"Hemm Pril," ucapku setelah beberapa menit kami hanya membisu menikmati kesunyian yang semakin larut.
Gadis itu cantik, meskipun kenyataannya begitu banyak gadis lain yang begitu lebih cantik darinya, namun ada sesuatu yang berbeda dari sosoknya. Prilly Latuconsina, dapat meluluhkan para pria diluaran sana dengan sebuah senyuman yang menampakkan sepasangan lesung pipi di pipi chubby nya itu. Ah sungguh terlihat manis.
"Ada apa Li ?" jawabnya pelan, namun masih enggan menatapku.
"Kamu tau hal apa yang yang selalu ditunggu sehabis langit menangis ?" tanyaku memfokuskan pandanganku kepada langit yang masih berwarna gelap meskipun hujan telah mulai mereda namun langit tak kunjung menampakkan keceriaannya diatas sana.
Dan pertanyaanku kali ini berhasil membuat Prilly mengalihkan pandangannya kepadaku. Meskipun aku tak melihatnya, tapi aku tau jika dia terlihat bingung dengan pertanyaanku.
"Sehabis langit menangis ? Pelangi ?"
Aku menggeleng.
"Langit kembali cerah ?"
Aku terkekeh namun masih tetap menggeleng.
"Ahh~ kamu hanya menggeleng dan menertawakan jawabanku Ali ! Huh, aku tidak tau." jawabnya menyerah.
"Hahaha, kamu memang gadis yang mudah menyerah ya Pril ?" ledekku membuat dirinya menatapku sebal.
"Lebih baik menyerah bukan daripada harus menghadapi kenyataan terpahit. Keduanya memiliki rasa yang sama, terluka."
Deg.
Kini giliranku yang menatap kearahnya, aku dan dia saling menatap, dan untuk beberapa saat kami melupakan keberadaan kami yang masih berdiri di depan kelas, sembari menunggu hujan berhenti.
Lihatlah, sekarang setelah langit mulai berhenti menangis, kini giliran Prilly yang mulai menahan air matanya dihadapanku.
"Pril ..."
"Aku tau Li, aku tau ..." potongnya, "Kisah kita memang sudah berakhir lama, dan seharusnya rasa itu sudah menghilang bersamaan dengan luka atas menyerahnya aku menghadapi hubungan kita." lirihnya dengan suara isak yang mulai terdengar.
"Kamu benar. Tapi tidak sepenuhnya benar, karena aku tau kamu menyerah untuk kebahagiaan orang lain. Kamu rela melepaskan aku untuk menyelamatkan hidup seseorang, sahabatmu yang menyukaiku." jawabku dengan nada lembut.
"Dia pantas mendapatkanmu Li," gumamnya. Dan untuk beberapa saat kami kembali terdiam mencerna situasi ini.
"Kamu seperti Petrichor ya Pril," lagi dan lagi, aku kembali membuka suara.
"Hal yang selalu ditunggu setelah hujan adalah Petrichor. Tetesan air langit yang terjatuh diatas tanah yang akhirnya menghasilnya sebuah udara segar yang begitu khas."
Prilly tidak menggeming. Ia hanya mendengar ucapanku tanpa membalasnya.
"Sama halnya dengan Petrichor, kamu juga hal yang selalu aku tunggu setelah semuanya berakhir. Kamu adalah udara segar yang aku miliki sebelum semuanya menjadi serumit ini."
"Li ..."
"Bukan hanya Petrichor yang ditunggu. Seperti ucapanmu tadi, Pelangi salah satu hal yang ditunggu setelah hujan reda." jedaku mengangkat tangan kananku ke depan untuk menadah air hujan yang terjatuh diatas telapak tanganku.
"Kamu memang bukan 'Petrichor'ku lagi, tapi bisakah kamu menjadi 'Pelangi'ku ? Pelangi yang senantiasa hadir disaat semua badai ini berakhir ? Aku ingin kamu menunggu aku Pril."
"Aku tau kamu sangat menyayangi Renata yang merupakan sahabat kecilmu, kamu selalu berkorban banyak untukn---"
"Itu karena dia tidak memiliki sisa hidup yang lama ... Aku hanya ingin memberikan sesuatu yang ia inginkan semasa hidupnya. Itu saja." potongnya memotong ucapanku.
Pecah sudah tangis Prilly disaat langit justru berhenti menangis untuk bumi. Kini justru giliran gadis mungil inilah yang menangis untuk sahabatnya yang memiliki penyakit Leukimia stadium akhir.
Dengan gerakan refleks, aku merengkuh tubuh gadis mungil ini untuk memberikan ketenangan. Aku tau ia tengah menghadapi kenyataan pahit tentang sahabatnya itu. Aku bisa merasakan itu Pril.
"Hiksss ... hikss ... Aku sayang kamu Li aku sayang ... Tapi kita tidak mungkin bersama ... Aku ingin Renata bahagia atas perasaannya kepadamu, aku hanya ingin membuatnya tersenyum... hiks ..."
"Aku paham Pril, aku tau ini begitu sulit untuk kamu dan aku. Memang terkadang kita harus mementingkan kepentingan seseorang dibandingkan kepentingan kita pribadi hanya untuk membuatnya bahagia dan kepahitan untuk kita sendiri." ucapku mengelus puncak rambut harumnya yang begitu aku rindukan.
"Sudah kamu jangan menangis Pril, maaf telah membuatmu bersedih seperti ini. Aku hanya ingin kamu tau, bahwa perasaan ini tetap sama saat bersamamu atau tanpa kamu disamping aku."
Aku mendekap erat tubuhnya untuk saat ini karena aku tau akan sulit untuk memeluknya seerat ini nantinya. Aku ingin memberikan ketenangan untuknya.
"Cobalah menghirup Petrichor ini Pril," ajakku setelah ia tenang.
Prilly mengangguk dan menjauhkan tubuhnya dari pelukkanku. Ia mencoba menghadap kearah depan seperti semula dan secara perlahan mulai memejamkan kedua mata indahnya untuk menikmati udara segar yang begitu khas.
"Ingatlah aku sebagai Petrichor. Udara segar yang akan selalu ada disaat kamu butuh ketenangan. Dan jadilah kamu sebagai Pelangi yang selalu tersenyum seusai semua kenyataan pahit ini."
Mata Prilly perlahan terbuka disaat aku membisikkan kalimat tersebut ditelinga kanannya. Dapat aku lihat raut wajahnya yang kembali tenang seperti semula dan sebuah senyuman yang menambah keceriaan di wajahnya.
Meskipun aku hanya mampu melihatnya dari kejauhan, karena aku mulai melangkah menjauhi dirinya tapi aku dapat melihat gerakkan bibirnya dengan jelas. Ia mengatakan ...
Terimakasih Ali.
Aku tersenyum lalu melambaikan tangan kananku padanya yang masih berdiri di depan kelas, sementara aku semakin jauh melangkah.
"Pulang yuk ?" ajakku kepada seseorang yang telah lebih dulu menungguku di depan gerbang sekolah. Renata, kekasih sekaligus sahabat Prilly, mantan kekasihku.
Renata dengan wajah yang terlihat pucat itu mengangguk lalu memautkan jari-jarinya yang semakin hari semakin dingin itu kepada jari-jari tanganku.
Aku bergandengan dengannya erat. Dan memberikan senyuman hangat untuknya. "Maaf ya udah buat kamu menunggu lama."
Renata menggeleng pelan. "Tidak apa-apa. Justru aku yang harusnya meminta maaf sama kamu dan ... Prilly." ujarnya pelan.
*** TAMAT ***
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Pendek Alpril
Short StoryCerita pendek tentang Aliando dan Prilly. Selamat membaca !