III.

675 13 0
                                    

"Bertahanlah, Caryss!! Ambulance sudah menuju kesini. Tolong bertahanlah", suaranya semakin parau dan cemas. Seperti aku adalah seseorang yang berharga baginya...

Quote: "If we lost someone who important in our life, it'll be come again. Someone different who will important in your life"

***

 Aku terbangun ditempat yang sangat asing. Aku melihat banyak peralatan-peralatan canggih mengelilingiku. Aku tak tahu persis apa yang terjadi padaku sebelumnya. Tiba-tiba saja, cowok sleepy eyes yang tertidur di sofa di samping kasur persegi panjangku terbangun. Dia melihatku sekilas lalu tersentak, lalu mengambil kursi kecil untuknya duduk tepat disampingku.

"Cary! You're awake!!"

"Where are we?" Tanyaku masih tidak mengerti.

"Kamu ada dirumah sakit. Kamu pingsan dan tak sadarkan diri" jelasnya.

"Tak sadarkan diri?? Berapa lama??" Aku panik sampai kepalaku terasa pusing.

"Just for a couple hours"

"Are you serious? If I slept for a couple hours, why are you sleeping?" Tanyaku heran.

"Aku hanya lelah sehabis showca..umm, sehabis menggendongmu menuju ruang perawatan" jawabnya yang--sepertinya--salah bicara.

"Menggendongku? Kau tidak keberatan?" Aku mulai malu.

"No. I don't know. Aku panik sekali tadi. I don't know what to do. Saat petugas ambulance membawamu dengan lamban, ku raih saja badanmu dan aku menggendongmu"

"Well, seems I've got my superhero. Thanks a lot, Will. If that is your real name"

"What? You doubted my name?" jawabnya terkekeh.

"Yeaahh, just a little bit doubted. But I'm really really thanks to you"

"Well, you're welcome, sweetie"

"What? Kamu panggil aku apa?" Tanyaku tersentak kaget.

"Nothing. Hanya terbiasa" jawabnya bimbang.

"Terbiasa? Well, let me guess! My hero is a playboy? Perfect. Just like another boys" kataku sambil memalingkan muka.

"I'm sorry. I don't mean it. Seriously, I really don't mean it."

"Relax. Aku sudah terbiasa dengan cowok-cowok tipe.....just like you"

"But I really not a playboy. Sorry. I feel so regret." Dia benar-benar minta maaf dengan tulus. Sangat sangat tulus sampai dia memegangi tanganku terus. Very tight.

"Aww!" Aku meringis kesakitan.

"Kenapa? Kamu pusing lagi? Biar aku panggilkan dokter!"

"No. Bukan itu" sergahku.

"Then what?"

"Your hand.. Your holding my hand very very tight. Its too really hurt" jelasku malu-malu.

"Ups sorry, I don't mean to hurt it." Aku lihat wajahnya memerah.

"Its ok. Emangnya kamu engga sadar?"

"Aku sadar kok. Hanya saja..."

"Hanya apa?" Kami bertatap muka sekarang. Aku melihat wajahnya semakin dekat. Tatapan mata sleepy eyes itu semakin mendekat dengan wajahku. Bibirnya yang pink itu hampir menempel di bibirku.

Tapi tiba-tiba saja, seorang laki-laki paruh baya memasuki ruanganku. Aku melihat name tag di jas putihnya. Dia seorang dokter. Dokter ahli penyakit dalam.

Sempat bingung juga, mengapa aku yang hanya mimisan dan pingsan saja, yang menangani harus dokter penyakit dalam? Mungkin dokter-dokter yang lain sibuk.

"How do you feel?" Tanyanya ramah, jelas kepadaku.

"Feels better, doc" jawabku singkat.

"Apa ada keluhan"

"No. Nothing"

"Well, kalau begitu kau boleh pulang sekarang" kata dokter itu setelah selesai mencheck-up badanku.

"Really? Tidak besok, dok?" Sela Will dengan nada tidak setuju.

"No. That's not to necessarym and facts, she felt much better." Jelas dokter.

"Thanks, doc." Kataku dengan wajah penasaran pada Will.

"Kalau begitu, biar aku yg merapikan barang-barangmu." Nada Will yg jelas-jelas sangat kecewa. Dan dia pergi menjauhiku.

"Mmm, Carolina. Bisakah kamu datang lagi kesini?" Tanya dokter tiba-tiba.

"For what?"

"I wanna checking up you one more. Just for make it sure."

"What? Memangnya apa yang mau dipastikan?"

"Just....come to here again. Soon! I'll explain later" jawab dokter dengan logat inggrisnya sambil berjalan keluar pintu.

"Weird." Tukasku dengan suara kecil.

"So, Carolina James. Can I drive you to home?"

"What? I don't know. I'm not sure"

"You should trust me. Please...." Suara lembutnya terdengar memohon.

"Well, fine! But remember! Just for this time."

"I don't know. It'll be happen between us." Jawabnya menggoda.

"What? No way! It must be! Why?" Tukasku.

"Well, because I've planned to.......

 Quote: "Sometimes love isn't enough, and we know it, we just don't want to giving up too soon"

Dreams Always Do Come True (A Greyson Chance Love Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang