Kata "dia" sih Cinta

23 2 1
                                    

11.30

"Rum. Gak latrut'a." tanya dinda dari dalam bangkunya dengan nada menantang yang aneh.
"Biasa ae rek." kataku membalasnya.
"Lho, wes biasa iki. Ayo ndang latrut kok." katanya lagi dengan nada lebih mbesosol atau songong.
'aneh nih anak hari ini' gumanku dalam hati sambil sedikit tersenyum menahan tawa karena perkataannya.
"Ayo wes cus,, aku yo laper." balasku kemudian.
"Ayo aku ikut." ucap luluk yang berada di depan mejaku.

Aku pun membuka resleting tasku dan mencari cari dompet gambar beruangku.
"Lhoh lhoh... Lho din, dompetku ketinggalan." kataku sedikit panik sambil merogoh isi tasku mencoba memastikan lagi keberadaan dompetku itu.

"Owh tidak!!! Dompetku ketinggalan. Hallah,,, laper." ucapku pada diriku sendiri dengan wajah yang otomatis berubah seperti orang yang sudah tak makan selama satu abad 'mungkin,, wkwkkwk...'.
Aku pun merogoh rogoh kantung rokku. Berharap akan ada keajaiban disana, berharap semoga sang pencipta menolong diriku yang manis ini dari kelaparan setelah beberapa jam yang lalu tersiksa oleh soal matematika yang gregetnya bukan main.

Namun usahaku tersebut nihil. Tak ada apa-apa di dalam sana. Aku sudah mulai kehilangan harapanku, sampai aku teringat bahwa aku masih memiliki satu kantong lagi. Langsung saja ku merogoh kantung baju batikku itu. Dinda yang melihatku sedang kebingungan lalu menghampiri mejaku setelah mengambil uang di dalam tasnya.

"Alhamdulillah,, rezeki anak sholeh." ucapku lirih sambil tersenyum. Namun senyumku pun pudar saat mengetahui nominal uang tersebut.
"Yaelah,,, kurang 2k nih." ucapku pasrah.
"Lhoalah rum,, uangku pas lho." kata dinda menimpali perkataanku.
"hufff..." dengusku kecewa.

Mataku yang secara otomatis bisa menangkap bayangan disamping kananku meskipun aku tak menghadapnya, langsung saja kepalaku kutolehkan kearah luluk yang menempati meja di depanku.
"Luk, ada 2000 gak?" tanyaku modus karena melihatnya membawa uang 12.000.
"Besok aku kembaliin deh, Uangku kurang 2000 nih." kataku lagi sambil memasang wajah memelasku.

"Owalah, okay rum. Iya gak papa rum." jawab luluk sambil tersenyum ramah. Ia pun memberikan uang 2000nya kepadaku. 'yess'
"Makaseh luk." kataku manis.
Kami pun langsung pergi menuju ke kantin sekolah.

~~•~~


"Pak bakso 1, pentol sama tahu goreng aja pak." ucapku memesan makanan.
"Pak bakso 1, pentol aja pak." ucap dinda dengan nada yang aneh.
"Pak soto 1." ucap luluk juga ikut memesan.
Sambil menunggu pesanan kami siap. Aku pun berbicara dengan dinda sedangkan luluk, yang mungkin sedang tak ingin berbicara hanya berperan sebagai pendengar yang baik.

"Din," ucapku menggantung.
"Apa." balasnya dengan nada menantang. 'ngeselin banget nih anak' gumanku sambil mengangkat sebelah alisku heran dengan dinda hari ini.
"Biasa ae." balasku dengan menantang juga.

"Aku gak mau yang biasa, aku lagi pingin yang gak kayak biasanya." jawabnya padaku.
" Kalo biasanya aku ngomong dengan nada biasa, aku sekarang bakalan ngomong kayak gini." lanjutnya dengan nada bicara yang dibuat buat seolah dia sedang menantangku.

"Wkwkwkkk... Njay,,, pantes dari tadi pagi nada bicara lo beda." ucapku sambil ketawa. Setelah itu kami berbincang tentang segala hal yang tak penting, mulai dari mengomentari gaya bicara dan mempraktekkan gaya bicara yang longor bin koplak, mengomentari tentang sambal bakso dan kecap asin untuk soto yang gajelas, dan lain lain yang mungkin saja mengganggu atau bahkan mungkin malah menjadi hiburan untuk siswa siswi lain yang sama sama mengantri menunggu pesanannya. Karena lamanya kami berbincang gak jelas aku pun tak bisa menahan mulutku lagi

Sampai-sampai karena rem mulutku sudah blong alias aus, aku harus menutup rapat mulutku yang keceplosan mengomentari omongan siswi lain yang membahas masalah perselingkuhan dalam hubungan temannya.
"Masih SMA aja, omongannya udah masalah selingkuh-seling..." aku pun mengibaskan tanganku didepan mulutku kemudian menutupnya rapat. 'emang dasar nih mulut, kalo ngomong bener suka kelewatan :v' gumanku.

Can't Stop Love AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang