Coklat itu

51 5 1
                                    

"biar aja. Penting rindu ini terbalaskan tanpa menghantarkan beban penolakan"


"RANI!"

Teriak bayang seseorang yang menyambut kehadirannya di lorong mengarah ke kelas yang berada di ujung sekolah.

'HAI GITA! kangen banget btw" tambah dirinya sambil berlari menambahkan peluk diantara mereka tanpa canggung.

"iya, lu lama amat di bekasi dah. Katanya Cuma liburan jenguk keluarga, nyatanya kayak liburan kesesat gak balik"

"hehehehe. Orang Cuma 4 hari doang. Gak masuk 2 hari sekolah"

"ya..iya sih. Gua, gak sabar nunggu oleh-oleh aje"

"nih, gua kasih kalian gelang bff. Lah, Dina sama Dini mana? Kok kagak nongol batang hidung mereka?"

"Meneketehe. Tapi, tadi gua liat Dini ke bawah sendiri. Pas gua tanya mau kemana, diye malah ngacangi gue. Bete gak sih?"

"aissshh. Yaudalah yuk. Gua mau ngerjain pr PKN, tadi gua sisa 4 nomer belum selese, soalnya, kecapean banget. Jadi gua, langsung cus ngorok aja sih."

"yaahh.. lu sih pake belum ngerjain pr segala. Kode keras nyontek ye?"

"ngehe."

"yaudah,yaudah yuk. Eh, btw thanks buat gelangnya. Gua suka, pas di ukuran tangan gue nih."

"iya,iya, sama-sama. Yokk"

Rani dan sahabat dekatnya, sekaligus teman dekatnya, Gita, berjalan menuju kelas mereka sambil sibuk memasang gelang masing-masing. mereka berhadapan dengan pintu kelas yang tertutup dan seketika pintu terbuka lebar karena gaya dorongan dari tangan berkulit putih dibaliknya.

"Diniii!" kaget Rani sambil memeluk sahabatnya,Dini yang entah sedari kapan berdiri tengah di belakangnya.

"Rani! Parah gua kangen loh. Gak kabar-kabar lagi. Sahabat sendiri ama kayak pr malah ditinggal gitu aja"saut Dini yang membalas peluk rani.

"eh,gua itu nak rajin. Pr aje gua bawa holiday! Btw, Dina mana?"tanyanya sambil perlahan melepas pelukan hangat mereka.

"kaya lu gak tau diye aje. Telat lagi paling. Kan, gue sama Dina selalu berangkat sendiri-sendiri"kata Dini menyertakan tawa kecil diantara mereka bertiga.

Iya, Dina dan Dini sepasang saudara kembar sahabat Rani juga. Walau, satu atap, Dina dan Dini selalu berangkat dengan jadwal berbeda.

Selepas percakapan tersebut, mereka segera masuk ke kelas dan duduk di bangku mereka masing-masing. Rani duduk berdampingan dengan Dina berhadapan dengan papan tulis. sedangkan, Dini berdampingan dengan Gita.

#

"Gila. Dina mana sih? Udah tau gua kangen, masih aja telat. Gak niat ketemu gua masa?"

"yaudah lah ya.. emang lu putri yang harus disambut tepat waktu gitu?"jawab Dini.

"ya, enggak gitu sih. Gua juga keburu kangen aje"

"Norak lu ah. Sok sok nyari alesan"saut Gita.

"biar aja. Yang penting, rindu ini terbalaskan tanpa menghantarkan beban penolakan"

"Mulai dah, kalimat puitisnya bertebaran"bantah Gita.

Bel berbunyi. Saatnya masuk kelas dan memulai pelajaran. Pelajaran pertama adalah matematika di bimbing pak Tono yang super duper killer a.k.a galak. Namun,Dina tak kunjung datang dan masuk ke kelas. Rani bolak balik mengintip pintu untuk mengincar sosok Dina yang tak kunjung datang. Bukan,bukan karena Rani hanya memperhatikan Dina saja. Hanya saja, Rani pernah menjanjikan pada Dina. Jika Dina, yang fobia jarum suntik itu mau dan memberanikan diri untuk imunisasi, maka,dia berjanji akan membantunya saat kepergok telat.

But whyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang