Pemberi Luka

189 2 0
                                    

Pemberi Luka

"Kirana, lo minggu depan pergi ke femic(Festival Music)?" tanya Tesa lalu menggeser meja mendekat meja Kirana setelah dosen yang mengajar mereka bersamaan dengan mahasiswa lainnya keluar ruangan.

Kirana tidak menjawab dan memilih membereskan buku-bukunya memasukkan ke tas ranselnya. Kirana belum memutuskan pergi atau tidak, pikirannya masih terfokus pada final basket nanti sore tapi bukan ke pertandingannya melainkan orang yang hadir pada penutupan lomba basket antar jurusan di fakultas ekonomi, seseorang yang tidak ingin ia temui untuk saat ini.

"Kirana." Teriak Tessa.

"Apaan sih, Tess, teriak-teriak, gue bisa denger kali."

"Lagian lo juga, gue nanya malah dicuekin. lo pergi ke Femic kan?" Tessa bangkit dari kursi mengikuti Kirana yang lebih dulu berdiri.

"Makan yuk..." ajak Kirana menghindari menjawab pertanyaan Tessa yang ia sendiri belum tahu jawabannya.

"Kirana, gue nanya lo pergi apa gak ke Femic bukan bahas makanan." Gerutu Tessa.

"Gue butuh energi buat jawab pertanyaan lo." Ujar Kirana.

"Pertanyaan gue tidak serumit pertanyaan quiz Pak Diono tadi Kiran, Lo tinggal jawab iya atau gak." Omel Tessa tetap mengikuti jalan Kirana menuju kantin.

"Ya, karena quiz tadi gue kehabisan tenaga dan gue butuh energi buat lomba nanti sore. Femic juga masih minggu depan"

"Payah, lo." ketus Tessa memasuki kantin dan langsung duduk di salah sudut ruangan yang masih menyisahkan meja kosong untuk mereka berdua.

Berbagai wangi makanan tercium oleh indra Kirana. "Udah sana pesen, gue lagi males nih" pinta Kirana memasang wajah melas.

"Tapi lo harus nemenin gue minggu depan, okey?" gerlik Tessa.

"Itu urusan nanti deh, sekarang pesen makan dulu. Gue soto ayam ya..." ujar Kirana mendorong Tessa menuju tempat berbagai makanan terhidang. Tessa dengan langkah gontai menyetujui permintaan Kirana.

Kirana belum mau cerita tentang apa yang terjadi dengannya kepada sahabatnya itu karena ia merasa belum menemukan waktu yang tepat tapi pasti ia akan menceritakan kepada Tessa.

***

Musik di kafe kayu manis melantunkan sebuah lagu dari penyanyi luar yang Kirana sendiri tidak tahu siapa, apalagi judulnya. Jangan pernah tanyakan kepada Kirna mengenai musik terkini, musiknya ia dengar model lagu Frank Sinatra atau Micheal Buble. Lagu jadul tapi tetap eksis menurut Kirana.

Kirana dan Tessa menuju meja yang masih kosong di dekat meja bar yang memancarkan cahaya lampu memberikan kesan hangat dan cozy pada kafe ini. Seorang pramusaji menghampiri mereka dan menyerahkan buku menu lalu berbalik setelah ia mendapatkan pesanan dari Kirana dan Tessa.

Setelah tadi pagi diteror oleh Tessa untuk minta di temankan ke mall mencari baju untuk di pakai ke Femic lusa. Seharusnya pagi ini ia bisa puasi-puasin tidur mumpung lagi tanggal merah dan karena kemarin Kirana tidur sudah larut malam setelah merayakan kemenangan mereka di lomba basket. Dan tentu saja Tessa juga ikut karena ia merasa ikut andil dalam kemenangan tersebut, ia yang paling keras berteriak untuk menyemangati tim basketnya. Sebenarnya Tessa bilang ia akan ditemani oleh pacarnya tapi pacarnya mendadak tidak bisa karena harus mengikuti kegiatan di kampusnya. Alga, pacarnya Tessa tidak satu universitas dengan Tessa.

Kirana bisa saja menolak permintaan Tessa tapi tawaran untuk ditraktir di kafe Kayu Manis siapa mau menolak. Kafe favorit mereka, bahkan mereka pernah doubledate di kafe ini. Tapi sepertinya tidak ada lagi doubledate seperti dulu. Hal itu membuat Kirana membayangkan kemarin ketika final basket seseorang yang seharusnya hadir untuk memberikan kata sambutan tidak hadir pada penutupan acara lomba basket. Tidak biasanya Fikri tidak hadir, ia selalu menyempatkan hadir disetiap acara kampus untuk memberikan sambutan walau sesibuk apapun. Apakah karena Kirana ia tidak bisa hadir. Kirana mengambil kesimpulan bahwa Fikri sudah mulai menghindarinya. Seharusnya Kirana merasa lega karena seseorang yang tidak ingin temui tidak ada tapi ada bagian dari dirinya yang merasakan kecewa. Walaupun mereka berpisah berdasarkan keputusan kedua pihak.

Antologi KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang