Perkelahian

98.7K 7.7K 395
                                    

"Bertahun-tahun menanti, tapi keduluan orang lain lagi." Arshaka yang baru sadar kalau mungkin dia kurang memaksakan takdir.

******

"Nad," katanya. Lala memanggil aku. Padahal baru sebentar aku menenangkan diri di pantry sejak di marahi Arshaka.

Aku menoleh dengan malas. Lala mungkin salah mengartikan, karena dia langsung memasang wajah judes.

"Lo kerja yang bener dong," katanya tiba-tiba memarahi aku.

Ini kenapa sih semua orang hari ini memarahi aku?

"Data yang Lo kasih ke gue, ga lengkap," katanya lagi. Maksud Lala mungkin data konsumen dari proyek salah satu provider, yang awalnya di pegang mas Agus lalu di lempar ke dia.

"Gue dapatnya cuma segitu," kataku sambil menahan sabar.

"Ya terus gue harus gimana?"

Wah gila. Padahal kalau Lala mau, dia tinggal minta data lagi ke pihak sana. Dia memang cuma ingin cari gara-gara dengan aku.

"Yasudah. Nanti gue mintai lagi datanya." Aku memilih mengalah.

"Heran gue, Lo kerja disini cuma buat cari Laki apa gimana sih?"

Aku langsung memutar badan. Jelas aku tersinggung, mulut Lala ko enteng benar ya?

"Maksud Lo gimana?"
Amarahku benar-benar akan meledak. Yang di tanya tidak gentar sama sekali. Aku tidak tau, kenapa Lala begitu tidak suka dengan aku?

"Ya Lo pikir aja sendiri. Jadi janda ko gatal banget."

Anjing nih bangsat.

Plak

Tanganku melayang dan terasa ringan di udara. Lala berhasil membuat kesabaran aku habis.

Lala memegang pipinya yang memerah dan berbekas asimetris dengan tangan. Dia kaget, tapi aku tidak akan meminta maaf.

"Bitch," katanya.

"Lo berani sama gue?" dia menantang aku.

"Lo yang mulai ya La. Lo keterlaluan."

"Gue cuma memberikan fakta. Kalau Lo, janda gatal. Semua orang di kantor tau, kalau Lo simpanan pak Nata."

Untuk detik berikutnya, aku sudah kehilangan akal sehat. Aku maju, menjambak rambut Lala. Dia mengaduh kesakitan, lalu dia tak mau kalah, dia ikut-ikutan menjambak aku.

Saat kuku Lala, mencakar pipi aku. Aku mempererat jambakan rambutku. Dia menjerit kesakitan. Beberapa orang langsung berlarian ke arah pantry, dan mencoba melerai kami.

"Lepasin ga?" katanya. Bisa-bisanya dia mengancam.

"Enggak. Lo duluan yang lepasin gue." Aku tidak mau kalah. Dan Lala berubah semakin beringas. Dia mengencangkan tangannya di rambutku, lalu menariknya dengan sangat keras. Aku sampai mengaduh kesakitan.

"Udah wey udah." Aku tidak tau siapa yang melerai kami. Aku dan Lala masih dalam posisi menunduk dan saling menjambak.

"Nad, udah Nad. Lepasin Nad." Benyamin mencoba membujuk aku. Tapi aku tidak mau.

Bisa aku dengar, beberapa langkah kaki mengarah ke arah kami. Langkah-langkah kaki itu berkeliling di sekitaran kami, sambil berujar tidak jelas. Yang bisa ku tangkap hanya kata Lepasin, Udahan, Berhenti, tanpa tau siapa yang mengucapkannya.

Detik selanjutnya yang aku rasakan adalah tubuh ku melayang, di tarik paksa dari arah belakang. Begitupun dengan Lala.  Dia terseret ke arah berlawanan dengan aku.

JANDA TAPI PERAWAN (JANDA RASA PERAWAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang