a sequel to –NOT ENOUGH-
.
.
.
-oOo-
"Hermione."
Jangan memandangku dengan cara seperti itu.
"Dear," suara yang dipenuhi rasa kasihan itu tidak membuatku merasa lebih baik, "orangtuamu sudah berada di tempat yang lebih baik."
Menjauh...Menjauhlah.
Ah, aku tidak mampu berkata-kata. Cairan hangat menyusuri pipi yang dingin di musim gugur ketika pohon yang kusukai tengah menggugurkan daunnya. Kukerjapan mata dan kembalilah aku pada dunia berwarna kelabu. Kenyataan yang berusaha kularikan diri darinya. Selalu mengikutiku. Selalu.
Kucengkeram rok hitamku kuat-kuat hingga kainnya yang semula rapi kini tampak jelek dan kusut. Tanpa bisa kutahan bahuku bergetar dan mulut yang terkatup pun harus terbuka.Iskana parau yang berkumpul di ujung lidah akhirnya terdengar. Kesedihanku menggumpal hingga ke tenggorokan dan aku tak mampu berbicara.
Kenapa ayah dan ibu pergi begitu cepat?
Kenapa meninggalkanku sendirian?
Ah, siapakah yang akan memelukku dengan tangan besar mereka yang hangat? Aroma familiar sebuah rumah yang bahagia entah dimana aku mencarinya. Jiwaku ikut pergi bersama mereka berdua yang kusayangi.
Namun, Draco, kau berlari ke sisiku dan memegang erat tanganku. Biarpun pandanganku tidak jelas dan kabur oleh air mata, tapi aku masih bisa melihat kekuatanmu. Keteguhanmu. Matamu merah tapi kau menolak meneteskan air mata. Maka akupun menangis lagi. Lebih keras dari sebelumnya.
Karena, sungguh, aku iri padamu. Aku juga ingin sekuat dirimu.
Draco, di waktu itu hatiku yang kosong telah kau isi dengan secercah cahaya yang penuh dengan harapan.
Aku....karena tanganmu yang meraihku waktu itu...Draco...aku tidak jadi mengikuti ayah dan ibu; terbang ke langit dengan para malaikat yang akan mengantarkanku untuk berkumpul kembali bersama kedua orang yang sangat kucintai.
Aku tidak jadi meninggalkan dunia ini.
Kupikir, aku akan sendirian dan merana.
Ah, ternyata kau masih ada di sisiku.
Kau adalah salju yang berhasil kutemukan di musim gugur. Berwarna putih dan sulit didekati. Kau membuatku merasa istimewa. Hanya di telapak tanganku saja sang salju tak akan mencair karena emosi yang meledak-ledak.
Draco, kau seperti malaikat pelindungku.
Kau membuatku merasa sangat dicintai.
Hingga kini.
Namun ingatanku kembali pada bayangan di ruang kelas yang kosong dan berwarna jingga. Seorang pemuda dan seorang gadis yang saling berhadapan. Di suatu hari yang tidak biasa ketika kupikir itulah saat yang tepat untuk menyatakan cinta padanya. Aku mengumpulkan banyak keberanian dan meredam bara kebanggaan yang baginya akan terlihat sangat menyebalkan.
Tidak mudah bagi seseorang untuk mengatakan perasaan yang tersembunyi di dalam hati.
Menahan rasa malu luar biasa, aku mengatakan bahwa aku selalu melihat ke arahnya sejak dulu.
Seseorang yang kusukai.
-oOo-
.
.
Loved Unloved
[Hermione's thought uncovered]
Rozen91
Harry Potter © J. K. Rowling
Warning : AU—modern universe
.
.
-oOo-
.
"Kurasa,"
namun, seseorang itu malah berkata,
"tidak akan ada seorangpun yang bisa mencintaimu, Granger."
YOU ARE READING
Loved Unloved (completed)
FanfictionSemoga saja kesalahan itu adalah suatu hal yang mudah dimaafkan. Semoga saja.//'A sequel to 'Not Enough'. Hermione POV// a sequel to 'Not Enough'//