Bab VI - Peringatan

17 0 0
                                    

Matahari belum terbit ketika sembilan remaja berpakaian olahraga keluar dari halaman villa. Kabut tipis berbaur dengan udara dingin yang membekukan.

"Dingin sekali", keluh Michell, "Harusnya aku menggunakan jaket yang lebih tebal", keluhnya.

Stevenya menurunkan earphone yang berada di telinga kirinya, "Tadi malam memang hujan tapi tidak terlalu lama", ujarnya menanggapi keluhan Michell.

"Aku pikir rencana lari pagi ini akan batal, karena walau tidak lama hujannya cukup deras juga"

Venya mengangguk setuju, "Akhir-akhir ini memang sering turun hujan"

"Guys! Ayo semangat!", teriak Yumi dari depan, "Banyak bergerak akan mengurangi rasa dingin!". Ia dan Mark memimpin di depan, "Ayo!", keduanya mengadu kecepatan lari masing-masing sehingga jarak mereka dengan tujuh remaja yang lain menjadi terlalu jauh

"Aku menang!", teriak Marc bangga.

"Tidak!", bantah Yumi, "Kau curang! Kau mendorongku tadi", protesnya.

"Lupakan – sekarang bisa kau katakan dimana kita sekarang?"

Yumi mengedarkan pandangannya. Mereka dikelilingi oleh pohon-pohon yang letaknya teratur, "Hutan buatan", jawabnya pasti.

"Aku rasa kita masuk terlalu dalam di hutan ini karena jalan setapaknya tidak terlihat sama sekali"

"Harusnya ada jalan setapak", gumam Yumi.

Marc mengerjap-ngerjapkan matanya, "Yumi, setahuku tidak segelap ini"

Yumi menyadari sesuatu, "Brengsek! – Marc, ayo!", ia langsung menarik Marc

"Hei! Ada apa?"

"Ikuti saja aku dan apa yang kukatakan! – Awas Mark! Merunduk!"

Mark tak banyak bicara ia mengikuti setiap perintah Yumi, ini bukan saat yang tepat untuk mengemukakan pertanyaan.

"Yumi, di depan kita ada lubang!"

"Jangan lihat itu, Mark! Itu tidak nyata!'

Mark menutup matanya saat melewati lubang yang besar itu. Keduanya jatuh terguling di pasir dingin.

"Yumi, kau baik-baik saja?"

Yumi membuka matanya perlahan. Marc? Rona kekhawatiran terlihat di wajah pemuda itu. Yumi memegang kepalanya yang sakit lalu duduk. Suara deburan ombak terasa akrab di telinganya.

Ia tertawa, "Wah pantai, Mark! Kita tiba duluan!", Yumi mengguncang-guncangkan tubuh Mark mengindahkan rasa sakit kepala yang masih bisa ditahannya. Ia membersihkan pasir yang menempel di kullitnya dan bangkit berdiri.

"Ayo Mark berpose, kau akan ku potret dan gambarmu akan kubagikan kepada semua gadis yang kukenal. Mereka pasti akan langsung tertarik kepada Mark Pieter Louise yang ganteng", Yumi terbahak.

"Ide bagus, dengan begitu daftar kencanku akan bertambah"

"Ya, jika kau mau bertemu dengan mereka di Tokyo". Keduanya tertawa.

"Hei Yumi! Kami ikut"

Bryan, Mike dan Robin bergabung bersama dengan Mark diikuti oleh Calvin, Flou, Venya dan Michell. Tidak ada satu pun diantara mereka yang tidak basah karena pada saat "pemotretan" Mark dengan isengnya mendorong teman-temannya ke air bahkan ponsel Venya hampir basah jika dia tidak sigap melemparnya ke darat, hanya earphonenya yang basah. Tapi itu tidak menjadi masalah karena ia membawa cadangan.

Mrs. Dorothy, Ernest Charon bersama "dua jamur" yang dimaksud Yumi tiba tak lama dengan mobil membawa sarapan.

"Hai!", Emily melambai girang kearah mereka, "Ayo Eli, kita sudah ketinggalan", ia menarik Eliane tak sabar.

Jeopardize VillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang