Satu hari setelah pemberitahuan dari Pelatih Aida tentang akan dilaksanakannya training camp bersama Kiseki no Sedai, satu hari pula semenjak Furihata-kun mengatakan bahwa dia akan menjadi orang yang tidak seperti yang dulu.
Masih ada waktu bagi Furihata-kun untuk mempersiapkan segala sesuatu yang dia perlukan agar bisa membuktikan perkataannya.
Melakukan menu latihan reguler dari Pelatih Aida memang bisa digunakan untuk meningkatkan kemampuannya, namun apa Furihata-kun yakin bahwa itu semua sudah cukup, bahkan hanya dalam waktu dua minggu saja? Aku rasa tidak.Jadi, Furihata-kun, setelah ini, apa yang akan kau lakukan?
===///===
“APA?! Kau mulai latihan di gym?!” Kabar eksklusif dari Furihata membuat kedua temannya terkejut dan menghentikan acara makan burger yang teronggok manis di tangan mereka.
“Oi, oi, kalian terlalu hiperbola tahu, lagipula aku tidak mengikuti menu latihan di sana, hanya jika ada waktu luang dan kesempatan, baru aku berlatih.” Jelas Furihata selagi mencolek saus dengan kentang goreng di tangannya.
“Kenapa kau bisa berfikiran untuk berlatih di gym?” Fukuda mulai bertanya selagi Kawahara masih dalam dunianya sendiri.
“Ah, soal itu, sebenarnya Pamanku selaku pemilik gym di salah satu distrik di Tokyo sedang membutuhkan bantuan, dia tidak bisa mengurus gymnya karena dia sedang ada di Amerika sampai dua minggu kedepan. Jadi dia memintaku untuk membantunya menjaga gym. Dan setelah pulang latihan ak-“
“Tu-tunggu sebentar, Furi!” Kawahara tiba-tiba saja menghentikan cerita Furihata. “Kau, jangan-jangan Pamanmu itu Kagetora-san, ayah Pelatih Aida?”
“APA?!” Fukuda hampir terseda minumannya akibat terkejut dengan pertanyaan Kawahara.
“Ha?! Tentu saja bukan, Daho!” Furihata yang kesal karena ceritanya dihentikan dengan seenaknya, kini makin sebal dengan pertanyaan konyol dari Kawahara, akibatnya pemuda dengan kepala plontos itu harus rela menerima jitakan dari Furihata.
“Ta-tapi, tadi kau bilang Pamanmu sedang di Amerika, sedangkan bukankah Kegetora-san juga memiliki gym?”
“Kau ini bodoh, ya? Ah, maaf, seharusnya aku tidak bertanya, karena kau memang bodoh. Iya kan, Furi?” Fukuda yang mendengarnya saja pun ikut kesal.
“Hah...memangnya kau pikir hanya Kagetora-san saja yang memiliki gym dan sedang pergi ke Amerika?” Saking kesalnya, kini Furihata sedikit memijat pangkal hidungnya untuk meringankan rasa pusing yang tiba-tiba datang.
“Oh...Ah, aku tahu!” seakan mendapatkan ide, Kawahara memukul kepalan tangan kanannya ke tangan kirinya, yang hanya ditatap aneh oleh Fukuda dan Furihata. “Jadi, Pamanmu itu...temannya Kagetora-san?”
“HA?!”
Furihata dan Fukuda tidak habis fikir dengan kebodohan temanya, kenapa temannya bisa sebodoh ini? Apakah terlalu berkerja keras saat latihan membuat Kawahara kehilangan akal sehatnya sedikit demi sedikit? Ataukah memang sejak awal dia tidak punya akal sehat?
“Ah, sudahlah, Furi. Kita biarkan saja orang bodoh itu.” Usul Fukuda yang ikut kesal dengan tingkah temannya.
“Furi, apa berlatih di gym bisa meningkatkan kualitas permainan kita?” Tanya Kawahara dengan polosnya.
“Kawahara, aku tahu bahwa nilai pelajaranmu lebih baik jika dibandingkan dengan nilai milik Kagami dan Kuroko. Tapi tidak ku sangka kau tidak mengerti tentang hal ini juga.” Fukuda tidak bisa tidak menyuarakan uneg-uneg tentang betapa uniknya Kawahara.
“Ha? Memangnya apa hubungannya dengan nilaiku, na, Furi?”
“Kau ini! Sudahlah lupakan tentang nilaimu. Aku akan menjelaskan dengan singkat, padat, dan jelas tentang apa yang kamu tanyakan. Jadi pastikan kau mendengarkan dan memahaminya!”
‘Fukuda, kowaii!’ Batin Furihata setelah melihat ekspresi menyeramkan Fukuda
“Jadi kalau kita melatih tubuh kita agar lebih terbentuk dan otot kita tidak kaku, otomatis pergerakan kira selama bermain basket akan semakin bagus, dan kita juga tidak akan mudah lelah. Paham?”
Dengan kalimat yag diusahakan tidak dibuat berbelit, Fukuda menjelaskan pada Kawahara. Satu sisi, Furihata memegang pundak Fukuda sambil berkata, “Otsukaresama!”
“Paham, Pak Guru!” Jawab Kawahara sambil mengangkat tangan kanan ke pelipisnya, dia hormat pada Fukuda.
“Hahhh...Ya Tuhan, apa salahku?” Meneguk habis cola miliknya, Fukuda menangis meratapi nasibnya. “Oh iya, kau tadi berkata “setelah pulang latihan”, apakah setelah pulang latihan kau langsung ke gym Pamanmu itu?”
“Iya.”
“Kau serius? Furi, apa kau tidak kelelahan? Menu latihan dari pelatih sudah cukup menguras tenaga lho. Apa kau tidak memikirkan tentang kesehatanmu?”
“Fukuda...jangan-jangan, kau menghawatirkanku?” Furihata merasa terharu karena memiliki teman sebaik Fukuda, ingin rasanya dia memeluk teman disebelahnya, “Tentu saja aku khawatir, aku tidak mau kau menjadi bodoh karena terlalu bekerja keras.” Jika saja alasan Fukuda tidak seperti itu.
Furihata heran, kenapa dia masih menjadi teman mereka. Oh iya, karena pada dasarnya mereka sudah ditakdirkan bersama menjadi bench-warmer Seirin.
“Aku juga bukan orang bodoh dengan ambisi besar yang rela melakukan latihan saat tubuhku sudah kelelahan. Aku hanya latihan saat aku rasa tubuhku masih mampu untuk latihan.”
“Tapi, apa kau yakin? Bagaimana dengan tugas sekolah?”
“Kalau masalah itu, aku menyelesaikannya sebelum latihan basket dimulai dan juga saat menjaga gym, lalu jika masih ada waktu, aku akan memanfaatkannya untuk melatih tubuhku.”
“Wah, kau hebat, Furi? Aku bangga menjadi temanmu.” Puji Kawahara yang kali ini berhasil menggunakan akal sehatnya.
“Tidak kusangka, kau pasti bekerja keras untuk membuktikan bahwa kau bukanlah seekor Chihhuahua biasa seperti dulu, kan?” Fukuda merangkul temannya seakan sedang membanggakan anaknya.
“Kau benar, Fukuda.”
“Yosh! Aku akan mendukungmu, Furi. Aku yakin kau bisa menjadi Chihuahua nomor satu di Jepang!”
*BUAGH*
“ADUH!” Fukuda meringkuk setelah mendapatkan pukulan keras di perutnya.
“Fukuda! Furi, apa yang kau lakukan? Fukuda..Fukuda, bertahanlah!” Kawahara segera menghampiri dan menolong Fukuda.
“Aku heran kenapa aku masih mau berteman dengan kalian? Tapi kali ini, memutus tali pertemanan menurutku adalah hal yang sangat tepat, untuk menjaga akal sehatku. Senang berkenalan dengan kalian, Sayounara!” Dengan langkah besar dan mantap, Furihata meninggalkan kedua orang yang masih terdiam tidak percaya dengan perkataannya, dan berjanji tidak akan melihat ke belakang lagi.
Fukuda mengangkat tangan kanannya, berusaha menggapai punggung Furihata yang sedikit demi sedikit menjauh, hingga akhirnya tidak terlihat terhalang dengan hiruk pikuk kota Tokyo. Tidak, dia tidak ingin kehilangan teman hanya karena masalah seperti ini.
“Furi..Tu-tunggu! Furi, jangan pergi! Furrii!!” Fukuda masih berusaha memanggil Furihata, dengan menarik nafas panjang.
Sekali lagi dia mencoba memanggil temannya, “Furi! Furi teme! Kau belum mengganti uang kentang dan soda bagianmu ! Oi Furi! JANGAN KABUR LO!”
Tidak ingin terkejar oleh temannya, Furihata melarikan diri dengan tubuhnya yang sudah terlatih sambil tertawa terbahak-bahak.
===///===
Jadi itu usaha yang dilakukan Furihata-kun untuk membuktikan bahwa dia bukanlah seekor Chihuahua yang diremehkan seperti waktu itu? Apakah usahanya bisa memberikan hasil sesuai dengan apa yang Furihata-kun harapkan?
Semua pasti akan bisa terjadi jika Furihata-kun benar-benar bekerja keras, aku yakin itu.
Jadi, Furihata-kun, berjuanglah! Dan aku disini akan terus mendukungmu! Dan cepat cepat jadi cahaya baru buat aku ya ;)

KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Furihata Kouki
FanfictionPerjalanan Furihata Kouki sebagai pemain basket Tim Seirin bernomor punggung 12. Setiap chapter akan dibuka dengan monolog dari tokoh random, jadi selamat menebak. Slight BL romance