulu", beritahu Mike, "Aku takut kehadiran kami disini akan mengganggu Flou"

"Ya, aku mengerti", jawab Marc.

"Sampai nanti", sahut Bryan. Marc dan Calvin mengangguk serempak.

"Ehm, Yumi!", panggil Marc sebelum Yumi keluar dari pintu kamar.

"Ya. Ada apa, Marc?", tanya gadis itu tenang.

Bryan masih menunggu Yumi sedangkan Mike dan Robin sudah menghilang dari pandangan mata.

"Kau baik-baik saja?", Marc agak kikuk.

Yumi mengangguk, "Aku baik-baik saja", tegasnya.

"Baguslah kalau begitu"

"Kau memang tidak banyak bicara dari tadi, Yumi. Aku sendiri merasa heran", kata Calvin.

Yumi tertawa, "Benarkah? Kau ingin Flou terbangun karena ulahku, Calv? Kau yang harus bertanggung jawab", candanya.

"Tentu saja Calvin yang akan bertanggung jawab", sahut Bryan tiba-tiba, senyum aneh mengembang di bibirnya, "Aku benar kan, Calv?"

"Apa yang kau bicarakan? Aku tidak mengerti", tepis Calvin.

Yumi dan Bryan menahan tawa.

"Wajahmmu merah padam, Calv", celetuk Marc

Calvin menjadi salah tingkah, "I—itu hanya perasaanmu saja, Marc"

"Well, sepertinya aku dan Bryan harus pergi sekarang sebelum Calvin berubah menjadi tomat. Au revoir", Yumi segera menutup pintu dan terkekeh bersama dengan Bryan.

Michelll tiba-tiba saja merasa merinding tanpa sebab yang jelas, atmosfir disekelilingnya pun berubah.

Apa yang terjadi?

Michell mulai dilanda ketakutan

Tenang Michell, ini hanya perasaanmu saja. Jangan berpikir hal yang aneh-aneh. Itulah yang akan menjadi sumber ketakutanmu.

Ia berusaha mengenyahkan semua pikiran buruk yang ada di dalam otaknya. Tapi di sisi lain perasaan ngeri itu seakan melingkupinya.

Michell segera beranjak, berjuang sekuat tenaga menyeret kakinya yang semakin memberat untuk menggapai pintu balkon. Tapi suara teriakan itu dan tangan dingin yang semakin erat memegang kakinya, membuat perjuangannya menjadi sia-sia. Dengan takut-takut Michell menoleh ke bawah, ke arah kirinya yang ikut membeku. Michell terkesiap tak mampu berkata, seorang perempuan duduk meringkuk, berkulit pucat dengan rambut kusut yang setengah menutupi wajahnya yang kala itu menyeringai seram kearahnya. Bau tanah yang lembab memenuhi penciuman Michell. Gadis itu seakan membatu, ia tak mampu menggerakkan badannya sedikit pun.

Ia berpaling dengan hati-hati, menatap dengan penuh harap ke pintu kamarnya.

Siapa saja tolong aku!, jeritnya dalam hati.

Michell mulai merasa bagian belakang tubuhnya begitu dingin, Dia....

Tangan pucat dan dingin itu menyentuh pundaknya dengan perlahan. Michell bergidik, jantungnya berdegup tambah kencang. Pandangannya mulai berkunang-kunang dan tubuhnya terasa lunglai, hampir tak bertenaga.

Jangan Michel... jangan...

Michell berusaha mengumpulkan seluruh kekuatannya dan dengan satu hentakan ia berteriak, "Uit!!!!"

Disaat itulah ia merasa tubuhnya menjadi ringan, tanpa pikir panjang ia melangkahkan kakinya secepat mungkin, berlari keluar dari dalam kamar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jeopardize VillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang