Kembali

9 1 0
                                    

Kursi-kursi tersusun rapi, panggung persigi terletak di depannya. Sofa empuk berada di atasnya serta meja yang telah dihiasi oleh bunga lengkap dengan minuman. Bangku-bangku tampak kosong sejam yang lalu tapi kini berlahan-lahan telah terisi.

Panitia acara tampak sibuk, melakukan tugasnya masing-masing. Dua orang pemuda tampak mengantri di depan meja pendaftaran. Petugas melayani ramah, petugas satunya lagi menerima telepon dan bergegas pergi.  Tidak beberapa lama kemudian sekelompok orang yang telah duduk membuat suara gaduh ketika seseorang yang mereka nantikan keluar sudut layar.

Erin melampaikan tangan dan memberi senyuman terbaiknya. Menenangkan para pembacanya. Percaya diri Erin kembali setelah melihat antusias peserta yang datang di acara peluncuran novel terbarunya.

Beberapa novelnya yang telah rilis diangkat ke layar lebar yang banyak melibatnya dalam penggarapannya. Kesibukkan Erin mengurusi film menyebabkan ia lama mengeluarkan novel terbarunya. Bukan hanya kesibukkan mengurusi film tetapi mengurus hatinya yang terjebak cinta lokasi. Para penggemarnya bertambah cepat setelah kabar ia berpacaran dengan aktor tampan Indonesia tersebar luas.

Erin memgobservasi ruangan mencari sosok yang membuatnya semakin tenar akhir-akhir ini. Tatapan Erin jatuh pada seorang yang tidak ingin ia temui. Tatapan mereka bertahan beberapa detik hingga Wisnu mengatur posisi duduknya di barisan paling depan.

Erin berusaha keras untuk mengalihkan pandangannya pada Wisnu. Tapi itu tidak berhasil ketika pembawa acara memberi kesempatan  untuk bertanya. Wisnu dengan mengajungkan tangannya bersamaan dengan peserta lainnya. Keberuntungan tidak berpihak pada Erin.

"Silakan, Mas yang menggunakan kemeja biru muda." Ujar si pembawa acara.
Erin mati-matian membunuh perasaan rindunya. Tapi hatinya tidak bisa dibohongi bahwa ia merindukan suara bass lelaki tersebut. Cara menggerak tangan ketika berbicara membuat lelaki tersebut tambah mempesona tiap peserta wanita.

Bibir Wisnu mengembang setelah ia menyampaikan pertanyaannya. Justru hal itu membuat Erin kaku di depan. Beruntung para peserta tidak menangkap kekakuan Erin karena  terpaku pada aura yang disebarkan oleh Wisnu. Erin menghirup nafas sebelum membuka suara menjawab pertanyaan Wisnu.

"Terimakasih untuk pertanyaan yang menakjubkan. Setiap penulis memiliki cara yang berbeda untuk memasukkan kisahnya di dalam novel dan seberapa dalam kisah tersebut. Untuk di novel ini saya juga memasukkan kisah saya tapi bagian yang mananya? Saya tidak akan beri tahu," jelas Erin kemudian menatap ke mata elang Wisnu seolah menikamnya dan melanjutkan, "saya berharap kisah saya tidak berakhir seperti di novel."

Ucapan Erin membuat para pembaca segera melahap novel terbarunya dan mengetahui ending cerita. Erin lebih menekankan kata ' berakhir' dan tatapan mereka berakhir.

Wisnu memperhatikan gerak-gerik Erin selama acara berlangsung. Tidak memberikan kesempatan matanya untuk beristirahat dari menatap Erin. Ia tahu bahwa Erin akan sulit ia gapai.

Erin adalah wanita yang telah menyentuh hatinya tapi tidak mau berjuang dengan perasaannya sendiri. Apa salah seorang pria yang sudah siap mental dan fisik mencintai seorang Erin. apa yang membuat perempuan malu untuk berhubungan dengan lelaki yang lebih muda darinya. Ataukah Erin memang mempunyai lelaki lain. Wisnu tampak berbaris diantrian, ia sengaja mengambil antrian baling belakang hingga ia bisa leluasa untuk menanyakan sesuatu pada Erin.

Pegal di kaki tidak menjadi kendala bagi Wisnu, menunggu dibarisan ini bukanlah hal sulit baginya. Ia telah menantikan ini sejak lama. Karena Erin pasti akan menolak bertemu dengannya. Di acara ia tidak mungkin bisa melakukan hal itu.

Antrian mulai memendek, meninggalkan beberapa orang. Dua orang gadis remaja seusia adik Wisnu terlihat sedang berbicara pada Erin, dan menampilkan wajah cerianya. Di belakang mereka berdiri seorang pemuda yang besar kemungkinan juga sama seperti Wisnu pengagum tulisan Erin tapi Wisnu lebih dari  sekadar mengagumi tulisan, ia mencintai penulisnya.

Senyum Erin hilang ketika ia memberikan novel yang sudah ia tanda tangani pada orang terakhir yang mengantri.

"Apa kabar?" Ujar Wisnu seramah mungkin.

"Baik." Jawab Erin.

Erin menunggu Wisnu berbicara tapi Wisnu mengurungkan niatnya. Seseorang dibelakang Erin tiba-tiba mencium pipinya. Erin terkejut kemudia tampak lega bahwa yang menciumnya adalah orang yang ditunggunya, pacarnya.

"Maaf telat." Kata Erik seraya memberikan sebuket bunga. Senyuman Erin mereka dan berkata, "Terimakasih, Sayang" meninggikan volume suaranya. Meskipun ia tahu Wisnu pasti mendengar. Dan Erin menginginkan Wisnu segera pergi.

"Maaf, mau minta tanda tangan ya?" Tanya Erik menyadari Wisnu yang belum beranjak.

Wisnu mengayun pelan buku yang telah ditandatangani oleh Erin. memperihatkan pada lelaki yang telah merebut Erin darinya.

"Atau ada yang mau ditanyakan sama Erin?" Tebak Erik.

"Nggak, dia sudah selesai." Sergah Erin. Wisnu mengangguk menyetujui perkataan Erin.

***

Wisnu memanuver mobilnya melintasi jalanan. Ia menyesal mengapa tidak langsung bertanya langsung. Tapi sepertinya ia tidak perlu bertanya lagi. Dari apa yang dilihat beberapa waktu lalu menandakan bahwa ciuman malam itu tidak memiliki arti bagi Erin namun tidak dengan Wisnu.

Wisnu tahu dan sadar bahwa apa yang telah lakukan malam itu tidak seharusnya ia mencium Erin yang sedang dibersihkan karang gigi olehnya. Kejadian itu sudah empat bulan berlalu dan ketika itu Wisnu belum tahu kalau Erin telah memiliki seorang pacar.

Enam bulan sebelum insiden itu terjadi. Wisnu menerima pasien yang wanita berparas cantik. Matanya tambah berbinar ketika mengetahui bahwa Wisnu sang dokter gigi adalah tetangganya waktu masa kecil, di kampung dulu. Gerakkan reflek Erin memeluk Wisnu yang tidak diduga-duga. Tangan kekar Wisnu menyelimuti tubuh mungil Erin, membalas pelukkannya. Saat itu perasaan Wisnu tidak sama lagi dengan Erin. Begitu juga sebaliknya.

Setelah kejadian itu komunikasi mereka lebih intens ditambah Erin menjadikan Wisnu sebagai narasumber karakter novel yang sedang digarapnya. Wisnu sudah tidak bisa menahan perasaan lebih lama lagi hingga kejadian itu terjadi. Wisnu tidak menyangka respon yang diberikan Erin setelah itu. Wisnu meyakini bahwa Erin menikmatinya tapi sesudah itu perilakunya tidak pernah sama lagi. Mungkin benar apa yang dikatakn Erin. itu hanya emosi sesaat.

Dan sekarang Wisnu tidak ingin berharap lebih walaupun perasaan sama Erin tidak kunjung hilang. Hingga dua bulan kemudian ia melihat Erin berdiri dihadapannya. Tidak ambil pusing dan tidak peduli apa yang akan dilakukan Erin nanti, Wisnu langsung melepaskan rasa rindunya pada Erin. Wisnu tidak menyangka Erin membalas pelukkannya.


Antologi KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang