Perempuan.
Makhluk sosial yang terkadang menutupi dirinya dari semua orang. Bukan. Dia bukan mengurung diri tidak mau keluar dan bertemu dengan orang lain bukan. Melainkan ia menutupi sesuatu yang ia rasa pada semua orang, misalnya kesedihannya ?Seperti yang dialami Prilly, gadisku. Aku tau dibalik semua senyuman dan sikap cerianya sebenarnya terselip kesedihan yang ia selalu tutupi dibalik itu semua.
"Hei Li ? Kenapa melamun ?? Masakanku tidak enak ya ?"
Aku tersentak dan kembali menormalkan mimik wajahku darinya. "Aku tidak apa-apa. Masakanmu juga selalu seperti biasanya. Lezat !" jawabku mengancungkan ibu jariku kepadanya.
Lagi dan lagi ia terkekeh atas pujianku padanya, Ah~ sampai kapan kamu mau berpura-pura baik-baik saja dihadapanku Pril ?
"Oh iya Li, tadi aku ke toko buku lalu melihat buku ini," ia berujar sembari menyodorkan sebuah buku yang lumayan tebal dihadapanku. "Aku rasa ini cocok untuk kamu baca saat aku telat datang kesini. Tapi kamu tenang saja, aku akan usahakan selalu tepat waktu datang kesini kok. Ini hanya untuk berjaga-jaga saja takut kalau kamu bosan. Ini ambillah,"
Aku mengangguk pelan dan mengambil buku itu yang entah apa judulnya. Aku tidak memerhatikannya.
"Terimakasih, tapi kamu tidak perlu memaksakan diri Pril. Aku tau skripsimu harus segera kamu selesaikan sebelum batas dateline kan ? Ak---"
"Tidak apa-apa ! Aku bisa kok membagi waktuku untukmu dan skripsi. Kamu tenang saja, apapun aku lakukan untuk bisa terus bersamamu Li ... Kamu tau kan Li in...ini..."
"Ini untuk membahagiakanku disisa umurku yang semakin menendekkan ?" potongku melanjutkan ucapannya.
Aku terdiam dan diapun terdiam. Dibawah pohon rindang halaman rumah sakit ini, kembali Prilly menunjukkan topeng itu dihadapanku. Dia sama sekali tidak menunjukkan rasa kesedihannya diwajah cantiknya itu, ia hanya terdiam dengan wajah polosnya.
"Kamu ingat saat pertama kali kita berjumpa ?" tanyaku tiba-tiba memecahkan keheningan diantara kami.
Prilly, gadisku itu menoleh padaku dan sedikit mengerutkan keningnya, "Ingat ! Saat kita sama-sama di Ospek kan ? Ah ! Saat itu kita terlihat konyol dengan benda-benda Ospek itu." ucapnya sembari terkekeh.
"Salah," elakku menggelengkan kepalaku da membuat tawanya lenyap seketika.
"Eh ? Salah ?"
"Aku sudah memerhatikanmu jauh sebelum kita masuk di kampus yang sama Pril, lebih tepatnya dua bulan sebelum kita di Ospek kita sudah beberapa kali berjumpa ya ... meskipun hanya aku yang menatapmu sementara kamu tidak menyadari keberadaanku."
"Dulu di Rumah Sakit ini bukankah kamu sering berkunjung untuk merawat Nenekmu yang sakit ?"
"Ali ... kamu tau darimana ?"
"Karena dari dulu pun aku sudah sering berkunjung kesini untuk check up rutin, tapi ... tanpa sadar saat aku melewati lorong ICU aku mendengar sebuah gema tawa di dalamnya. Ku pikir itu hanya khayalanku karena tidak mungkin di Ruang ICU ada tawa seseorang disana." lanjutku memulai kembali ceritaku, sementara Prilly dengan antusiasnya mendengarkan dengan seksama disampingku.
"Namun beberapa hari kemudian, aku kembali ke Rumah Sakit lalu melewati lorong Ruang ICU dan mendengar suara ... suara seorang Perempuan yang diselingi oleh tawa. Saat itu aku berdiam didepan pintu ICU dan sedikit mengintip dari jendela Ruang ICU itu ... Dan tenyata itu kamu Pril," jedaku menggenggam tangannya yang hangat. "Tawamu, senyummu sukses membuat aku terpesona saat itu juga."
Terkejut.
Mungkin itu yang dirasakan oleh Prilly saat ini setelah mendengar ceritaku.
"Ih Ali ! Kenapa baru cerita sih ? huh ! Aku kan jadi salah tadi." gerutunya melepas genggamanku dan balik mempukul bahuku pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Pendek Alpril
Short StoryCerita pendek tentang Aliando dan Prilly. Selamat membaca !