Puzzle

1.1K 153 7
                                    

"Akhirnya CEO dari perusahaan agensi ini telah kembali" Aku menoleh saat P'Jane mengatakan hal itu. P'Jane bahkan menyambutnya dengan rasa senang.

Apa maksud dari P'Jane, apakah dia adalah pemilik perusahaan ini. Maksudku Pria yang baru saja masuk ke dalam ruang rapat dan duduk di tempat duduk petinggi perusahaan ini. Aku hanya terdiam sesaat, tanpa mengatakan apapun.

Tanpa sengaja mata kami bertemu, aku memainkan jemariku di bawa meja. Ada rasa khawatir yang menjalar di seluruh tubuhku, ketika tatapan mata kami bertemu.

"Baiklah, rapat ini akan di mulai dengan CEO Forth" jelas sekali kata-kata P'Jane saat mengucapkan kata-kata CEO. Kepalaku berdenyut sakit. Bagaimana bisa aku berada di bawa naungan P'Forth, orang yang paling aku hindari.

Rapat berjalan dengan baik, namun aku tidak terlalu fokus. Pun aku cenderung diam, karena pikiranku sudah kemana-mana. Aku tidak terlalu menyimak apa yang dibicarakan. Rasanya perutku melilit saat orang yang ada di tempat duduk kebesarannya terus menatapku dengan intens. Matanya seperti menelanjangiku. Bagaimana mungkin aku tidak duduk dengan gelisah?

"Apakah ada yang ingin kau tanyakan, nong Beam?" tanya Forth di tempat duduk kebesarannya.

"Aku rasa cukup" ucapku ketus, sementara itu P'Jane yang duduk di seberangku hanya terkekeh sambil menggelengkan kepalanya.

"Baiklah, rapat telah selesai, dan aku rasa P'Jane sudah bisa menjalankannya setelah rapat ini selesai" ucap P'Forth yang diangguki oleh P'Jane.

Rapat kali ini membahas tentang jadwalku dan beberapa kegiatan yang melibatkan para artis agensi terlibat dalam acara sosial. Aku termasuk didalamnya. Begitupun juga orang yang kini berjalan mendekatiku.

Aku melangkah pergi saat melihat sekilas P'Forth berjalan menujuku. Aku tidak mau mendengarkan penjelasannya.

Kakiku terus saja berjalan keluar dari ruang rapat, tanpa aku sadari ada seseorang yang menarik tanganku.

"Aku butuh bicara padamu, Nong"

Aku terkejut siapa orang yang menarikku, aku ingin melepaskan genggaman tangannya. Tapi genggaman tangan P'Forth sangat erat. Ia menarikku menuju ruangannya. Ya Tuhan, aku mohon selamatkan aku!

****

Braakk

P'Forth menutup pintu ruangannya dengan kasar. Ia melepaskan genggaman tanganya padaku.

"Kau masih marah padaku?" Ia berjalan mendekat menghampiriku. Wajahnya sudah berada di hadapanku, nafasnya bahkan membelai poniku.

Aku memberanikan diri untuk menatap wajah pria yang menyebalkan ini. Mataku sudah mulai berkaca-kaca, bibirku sudah mengeluarkan decakkan sebal pada pria yang kini menatapku dengan intens.

"Kenapa kau baru kembali?" lirihku, aku memberanikan diri untuk bertanya padanya meskipun suaraku menjadi serak.

"Kenapa tidak memberiku kabar?" bisikku padanya. Aku percaya ia pasti mendengarkan apa yang aku ucapkan.

Aku mendengar ia menghela nafas panjang, lalu tangan besarnya menggenggam tanganku yang tadi sedang sibuk menggenggam t-shirt milikku. Aku takut.

"Kau yang tidak pernah memberiku kabar" ia mulai bersuara. Suara yang amat sangat lembut, yang selalu membuat jantungku berdetak.

"P' aku selalu memberimu kabar, aku..." lirihku, tetesan bening itu dengan kurang ajar menetes dengan tidak elitnya. Bodoh! Kenapa aku bisa menangis didepannya?

"Aku selalu mengirimimu surat, aku juga selalu mengirimkanmu email" ucap P'Forth.

Lagi.

Hal ini membuatku semakin bingung. Apa maksudnya dari perkataan P'Forth dia selalu menghubungiku? Lalu kenapa aku tidak pernah tahu ?

"Beam?" P'Forth menatapku dengan kebingungan. "Apa yang terjadi?" tanyanya kembali.

"P' menghubungiku?" tanyaku. Aku tidak melihat kebohongan yang terpancar dari kilatan matanya.

"Selama lima tahun ini aku terus saja memberikan kabar padamu. Kau selalu membaca surat dariku bukan?" tanya P'Forth.

Aku semakin bingung, dalam lima tahun terakhir ini bahkan aku tidak pernah menerima surat dari siapapun. P'Jane juga selalu bertanya apa kau tidak memberi kabar pada P'Forth ? Yang selalu aku jawab dengan ketus, aku juga meminta P'Jane untuk tidak membahas P'Forth lagi didepanku. Karena aku membencinya. Saat itu P'Jane tidak pernah mengatakan apapun tentang pria yang kini tengah menatapku.

"Sejak kau memutuskan untuk berpacaran dengan Ai Fah, aku pergi bukan untuk meninggalkanmu. Tapi aku harus menyelesaikan pendidikanku di Amerika. Aku bukan tidak ingin memberitahumu, tapi aku menitipkan surat pada Ai Fah" jelas P'Forth.

Baiklah, kini semuanya semakin jelas. Jadi, selama ini Fah lah yang tidak pernah memberitahuku tentang kepergian P'Forth. Dan kesalah pahaman ini semakin jelas, mengapa P'Jane tidak begitu menyukai Fah.

"Be...am..." P'Forth panik saat aku menangis keras.

"Huwwaaaaaa!!!!" Tangisku keluar begitu saja saat aku paham akan semuanya.

"Hei!" P'Forth menghapus airmataku.

Aku memeluk P'Forth dengan erat. Ia harus bertemu dengan Fah untuk meminta penjelasan pada wanita itu.

Sial!

****

Say Love Ya! (Short Fic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang