•07• SAYANG-SAYANG

9 5 3
                                    

Ini bukan chapter tentang bagaimana aku mendapatkan kekasih dengan mudahnya.

Ini bukan chapter di mana aku bermimpi tentang pangeran berkuda putih, dan benar-benar bertemu di dunia nyata.

Ini bukan chapter tentang di mana ada bad boy dan introvert girl yang kemudian bertemu dan jatuh cinta.

Ini bukan cerita tentang gadis kaya, cantik, pintar, baik hati, dan ceria yang mendadak berubah jadi sombong—yang dikutuk oleh nenek-nenek—dan hanya bisa disembuhkan oleh seorang lelaki tampan berjubah emas.

Bukan, ini bukan cerita cinta, ini cerita tentang pencarian jati diri yang hilang saat berkelana ke negeri antah berantah. Ya, jati diri. Bukan belahan jiwa.

🕛🕛🕛

"Anak-anak, minggu depan, kalian akan presentasi mengenai biografi EXO dan BTS atau Blackpink. Ketik di Microsoft Word."

Apa?

Kenapa guru bahasa Indonesia mendadak jadi fangirl seperti ini?
Bu Mila tersenyum malu-malu, membuat sebagian murid bergidik ngeri mengingat usia Bu Mila yang tak lagi muda, atau istilah lainnya tua.

🕛🕛🕛

"Duh! Mana ya?" gumamku sambil jelalatan mengubek-ngubek tas. Aku sudah mencarinya, mulai dari bagian yang kecil hingga yang besar. Aku bahkan masih belum menemukannya walaupun seluruh isi tas sudah kukeluarkan.

Ting! Aha!

Aku melihat setitik cahaya keluar dari dasar tasku. Jadi ini permasalahannya, jadi flashdiskku hilang karena tas yang sudah berlubang? Mengapa aku baru tahu sekarang, padahal flashdisk itu sangat berharga. Dan tentunya itu milikku satu-satunya. Bagaimana ini, bagaimana kalau aku tidak bisa mengerjakan tugas biografi karena tidak punya flashdisk untuk menyimpan. Isi laptopku sudah cukup penuh untuk menyimpan beberapa dokumen lagi. Hanya flashdisk itulah harapanku, dan sekarang sudah hilang. Maka artinya, harapanku sudah hilang.

"Udah ketemu belum?" tanya Zara seusai aku berhenti mencari flashdisk dari dalam tasku. Aku menggeleng.

"Tenang, mungkin aja jatoh di sekitaran sini. Gue bantuin deh." ujarnya sambil mengamati lantai.

Selama dua jam kami mencarinya di sekitaran sana, tapi tetap saja tidak ketemu, dan akhirnya kami lelah, dan pulang ke rumah masing-masing.

🕛🕛🕛

Ini kedua kalinya aku mengacak-ngacak sesuatu demi menemukan benda berhargaku. Jika tadi aku mengacak-acak tas beserta kelas, maka kali ini ialah kamarku sendiri. Dan tebak, apa selanjutnya.

Flashdiskku tetap tidak ketemu.

Kesalkesalkesal.

Saking kesalnya aku sampai ingin membombardir bumi dengan segala isinya, kalau tidak ada Waktu yang menceramahiku untuk mencari baik-baik.

"Segala sesuatu itu dimulai dari kanan. Coba cari dari kanan ke kiri, siapa tahu kau akan menemukannya." kata Waktu.

Yayaya, akan kucoba.

Selang beberapa menit aku berhenti, lalu mendesah. Pasrah.

"Tenang, semua pasti ada jalannya. Barangmu pasti akan ketemu."

"Iya, tapi saat aku sudah tua, dengan rambut putih yang panjang menjuntai dan tak pernah disisir. Iya, saat dunia sudah dikuasai alien nampaknya."

The Magic Of TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang