Masih banyak yang lajang, masa aku suka suami orang?

85.4K 8.3K 211
                                    


Banyak orang bilang, mencintai wanita itu menyiksa. Tapi buat Arshaka yang paling menyiksa itu, menatap punggung wanita yang dia cintai di saat wanita itu menatap punggung laki-laki lain.

******

Aku mengambil cuti satu hari. Padahal aku tidak apa-apa. Tapi kata Benyamin, sebaiknya aku istirahat di rumah sambil menjernikan pikiran.

Benyamin bilang, hari ini Lala juga mengambil cuti. Kantor juga masih berisik dengan kejadian kemarin. Kata dia, hebohnya ngalah-ngalahin berita perselingkuhan artis di TV.

Benyamin memang senang melebih-lebihkan. Tapi kata dia juga, Arshaka sudah tau alasan aku menampar Lala. Akhirnya, ujung-ujungnya Arshaka tau status aku yang menjanda.

Pak Nata yang terbawa-bawa malah bersikap acuh. Dia tidak menyangkal atau membenarkan fitnahan semua orang di kantor. Aku tidak mengerti jalan pikiran laki-laki itu.

Aku bisa mengerti kalau Pak Nata mungkin menaruh rasa ke aku. Bagi Pak Nata, dia mungkin hanya ingin coba-coba mendekati wanita tidak bersuami.

Entah apa yang di lihat Pak Nata dari aku. Apa benar karena status aku, dan stigma masyarakat yang menyudutkan status aku, dia jadi ingin mencoba?

Pak Nata, karyawan senior yang menjabat sebagai kepala HRD. Usianya baru 43 tahun. Katanya, istri dan anaknya berada di kota lain.

Perawakan pak Nata, cukup lumayan untuk lelaki seusianya. Wajahnya, tidak terlalu tampan, tapi tidak jelek juga. Kalau kata anak muda jaman sekarang, istilahnya ugly medium.

Tapi seberapun menariknya Pak Nata, aku tidak mungkin menaruh hati pada laki-laki beristri.

Pantang bagiku, membuat wanita lain mengalami apa yang aku alami. Apa hebatnya, demi menanggalkan status janda, aku membuat wanita lain menjadi janda?

Besoknya ketika masuk kantor, aku berpura-pura baik-baik saja. Untungnya Lala masih cuti. Katanya dia ijin sakit. Ternyata Lala memang ratu drama.

Saat melihatku, Ben langsung mendekat. Wajahnya terlihat berseri-seri. Aku tau, dia ingin menggoda aku.

"Anjir. Lo beneran masokis," katanya menunjuk aku.

"Ini efek menjanda apa gimana Nad?" katanya mengodai aku. Aku mendelik ke arahnya, tapi Benyamin tidak terusik.

"Lo kekurangan hormon kali Nad," katanya lagi.

"Mau, gue bantu?"

"Hahahaha. Ga lucu." Aku enggan menanggapi.

"Pagi-pagi rusuh banget," kata Wina yang baru datang.

"Tau nih si Ben."

"Mbak, Lo baik - baik saja?"

Aku mengangguk. Wina terlihat lega.

"Tapi Lo hebat sih. Lala harusnya sih trauma ya," kata Wina, dia menahan tawa.

"Kan kata gue juga apa." Ben ikut-ikutan menyutujui.

"Lo ngegym ada gunanya juga." Seloroh Ben sambil lalu.

Baru saja duduk, tiba-tiba langkah kaki mendekat ke arah meja kubikelku. Aku menatap pak Nata yang sedang memperhatikan aku. Beruntung kantor masih sepi. Cuma ada aku, Ben dan Wina.

"Kamu, gak apa-apa?"
Semua orang hari ini bertanya seolah aku seorang pesakitan.

"Tidak pak. Terimakasih." Aku berusaha bersikap sopan. Bagaimanapun, beliau atasan aku. Dan aku tidak bisa apa-apa karena selama ini pak Nata tidak pernah bersikap tidak senonoh.

Dia cuma sama seperti beberapa laki-laki di kantor ini, yang menatap aku dengan cara yang entahlah, aku tidak mengerti. Atau beberapa kali, dia hanya diam diam membayarkan makanan aku di kantin bawah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JANDA TAPI PERAWAN (JANDA RASA PERAWAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang