Part. 1 - New Apartement

2.1K 114 30
                                    


Aku menyeka keringat didahiku sambil tersenyum puas. Ku edarkan pandanganku pada ruangan apartemen baru kami yang begitu luas dan juga sangat bagus dari apartemen kami sebelumnya. Hari ini, aku dan Forth kekasihku baru saja membereskan barang-barang kami di apartemen kami yang akan kami tempati ini. Apartemen yang aku pilih karena selain dekat dengan tempat kuliahku juga dekat dengan tempat kerja Forth. Selain itu, walau apartemen ini cukup besar dan modern tapi harga sewanya cukup murah.

Aku dan Forth sudah berhubungan selama hampir dua tahun pada saat umurku tujuh belas tahun dan Forth berusia sembilan belas tahun. Jika di ingat-ingat, waktu itu hubungan kami tidaklah baik dan malah bisa dianggap kami adalah rival. Waktu itu aku sangat membenci Forth karena dia begitu dingin, sombong dan juga seorang playboy kurang ajar. Sedangkan Forth, dia menganggapku sebagai seorang penggangu yang selalu berada di sampingnya. Kami selalu beragumen dan bahkan saling menghina satu sama lain hampir setiap hari waktu itu, tetapi anehnya kami berdua malah saling jatuh cinta setelahnya

Aku tersenyum kecil mengingat masa laluku. Terlebih pada saat itu Forth lah yang menyatakan cintanya padaku. Yah... walaupun bukan dengan cara yang romantis atau manis sedikitpun. Malah bisa dibilang waktu itu terasa sangat canggung dan kaku bahkan mungkin aneh. Walau begitu, aku menganggapnya sebagai memori indah yang tidak akan pernah aku lupakan seumur hidupku. Terlebih mengingat ucapan Forth saat menyatakan cintanya padaku yang selalu membuatku ingin tertawa.

Waktu itu dia mengatakannya dengan wajah blushing yang hampir membuatku merasa bahwa orang didepanku itu bukanlah dirinya. Karena pada dasarnya, Forth itu selalu berwajah dingin dan juga angkuh. Jangankan blushing, tersenyum saja dia tidak pernah.

"Aku menyukaimu Beam. Aku tahu ini aneh karena kita selalu bertengkar dan mungkin kau tidak percaya padaku, tapi aku memang benar-benar menyukaimu. Maka dari itu, aku harap kau mau menjadi pacarku. Karena jika tidak, maka aku akan memaksamu sampai kau mau menjadi milikku. Dan kau hanya boleh menjawab pernyataan cintaku dengan 'Iya aku mau menjadi pacarmu Forth' bukan dengan 'Tidak' atau 'Aku menolakmu' karena aku tidak mau menerima penolakkan darimu,"

Itulah pernyataan cintanya atau mungkin paksaan cintanya padaku. Setelah dia mengatakan itu, aku langsung memukul wajahnya dengan ransel berisi bola basket milikku hingga membuat dia pingsan. Lalu setelah Forth sadar, aku katakan padanya tanpa perintah otakku bahwa aku mau menjadi pacarnya. Dan yah... kami pun menjadi sepasang kekasih yang kian harinya semakin dekat dan Forth pun berubah menjadi seorang yang sangat romantis dan perhatian padaku.

Aku menggelengkan kepalaku beberapa kali dengan wajah yang memerah mengingat hal tersebut. Lalu aku melihat kembali sekeliling apartemen kami yang terdiri dari satu kamar utama dan satu kamar tamu. Ruang tengah yang cukup luas, sebuah dapur modern beserta meja makannya. Dua kamar mandi yaitu didekat dapur yang berukuran besar dan didalam kamar utama yang berukuran sedang. Dan jangan lupakan jika lantai apartemen kami berada dilantai enam dari tujuh lantai, sehingga kami bisa menikmati pemandangan hiruk pikuk kota dari jendela besar di ruang tengah.

Aku mulai berjalan menuju dapur sembari melirik Forth yang kini tengah memasang kabel tv diruang tengah dengan serius. Di dapur, aku mulai memasukkan bahan makanan yang beberapa waktu lalu aku beli di supermarket kedalam kulkas. Setelah itu, aku mulai melirik arlojiku yang ternyata waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Aku membulatkan mataku, ternyata kami sudah hampir tiga jam melakukan beres-beres hingga lupa waktu.

Aku menghela napas sebal karena aku belum menyiapkan makan malam sama sekali dan bahkan kami berdua belum mandi. Aku memandangi tubuhku yang hanya terbalut kaus hitam dan celana pendek berwarna putih yang agak basah karena keringat. Sama halnya dengan Forth, tetapi dia sebaliknya yaitu memakai celana hitam dengan kaus putih. Dengan tergesa-gesa, aku mulai menyiapkan makan malam dan mengambil bahan makanan di kulkas.

Who You??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang