The Real Life | XII

28 5 1
                                    

06.45

Hari ini seperti hari hari biasanya. Aku baru aja selesai melaksanakan sholat dhuha di mushollah Ibnu Sina. Ruangan yang hampir 3 tahun selalu kusinggahi tersebut. Emang sih,,, pagi ini udah mulai ramai dikunjungi beberapa siswa yang wajahnya kini mulai familiar di ingatanku. Ya, seperti biasanya setelah sholat dhuha aku bersiap untuk menuju ruang kelasku.

Beberapa wajah yang mengenali kebiasaanku itu menyapaku dengan senyum yang merekah dipipi mereka, membuat aku selalu ikut tersenyum ramah. Lembut sinar sang mentari mulai datang menyapa. Ketenangan yang tak pernah kulewatkan selama aku berada di sekolah ini.

Aku berjalan keluar, menggendong tas punggungku yang mengembang melebihi ukuran tubuhku. Berjalan menyusuri koridor - koridor kelas yang mulai ramai oleh siswa siswi kelas XII.

"Rum, tunggu." teriakan yang sudah tak asing lagi bagiku. Aku pun sengaja memelankan langkahku, sambil menunggunya yang berlari menyusulku.

"Rum, pr minggu lalu gimana? Udah selesai?" tanyanya setelah berhasil menyusulku.
"Hmmm,,, pr ya! Lumayanlah." jawabku singkat
"Udah selesai?" tanyanya lagi dengan nada menyindir
"Aku" jawabku membalikkan pertanyaan.
"Iyalah, masak kucing." jawabnya kembali dengan nada mengejek.
"Aku, jadi duta shampo lain? Hahaha." balasku dengan tawa garing sekaligus menirukan gaya Anggun waktu jadi bintang iklan shampo.

Mendengar jawaban itu, ia pun mendadak memasang muka kesalnya.
"Dasar! Ditanyain serius malah becanda." cibirnya kesal
" Cieellah, serius banget idup lo. Eh bentar, sejak kapan hidup lo serius ya?" balasku berusaha menggodanya.
"Ah,doamatlah" jawabnya kesal.

"Hehehe.. Menurut lo gimana? Emang kalo aku bilang udah, elo percaya? Nggak kan." kataku kini mulai serius. Mendengar jawabanku tersebut ia pun mulai tersenyum.
"Yess... Berarti bakalan ada temen dihukum bareng." ucapnya sambil tersenyum senang.
"Ehh,,, siapa bilang bakalan dihukum? Kan masih ada waktu 20 menit buat ngerjakan dikelas." balasku dengan santainya.
"Yaellah, mager *males gerak* nih dikelas. Padahal rencana mau ke kantin habis naruh tas." balasnya tak bersemangat.

'Takk'
"Woi,, sakiitt." teriaknya sambil memegangi kepalanya yang habis kujitak.
"Otak lo dimana sih hari ini? Kita kerjakan dulu sampai selesai. Entar kalo udah baru kekantin. Bu Neha bakalan toleransi kalo kita telat kekelas karna belum sarapan dari pada nggak ngerjakan pr. Dasar monyet!" ucapku menghardiknya.

"Yaelah,,, kenapa jam pertama waktunya bu Neha sih!" ucapnya tak bersemangat.
"Eh bentar tapi hari ini otak lo encer juga ya." lanjutnya dengan nada mengejek.
"Hadech,,, mangkanya ke sekolah itu pake niat yang bener. Jangan cuman niat ngisi absen doang." balasku menyindirnya.
"Hehehe.."

~~•~~

14.15

"Arum Serina Putri" panggil bu Tuti mengabsen.
"Hadir bu" jawabku singkat.
Setelah selesai mengabsen seluruh siswa dikelasku, guru senior itupun memulai pelajarannya. Sebenarnya aku sangat menyukai pelajaran lintas minat ini, apalagi berhubungan dengan sejarah di Indonesia. Tapi, karena jam pelajaran sejarah di jam paling akhir. Apalagi sebelumnya adalah jam olahraga. Jadi,,, Do you know what I mean lah...

"Hoamm." aku menguap untuk ketiga kalinya. 'Astagfirullah' batinku berusaha menekan rasa kantukku. Kutengok Mariska yang ada disampingku. 'njiir' batinku mengutukinya.
"Kita dari tadi nahan nahan, eh dianya udah sampek jembatan ancol" gerutuku pelan.
"Ah, doamatlah..." bisikku pada diriku sendiri. Aku pun mengambil ancang-ancang posisi tidur terbaikku. 'Subahanallah,, nikmat mana yang kudustakan' batinku sambil perlahan menutup mataku.

Can't Stop Love AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang