The Reason why I should save myself

11 4 2
                                    

16.30

Dear diary

8 Desember 2016

Ya Allah, bantulah hambamu ini. Esok hamba akan memulai shooting untuk lomba pertama hamba ya Allah. Meskipun ya,,, shootingnya sama kakak kelas sih. Semoga berjalan mulus. Dan hamba serta teman teman hamba bisa memperoleh pembelajaran untuk selanjutnya. Aamiin.

Aku pun menutup buku diaryku itu. Setelah selesai membacanya, Yah meskipun jika kupikir pikir lagi itu buku lebih mirip kayak buku permohonan atau do'a dari pada diary pribadi. Aku tertawa mengingat ingat kejadian pada tanggal itu.

19.00

  "Jadi kamu memilih dia daripada aku?"
  "Iya, aku udah nggak tahan sama semua perlakuanmu? Kamu itu, nggak pernah bisa ngertiin aku."
  "Aku yang gak ngertiin kamu apa kamunya yang udah gak suka lagi sama aku? Dasar cowok buaya! Makan aja tuh cewek mur***n."

  "Hihh,,, emang bener nih,,, semua cowok tuh sama aja. Sama sama PBnya. *Play Boy*" ucap temanku itu dengan kesal.
  "Njirr,, sinetron." komenku menyindir
  "Emang bener kan nih sinetron. Semua cowok itu sama aja. Awalnya aja waktu suka dibaik baikin, pas udah gak suka kita ditinggalin. Pake cari alasan alasan gak jelas lagi." jawabnya
  "Iya ya mbak, I see kok... Saya kalah sama yang udah berpengalaman." ucapku dengan nada sedikit menyindirnya.

  "Mangkanya belajar dari aku dong. Biar kalo lo suka sama anak cowok nggak bakalan nyesel." jawabnya menantangku.
  "Nyesel? Nyesel kenapa ya mbak?" ucapku pura pura bertanya.
  "Ya nyesel aja udah pernah jatuh cinta sama cowok yang PB dan penuh dusta." jawabnya membalas ucapanku.

  "Yaelah mbak. Kalo elo nyesel pernah mencintai seseorang karena kekurangan yang dia miliki itu mah namanya bukan cinta mbak. Kalo cinta harus ada alasannya, itu mah juga bukan cinta mbak tapi cuman kriteria semata. Emang cinta itu perjanjian ya, yang diikat oleh peraturan peraturan? Dan kalo dilanggar maka perjanjian itu batal?" jawabku membalasnya.

  "Yei sok bijak amat lo. Pacaran aja belum pernah. Tau apa lo masalah cinta? Elo mah belum tau rasanya disakitin itu gimana!" jawab syafa tak mau kalah.

Mendengar jawabannya pun aku berfikir sebentar,
  "Maaf ya mbak bukannya sok bijak, emangnya kalo jatuh cinta itu harus pacaran mbak? Emang cewek single gak pernah ngerasain cinta? Kalo emang lo disakiti sama pasangan lo, itu artinya pasangan lo aja yang sebenernya gak beneran cinta sama lo? Kalo dia cinta buat apa dia cari yang lain?" kataku kemudian.

  "Yei munaf banget sih lo. Elo kan tau sendiri,, kebanyakan cowok tuh mata keranjang. Mereka pasti menemukan cewek yang lebih cantik dari kita, yang lebih bisa bikin dia nyaman. Mangkanya mereka pergi ninggalin kita." jawabnya mencoba tetap mempertahankan argumennya.

  "Yaealah mbak, cantik itu relatif mbak. Tapi kalo dengan kata 'nyaman' aja udah bilang 'cinta', tuh orang apa spring bed mbak? Cinta itu bukan karena kenyaman semata mbak. Cinta itu gimana kita bertahan dengannya tanpa alasan. Meskipun kita sudah pernah disakiti berkali kali olehnya." jawabku spontan.

   "Kan, laki laki sem..."

  "Satu lagi mbak." lanjutku memotong omongannya.
"Orang single bukanlah orang munafik mbak. Mereka juga punya perasaan. Bahkan mungkin perasaan mereka lebih dalam dari pada seseorang yang berstatus pacaran. Buat mereka,status tidaklah penting, yang terpenting adalah apa yang ada dihati mereka masing masing. Ada juga yang sengaja hanya untuk menjaga dirinya agar tak menyesal dikemudian hari seperti aku. Jadi ya mbak intinya, jangan pernah remehin orang single." lanjutku sambil pergi membalas ucapannya.

Aku berjalan keluar menuruni tangga, sebenarnya ada sedikit rasa sesak saat aku mengucapkannya. Hati kecilku tersenyum merendahkan 'aku munafik' aku tau itu. Tapi aku tak bisa mengelaknya, janji dan keyakinan itu tak bisa kuingkari.

~~•~~


  "Rum, lo gak kasian ya ama gama." tanya syafa setelah melihati isi chatku dengan gama.
  "Kasian apaan?" tanyaku bingung
  "Ya itu dia lo gantungin gitu. Sakit tau rum digantungin terus." jawabnya dramatis
  "Yaelah, aku sama dia itu cuman bercanda doang syaf. Nggak lebih."
  "Becanda? Tapi kok chat lo gitu? Kangenlah, rindulah, say lah, beb lah."

  "Say? SayTon maksud lo? Atau BebEk. Wkwkwkk." jawabku sambil tertawa.
  "Anjirr sumpah lo? Hahaha,,, Gila ya kalian ternyata." jawab syafa sambil ikut tertawa.

Aku pun melanjutkan mensruput cappucino ku di cafe ayahnya syafa.

  "Hmmm,, btw rum. Kalo dipikir pikir lagi. Lo gak takut gitu kalo misal gama beneran suka sama lo gimana? Dari gelagatnya dia itu serius deh sama lo."

Aku diam sejenak sambil menikamati seduhan dari kopi kesukaanku itu.

"Lo tau kenapa gue selalu nolak buat pacaran?" tanyaku kemudian.
"Karena dilarang oleh agama? Iya kan! itu sih alasan klasik lo dari dulu." kata syafa meremehkan.
"Hufff,,, itu lo tau."
"Yaelah, gitu amat sih idup lo, semua orang juga pernah ngelakuin dosa kali." ucap syafa
"Terus lo suruh gue buat ngelakuin dosa juga gitu? Buat nambah catatannya malaikat atid?" tanyaku
"Iyap, betul banget." jawabnya tanpa beban
"Dasar monyet." kataku sambil melemparinya bantal duduk dari cafe.

"wkwkwkk."

Suasana kembali hening.

"Tau gak? Alasan lain kenapa gue gak mau pacaran selain karna perintah agama." kataku kemudian.
"Apa?"
"Gue takut kecewa."
.
.
"Gue takut, kehilangan orang yang gue sayang. Karena takdir orang berpacaran itu untuk putus, entah karena akan menikah atau karena sudah tak ada perasaan. Gue nggak mau kalau cuman jadi penjaga jodohnya orang lain."

Syafa pun diam sejenak sambil tak berhenti memcocolkan kentang goreng ke saos sambal kemudian memakannya.

  "Hmmm,,, bener juga kata lo." katanya dengan muka datar setelah melahap potongan kentang terakhir miliknya.

  "Udahlah gak usah dipikir lagi. Kita masih terlalu muda buat bergelut dalam dunia cinta. Lebih baik lo gunain tuh waktu dan umur buat banggain kedua orang tua lo. Jangan cuman buat mewek mewek manja di kamar, sambil habisin tisu karena nangisin cowok lo. Kalo gak buat nonton oppa korea hayalan lo tuh." kataku

"Aish... Lo bilang apa? Anjirrr pisau mana pisau. Gua bunuh lo sekarang mampus lo." jawabnya tak terima

"wkwkwkk... Ampun nek. Saya bercanda." jawabku menggodanya

  "Tai ayam lo."
  "wkwkwkk."

~~•~~

Alhamdulillah bisa lanjut nulis lagi nih reader. Heheheee...
Meskipun nulisnya curi curi kesempatan di kondisiku sekarang yang down. Ketambahan sama hidung buntu, dan suara serak macam kodok pinggir kali. 😷😱
Wkwkwkk... Hari ini aku izin sakit di rumah karena Flu ku udah terlalu berat. Jadi bukan hanya rindu ini yang berat. Flu pun juga bisa berat kalo dia lagi rindu loh... Cielah baper kodoknya kan.😋
Udahlah jangan di hirau.

Jangan lupa tinggalin jejak ya reader. Makaseh 😊

Can't Stop Love AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang