Riri mulai bersiap-siap memasukkan barang-barangnya ke dalam tas miliknya. Ia merapikan semuanya. Andra, Gilang dan Kevin membantu melipat terpal dan melepas tendanya. Namun, mereka melakukan semuanya tanpa ada percakapan. Seusai merapikan semuanya, Riri mengembalikan semua peralatan milik penginapan itu. Lalu mereka semua bergegas ke tempat dimana mereka meletakkan mobil. Gilang menawarkan diri supaya ia saja yang menyetir.
"Yang nyetir biar gue aja Ri..".
Riri hanya memberikan kunci mobilnya pada Gilang tanpa mengucapkan sepatah katapun. Kemudian Riri masuk ke dalam mobil. Ia memilih duduk dibelakang. Andra duduk didepan menemani Gilang dan Kevin duduk dibelakang bersama Riri.
Sepanjang pejalanan tak ada satu orang pun yang berani untuk memulai percakapan. Mereka semua tau, pasti Riri marah besar.
"Oke fix, semua yang gue dan yang lain takutin akhirnya terjadi!", gumam Gilang dalam hati.
Ya, mau bagaimana lagi. Semua telah terjadi. Justru, semakin lama mereka memendam perasaan masing-masing, semakin buruk hal yang akan terjadi. Biarkan saja semuanya berlalu dengan semestinya. Itu yang ada dalam pikiran Andra, Kevin dan Gilang.
Tak terasa, mereka sampai dirumah Riri. Mereka sengaja mengantar Riri terlebih dahulu, karena mereka khawatir kalau Riri menyetir nantinya akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Saat Riri ingin keluar, Kevin meminta waktunya sebentar untuk menjelaskan semuanya.
"Ri...".
"Udah mobilnya lo bawa aja dulu, gampang nanti diambil sama Papa", ucap Riri ketus.
"Bukan tentang mobil Ri.. tapi tentang..".
"Ga usah dibahas sekarang, gue capek mau cepat-cepat istirahat.", ucap Riri memotong perkataan Kevin.
Riri turun dari mobil dan mengambil barang-barangnya dari bagasi. Saat Kevin ingin mengejarnya, Gilang menahan Kevin.
"Biarin aja dulu dia tenang, mungkin dia butuh waktu Vin.. lebih baik sekarang kita pulang".
Mereka semua pun pulang dalam perasaan sedih atas peristiwa yang telah terjadi.
**
"Apa kabar Pah?", tanya Riri saat melihat Papanya diruang tamu.
"Hai Nak, Papa baik.. pulang sama siapa kamu?", tanya Papa.
"Ya sama Kevin, Gilang dan Andra lah Pah.. masa sama orang lain".
"Oh, terus mobilnya mana?".
"Riri suruh mereka bawa dulu, nanti gampanglah Riri ambil".
"Yaudah, kalo gitu biar Papa aja besok yang ambil.. tapi kenapa mereka ga mampir dulu Nak?".
"Ya pasti mereka capek Pah, Riri juga capek. Riri mau istirahat dulu Pah..".
Riri pun masuk ke dalam kamarnya. Papa Riri merasa bingung dengan sikap Riri yang tidak seperti biasanya.
Riri langsung merubuhkan dirinya ke atas kasur. Ia masih belum bisa menerima semuanya. Ia menggerutu sambil menangis.
"Kenapa gue harus ngerasain hal yang kaya gini.. gue gatau, apa yang harus gue lakuin.. siapa yang harus gue pilih, gue gatau! Gue sayang mereka semua.. kenapa gue harus milih salah satu diantara mereka! Kenapa?".
Tanpa sepengetahuan Riri, ternyata Papanya sudah berada dikamar. Entah dari kapan.
"Ri,".
"Eh Papa", ucap Riri terkejut.
"Kamu kenapa Nak?".
"Hmm gapapa kok Pah".
"Mereka ga mampir ke rumah pasti habis ada masalah ya? Coba cerita dong Nak sama Papa".
Riri pun menceritakan semua peristiwa yang terjadi pada Papanya. Papa Riri mendengarkan dengan penuh perhatian. Setelah Riri selesai bercerita, Papa memberikan nasehat pada Riri.
"Nak, mereka itu ga salah.. perasaan aneh itu juga tidak bisa disalahkan. Justru menurut Papa, apa yang mereka lakukan semuanya sudah benar.. mereka mau mengakui bahwa mereka memiliki rasa aneh itu. Coba kalau kamu taunya dari orang lain? Lebih sakit lagi kan..".
"Kalo hal itu emang udah benar, kenapa Riri ga bisa nerima kenyataan ini Pah? Kenapa justru Riri malah sedih?".
"Semua perlu waktu Nak, Papa yakin mereka bertiga sebelumnya juga pasti ga bisa menerima kenyataan ini.. namun, seiring berjalannya waktu.. mereka perlahan-lahan memberanikan diri untuk mengakui semuanya ke kamu..".
"Tapi masalahnya Riri ga bisa kalo disuruh milih salah satu diantara mereka Pah, Riri sayang sama mereka bertiga.. dan sayangnya Riri ke mereka itu sama".
"Kalo itu masalahnya, suatu saat nanti kamu pasti bisa untuk memilih. Siapapun yang kamu pilih, baik itu Andra, Kevin ataupun Gilang, Papa akan menyetujuinya. Udah, jangan terlalu dipikirin.. lebih baik sekarang kamu mandi terus tidur".
"Iya, makasih ya Pah..".
Papa Riri tersenyum dan keluar dari kamar Riri.
Riri pun bergegas untuk mandi lalu setelah mandi ia tidur sesuai dengan perintah Papanya.
**
aduuuuhhh kok persahabatan mereka jadi berantakan gini siii? katanya ini bukan friendzone? hffftt mending baca lanjutannya aja yaaa :/
like & komen ;)
YOU ARE READING
Ini Bukan FriendZone
Short StoryPROLOG Kisah ini tentang seorang perempuan dan 3 orang laki-laki. Mereka sudah bersahabat sejak duduk dibangku SMA. Suatu hari mereka reunian ke salah satu tempat wisata yang ada di daerah Bogor. Dari pertemuan itulah kisah"Ini Bukan Friendzone" dim...