Pernyataan

46 9 0
                                    

"Lo kemaren ngapain Rara?" Tanya Genta sambil menaruh tasnya diatas meja.

"Ga gue apa-apain, Ta. Dia sempet dilabrak sama anak kelas sebelah, terus pas gue belain dia, dia malah marah sama gue. Gue juga ga tau salah apa" ucap Fano sambil menaikkan kakinya diatas meja.

"Emang lo bilang apa ke cewek yang labrak Rara?"

"Gue cuma bilang kalo gue cintanya sama Rara kenapa?" Ucap Fano yang sukses membuat Genta tersedak.

"Lo beneran cinta sama Rara?" Tanya Genta sambil mendekatkan wajahnya pada Fano.

"Santai aja kali, Ta. Ga usah deket-deket ke muka gue juga. Gue tau gue ga-"

"Gue tau arah omongan lo kemana" ucap Genta sambil memutar bola matanya.

"Hehe.. Ya gitu, gue cinta sama dia. Entah kenapa ada perasaan aneh yang masuk ke hati gue, gue selalu nyaman dideket dia. Gue kayak ngerasa ada sesuatu yang beda dari dia. Gue ngerasa inget sesuatu kalo terus di deket dia. She is special" jelas Fano sambil menengadahkan kepalanya ke langit langit.

"Lo inget apa?"

"Gue inget ada orang tuh mirip banget sama Rara, tapi waktu kecil. Gue ga inget semuanya. Tapi semalem gue mimpi aneh soal gue sama Rara waktu kecil" jelas Fano sambil menautkan alisnya.

"Lo mimpi apa?" Tanya Genta penuh penasaran.

"Apa Nano ga mau tinggal disini?" Tanya Rara kecil sambil menarik tangan Fano kecil.

"Aku juga sebenernya mau tinggal disini, Rara. Tapi aku ga mau durhaka sama orang tua aku" ucap Fano yang membuat mata Rara semakin berkaca-kaca.

"Tapi Nano ja- janji kan ma- mau balik lagi ke sini?" Tanya Rara yang semakin terisak.

"Udah dong, Ara ga boleh nangis" ucap Fano sambil mengusap air mata Rara.

"Tapi aku ga mau sendirian, aku mau sama kamu terus. Nanti kalo Ara sakit, yang bawain coklat sama nyuapin Ara makan siapa? Nanti kalo Ara mau ke danau sama siapa? Nanti kalo kita mau makan es krim sama gulali di pinggir jalan lagi sama siapa?" Ucap Rara sambil menyeka air matanya.

"Yaudah deh, nanti aku kabur aja. Demi Ara" ucap Fano yang sukses membuat senyum Rara mengembang.

"Oh, gitu. Terus lanjutannya apa?" Tanya Genta dengan wajah makin penasaran.

"Terus gue bangun deh, biasa, panggilan alam" ucap Fano diselingi cengiran kudanya. Genta hanya menepuk jidatnya saja.

"Nanti lo mau ikut gue ga jenguk Rara?" Tanya Genta.

"Rara sakit apa? Dari kapan? Kok lo ga ngasih tau gue?" Pekik Fano sukses membuat guru dan para murid yang ada dikelas menengok ke arah Fano.

"Fano!! Ngapain kamu?" Tanya Bu Dina. Ya sekarang adalah pelajaran Bu Dina, ia sudah masuk kelas Fano sejak 15 menit yang lalu. Bu Dina terkenal galak, tapi, Fano tidak takut dengannya, karena, Bu Dina sama-sama masih makan nasi.

"Saya kan nanya, bu" ucap Fano sambil menyengir.

"Ga usah nanya ke temen, nanya sama guru" ketus Bu Dina.

"Oh, ibu tau? Rara sekarang sakit apa, bu? Terus dari kapan? Kok ibu ga kasih tau saya?" Pertanyaan yang sama yang keluar dari mulut Fano tadi.

"Saya ga tau" ketus Bu Dina.

"Tuhkan, mangkanya tadi saya nanya sama temen saya. Kan saya khawatir sama Rara. Ibu, sih, so tau" ucap Fano dengan nada lebaynya.

"Apa? Kamu bilang ibu so tau? Sini maju kamu!" Ucap Bu Dina dengan menaikkan satu oktafnya. Dan Fano segera berdiri dan menghampiri Bu Dina.

After You GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang