VII.

530 9 0
                                    

"Yea. I've got some rejected before, from my ex-girlfriend. If I can be honest with you, I couldn't moving on from her until I met you. It has been too long that I couldn't moved on from her. It HAS BEEN 2 YEARS, but, only just after I met you. I think I've moved on from her. And, you've already replacing her." Ceritanya.

"Well, I'm sorry about that. But I know you'll get someone better than her. I can guarantee it."

"Thanks, Carys." Katanya tiba-tiba langsung memelukku.

"Yea, you're welcome." Kataku merangkulkan tanganku ke badannya membalas pelukannya.

Quote: "Sometimes you just have to step forward, and move on. No questions, no doubts, and no looking back......just move on!!"

***

Quote: "These violent delights have violent ends. And in their triumph die, like fire and powder. Which as they kiss, consume." - William Shakespeare, Romeo and Juliet.

**

Sekarang, aku sama Greyson on the way pulang. Sampai rumah, dia bukain pintu mobilnya dan aku turun dari mobil. Waktu aku buka pagar, aku lihat dia menatapku dari pintu mobilnya.

“Mungkin ini terakhir kalinya aku bisa kesini. Mungkin terakhir kalinya aku bisa ngeliat kamu. Mungkin, kita tidak akan ketemu lagi. Kamu tahu kan? Pasti aku akan sibuk. Pasti aku akan tidak punya waktu luang buat berkunjung kesini.” Katanya dengan raut wajah sedih.

“I know. Someday we’ll meet again, Greyson. Don’t give up to hope and dream. You know? Seperti kata kamu semalam, dreams do come true. And always do come true.” Kataku menyemangatinya.

“Ya. Can I hug you right now?”

“Sure.” Kataku mengiyakan, meredakan kesedihannya.

“Thanks for everything, Carys.” Peluknya erat.

“Ya, your welcome Greyson.” Kataku lagi. Memeluknya semakin erat. Membayangkan satu hari yang indah aku laluin bersamanya. Saat aku ke dreamworld bersamanya, saat aku memegang tangannya, saat pelukannya menyejukkanku, saat dia menyanyikan lagunya, Little London Girl. Saat kami ada di pantai, saat-saat yang membuatku lupa akan kepalaku yang suka sakit tiba-tiba.

“Greyson, makanlah dirumahku sebentar. Seharian ini pasti kamu lelah kan?” tawarku saat dia berhenti memelukku.

“Sure, of course.” Aku dan Greyson melewati pekarang rumah kecil kami dan memasuki rumah. Ayahku sudah menungguku diruang tamu.

“Hi, dad.” Sapaku.

“Where have you been?? Your brother has been looking for you. We were so worried. We’re afraid something happened to you!!!” ayahku memang suka khawatiran. Tapi aku engga menyangka dia sampai seperti ini.

“Dad, calm down. I’m fine. I mean I’m really really fine.” Setelah ayahku tenang, aku mengajak Greyson masuk ke rumah. “And, dad. I want you to meet Greyson.”

“Hello, Mr. James, nice to meet you.”

“Hi. Kamu Greyson? Greyson Chance? Artis internasional itu?”

“Ya, bisa dibilang seperti itu.”

“Tapi kenapa kamu bisa sama Carolina?”

“Destiny has made us to met.” Kata Greyson tiba-tiba merangkulku.

“Wow. My sister has a date with an international artist.” Ucap seseorang yang menyenggolku dari belakang. Tidak lain tidak bukan, kakakku.

“Apa sih!” tukasku. Mereka bertiga langsung tertawa kencang sekali. Memenuhi rumah kecilku. Aku langsung pergi ke dapur dan menyiapkan makanan. Setelah makanan sudah ku tata di meja makan, aku memanggil mereka ke ruang makan dan makan bersama.

“Well, ayah akan keluar sebentar mencari kayu untuk perapian. Chris, mau ikut?”

“No, dad. Aku dirumah saja.” Kata kakakku langsung meninggalkan piring-piring kotor bekas makan malam, dan mencucinya.

“Kalian berdua nonton tv saja dulu.” Katanya. “Ok.”

“Well, kakakmu bisa mencuci piring?” Tanya Greyson saat kami duduk di sofa ruang tv.

“Ya. Semenjak mom meninggal, kita semua harus bagi-bagi tugas rumah.”

“And look at that! Keluargamu sangat punya banyak koleksi musik.” Katanya lagi saat melirik lemari koleksiku dan ibuku.

“No, itu koleksiku dan mom. Dikeluarga, hanya aku dan mom yang menyukai musik. Tapi, semenjak mom meninggal, seleraku ke musik sedikit luntur.”

“Oh ayolah, ada aku disini. Jangan buat suasana jadi sedih, Carys.”

“Ok.” Jawabku singkat.

Dan 2 jam lamanya aku duduk di rangkulan Greyson.

Tiba-tiba, aku keingat mom. Aku melihat mom, dengan gaun putih salju yang sangat indah, menggapaikan tangannya ingin memelukku. Aku reflek langsung menghampiri mom dan ingin memeluknya. Lalu, aku dilanda sakit yang sangat di sekujur tubuhku dan kepalaku. Tapi aku tidak bisa bergerak. Dalam sekejap, aku bisa berjalan ke mom, dan memeluknya erat-erat. Rasa rinduku terluapkan sudah.

“You and I, will go to heaven, sweetheart.” Kata mom tiba-tiba. Aku terkejut. Benarkah ini? Aku? Sudah tidak hidup lagi di dunia dimana ada Greyson? Aku melihat ke belakang, melihat jasadku terbujur kaku dalam rangkulan Greyson. Saat-saat yang indah bisa bersamanya.

Tiba-tiba aku terfikir akan “second changes”. Apa orang yang tidak bernyawa boleh diberi kesempatan kedua untuk hidup, hanya untuk mengucapkan selamat tinggal kepada orang yang dia cintai? Aku mengumpulkan segala kerapuhanku, mengumpulkannya menjadi satu keberanian untuk bertanya.

“Mom, can I get second changes to life again?” tanyaku dengan segenap keberanian.

“Of course not, sweatheart. This is our places. And I can guarantee, that you’ll be happy live in paradise.” Kata ibuku sangat lembut seperti semasa hidup kita.

“But mom, what about dad? What about Chris? What about Jessy? What about everyone who I’ll leave? And…What about Greyson?” tanyaku meluapkan kesedihanku.

Aku menatap ibuku dengan wajah sedih, meminta kesempatan kedua untuk hidup selama beberapa hari. Entah kenapa ibu menjemputku secepat ini. Apa alasannya?

“My dear, I now what are you feeling about them. Tapi aku tidak sanggup melihatmu, dengan badan serapuh dirimu, menahan penyakit itu. Mom hanya ingin melepaskan kamu dari penderitaan itu.” Katanya menjelaskan.

“Disease? Penyakit apa maksudnya? Memangnya aku sakit apa? No one told me that I got disease. Not dad, not Chris. Why they were lied to me?” kataku dengan kesal.

“Calm down, sweetheart. Mereka hanya tidak ingin kamu tidak mempunyai semangat untuk hidup kalau kamu tahu penyakit ini. Makanya, mereka menyembunyikannya dari kamu.” Kata mom menenangkanku.

“Memangnya aku sakit apa, mom?” tanyaku penasaran.

“Leukimia. Dan itu turun-temurun. Kamu mendapatkan itu dari ibu. I’m sorry.” Aku terkejut mendengar perkataan mom. Jadi, di antara Chris dan aku, hanya aku yang mendapat penyakit itu? Berarti selama ini, kekhawatiran Dad dan Chris hanya karena agar aku tidak apa-apa?

“Its not your fault, mom. Tapi, izinkan aku kembali untuk waktu 7 hari saja. Aku mohon. Aku ingin mengucapkan selamat tinggal. Aku ingin…..meninggalkan kenang-kenangan untuk……Greyson.” Aku tetap membujuk mom.

“Oke. Mom akan memberikanmu waktu 3 hari.” Kata mom dengan tegas setelah lama dia berfikir.

“Thanks, mom.”

***

Quote: "Until this moment, I never understood how hard it was to lose something you never had."

Dreams Always Do Come True (A Greyson Chance Love Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang