9 Desember | X | XII

16 4 5
                                    

~~•~~

"Siapa?" tanyanya sambil mengulurkan tangan
"Arum." kujawab sambil membalas uluran tangannya
"Maho." katanya

"Rum, arum... Woiii, RUMmm bangun woi, dasar kebo." teriak seseorang didekat telingaku.
"Astagfirullah, apaan sih? Masih ngantuk njay." jawabku menutup telingaku.
"Buset dah, woi bangun njay, ini sekolah bukan kamar lo." seseorang dengan suara yang sudah kukenal hampir 3 tahunan itu pun mengguncang guncang tubuhku.
"Kenapa sih mar?" kataku sambil tetap memejamkan mata bermalas malasan.
"Ajarin aku matematika. Elo kemaren udah janji. Buruan, bentar lagi aku bakalan ulangan susulan."

"Hoammm... Elo tuh ya, gangguin orang tidur aja." jawabku setelah mengulet sebentar.
" Emergency nih. Buruanlah, setengah jam lagi bel nih. Elo jangan molor aja dong." ucap Mariska

"Ok-ok, yang paling belum elo pahamin bab yang mana?" jawabku mulai serius.
" Yang variasi sin cos tan kemaren yang diajar bu Iga. Aku masih bingung sama cara gambar grafiknya gimana." jawabnya.
" Owh itu, sini aku jelasin dari awal." balasku serius.
" Mana catatan elo kemaren?" tanyaku padanya
" Owh iya, bentar aku ambil dulu." ucap mariska sambil melangkah pergi mengambil bukunya. Melihatnya pergi, aku pun mulai melanjutkan tidurku yang sempat tertunda tadi.

" Arumm.." teriak mariska saat melihatku kembali tertidur.

~~•~~

Matanya seindah rembulan
Senyumnya merupakan sebuah anugerah
Aku tak pernah tau yang tersembunyi dalam langkahnya.
Yang kutau,
Bahagianya adalah ketika ia
Mencintai dengan caranya sendiri.
Membuatnya menjadi sesederhana mungkin untuk dimengerti.
Iris itu, senyum itu, dan setiap perbuatannya tak pernah kulupa.

19.00

" Cinta, hanyalah omong kosong. Ia hanya berasal dari jeritan hati yang terluka. Ia hanya memberikan luka, merugikan banyak pihak."

" Baca apaan kur?" tanyaku
" Owh ini, biasa quotes quotes para jomblo." jawab kurnia datar.
" Coba sini aku liat." ucapku spontan
" Cinta itu seperti buih dalam lautan, banyak tapi cepat menghilang." ucapku sambil membaca quotes pertama.

" Hmmm,,, aku kok jadi penasaran ya." ucapku setelah membaca beberapa quotes yang lainnya.
" Penasaran? Apaan?" ucap kurnia menanggapi ucapanku.
" Ya penasaran aja, siapa sih orang yang bikin quotes quotes ini? Ale deh." cibirku menimpali.
" Yaelah, gak sadar diri ya lo. Ada ya Ale teriak ale ke orang lain." jawab kurnia mengejekku.
"Yei,, biarin aja. Se ale alenya aku kan masih dalam batas wajar."

" Yaelah, prasaan kata-kata nih orang juga biasa deh. Masak gini aja lo bilang ale." kata kurnia
" Gini lo bilang biasa? Coba aja lo liat. Masak dia mendeskripsikan arti kata cinta berdasarkan sebuah omong kosong yang ia buat?"
" Yaelah, ya serah dia dong mau mengartikan cinta dalam banyak hal. Lagian nih ya. Arti cinta kan, emang beda-beda buat setiap orang." jawab kurnia menantangku.

" Bukan gitu kur, masalahnya kan dia itu mengartikan cinta berdasarkan kejadian yang pernah atau baru saja menimpanya. Liat aja di setiap kata-katanya dia seperti mengolok olok arti kata cinta. Ia seperti membenci anugrah tentang cinta. Kalau berdasarkan segi penilaianku pribadi. Ketika kita menjadi sebuah tontonan atau contoh bagi masyarakat kita harusnya berpandangan luas. Jangan membuat kata kata yang keluar dari perasaan diri kita sendiri. Menurutku sih, nih orang pernah terluka deh. Mangkanya dia sangat over sama yang namanya cinta." kataku panjang lebar
" Iya sih, tapi ya mau gimana lagi. Kan setiap orang beda beda rum." balas kurnia.

" Yang aku sayangin itu, sepertinya orang yang buat quotes ini nggak ada perasaan optimis dalam hidupnya. Seharusnya ketika ia tersakiti, tak pernahkah ia ingat bagaimana detik detik berharga bersama orang yang kita cintai merupakan hal sederhana yang lebih berharga dari apapun. Aku kasian juga sama orang orang yang sedang patah hati dan membaca quotes ini. Bisa juga ia akan membenci cinta seperti sang pembuat quotes ini. Padahal kan seharusnya bukan cinta yang disalahkan atas semuanya. Tapi penyebab cinta itu yang perlahan hilang dan pergi di salah satu pihak." kataku panjang lebar.

" Sekarang ya kur, aku tanya. Apa salahnya cinta? Kenapa mereka menyalahkan cinta semau mereka? Tak pernahkah terbayang di tengah kepedihan mereka bahwa banyak orang yang mengalami lebih banyak kepedihan ketika merasakan cinta? Cinta gak salah kur, yang salah itu mereka yang dengan bodoh mengangap nafsu sementara sebagai sebuah cinta. Mereka yang tak pernah mau menghargai cinta orang lainlah yang bodoh." cerocosku sambil berbinar binar. Aku memang orang yang sangat cerewet, apalagi kalau dalam hal berdebat.

Tak kusangka setelah itu air mata menetes dari pipiku.

" Yaelah, tanya tanya sendiri dijawab jawab sendiri." Sindir kurnia sambil melirik ke arahku.
" Eh, lhoh rum, kenapa?" ucap kurnia bingung ketika tiba tiba aku sudah menangis, ia segera berdiri lalu memelukku dan berusaha menenangkanku. Namun hal itu membuatku semakin nyaman untuk menangis lagi.

"Aku gak tau kur, aku gak tau. Tapi perasaanku serasa sakit." ucapku disela tangisku. Ia hanya terdiam sambil mengelus punggungku.

Setelah beberapa menit, aku mulai dapat terkendali lagi.
" Elo kenapa sih rum? Lulo lagi PMS ya? Atau kenapa? Cerita ke aku." kata kurnia berusaha mengatur kata katanya, takut jika aku menangis lagi. Kurnia adalah sahabat yang paling dekat dengan aku, dia juga adalah sahabat yang paling pengertian. Ia mengerti bahwa sekarang aku sedang dalam masa labilku.

" Entahlah kur, beberapa hari ini kisah tentang masa laluku datang lagi. Aku gak tau harus berbuat apa, cinta dalam diam yang sudah hampir tak pernah aku ingat lagi. Aku sudah lama mengiklaskannya pergi, melepas semua kenangan indah, bersikap biasa. Tapi ingatan itu datang lagi kur, setelah sekilan lamanya."

"Aku benci perasaan ini kur." kataku mulai bersuara lagi. Aku sadar, saat itu benteng pertahanan yang telah lama ku bangun telah lapuk, diterjang oleh kembalinya kenangan lama. Kurnia tak berkata kata lagi, ia hanya mengelus elus pundakku sambil terus menenangkanku.

Aku ingat disela tangisku, aku mendengar bisikan dari dalam diriku sendiri. Aku sadar semakin aku membenci cinta. Maka aku pula yang akan tersakiti. Aku berusaha membangun kembali benteng teguh yang sempat goyah beberapa saat lalu. Aku harus menguatkan diriku sendiri.

Setelah beberapa menit aku menangis dan meluapkan semua rasa penyesalanku tentang kejadian 2 tahun yang lalu, kurnia pun mulai berkata pelan kepadaku.
" Aku tau yang lo rasain rum. Udahlah, lo iklasin aja yang udah berlalu. Suatu saat jika memang yang kuasa berkehandak. Kau akan mendapatkan cintamu kembali rum. Atau bahkan mungkin cinta yang lebih indah dari sekedar cinta pertamamu itu rum."

~~•~~

Uluu ulu,
So sweet banget sih lu Nyeettt...
Makasih ya udah mau jadi temenku.
Udah mau dengerin semua curhatanku.
Eh,, kok malah curcol. 🙊
Heheheheee....

Gimna reader ceritanya?
Wkwkwk... Bosen gak?
Comen dong reader,
Kurang apa?
Garam, gula, asem?
Eh... Sayur kali ya! 😅
Intinya comen ya kurang apa
Biar bisa lebih baik lagi.

Can't Stop Love AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang