salam damai,

33 1 0
                                    

           

" Sampai kapan dia di jadikan pelampiasanku dari Rizal? "



RANI

Kenapa dia menatapku tajam seperti Itu? Apa dia ingin menyakitiku? Kenapa hanya diam?

"APA?!" aku membentak hingga mendengung ke lorong kelas. Dan pastinya kawan-kawan yang ikut menyaksikan kami di belakangnya juga mendengar. Ditambah lagi, Dina yang melongo tak karuan. mebulatkan mata, mereka melihat ku.

Kenapa dia? Kenapa diam saja? Tak menjawab bentakkan ku? Kurang keras? ohh, Apa dia takut? Ck, Aneh.

Tanpa menjawab, aku membalikkan badan ku dan melaju menuju Hendra. Entah, aku merasa beda sekali dengan sikapku akhir-akhir ini. Aku merasa seakan sesuatu membisikkanku untuk lebih berani. Tapi, tak apa. Aku menyukai perubahan ini. Aku, bisa bergaul dan beradaptasi. Menurutku, semenjak aku bersaing sama Hendra. meskipun,banyak teman dekatku yang akhirnya, tidak suka padaku lagi.

Langkah demi langkah saling berhentakkan. Menbentak saut menyaut. Kudukkan diriku, bersender me-relax kan punggungku, sambil memikirkan apa yang telah kulakukan. Aneh sekali. Aku sampai tidak dapat menjelaskan sikapku yang berubah bengitu instan.

Entah, jangan di pikirkan. Tapi, kurasa dengan sikapku yang seperti ini, aku lebih sendiri. Maksudku, aku rada sulit mencari teman. Eh, bukan-bukan, maksudku, kayak banyak yang menghindar? Atau semacamnya lah. Paham kan?

"yaudah, bentar aku ngomong sama dia dulu" terdengar suara Rizal melentang kepada Gita.

Ada apa ini? Kenapa Rizal bersama Gita? Apa mereka benar-benar pacaran? Tapi, bukannya Gita sendiri yang bilang kepadaku, kalau, dia tidak pacaran dengan Gita? Agh, kenapa aku seperti ini? Memangnya, aku siapa nya Rizal? Udah-udah, lupain dia. Kenapa malah mikirn Rizal?

"hai Ran!" sapanya.

"hai Riz, gue—"

"lu mau nyari gue, buat nanya beli komik? Iya? Tanya kapan? Kalau itu, biar gue aja yang jemput ke kelas lu. Jadi, lu gak perlu repot-repot ke kelas gue, Cuma buat nanya. Karna, gue akhir-akhir ini, rada sibuk"

"eh, iya, gue emang mau nanya lu soal itu. Uhm, btw, sibuk? Sibuk apaan? Kali aja, gue bisa bantu"

"eh.. enggak. itu, nganter Gita pulang" katanya sambil melirik Gita yang menghampiri kami.

Menyakitkan. Kejutku membuatku bertanya.

"a..apa? Kamu mengantarnya pulang?"

"aku mencintainya" bisik Rizal pelan, mungkin Gita tak mendengarnya.


Ringan kau melancipkan pisaumu

Menusuk rongga, memojokkan hatiku

Perlukah air mataku tumpah?

Agar kau paham, hatiku terkoyak sedih


Sempat melamun mengeluarkan banyak kalimat putis dan merangkainya. Memang begitu, kutumpahkan semua rasaku melantukan puisi dalam hatiku. Sungguh, itu hanya sebatas satu kalimat yang menyedihkan. lalu, Rizal membongkar lamunanku.

"hey,Ran!" ujarnya sambil, menjentikkan jari nya, Sambil tertawa kecil.

"uh..ya...yaudah... gua ke kelas"kataku terbata sambil membalikkan badan.

Aku berlari menelusuri kerumunan murid-murid. Mendobrak mereka, tak peduli. Berlari sekencangnya seiring perasaanku yang juga ingin lari dan menghilang dari Rizal. sampai lelah, menghentikkanku. Sejenak berhenti. Bertepatan saat semua orang melihatku. Tak peduli, aku kembali berlari mengeluarkan segala emosiku. Harusnya, aku tak seperti ini. Ada apa denganku yang tidak turut bahagia atas bahagia sahabatku?

But whyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang