Happy reading!
.........
Prilly melangkahkan kaki jenjangnya menginjak lantai rumah sakit, ditangannya terdapat plastik berisikan buah yang sengaja ia beli untuk seseorang. Beruntung hari ini pekerjaannya tidak terlalu berat sehingga memudahkannya untuk meminta izin pulang lebih awal dari jam pulang seharusnya. Alex memang bos yang baik, ketika ia memberikan alasan mengapa ia meminta izin karena ingin menjenguk seseorang dirumah sakit, maka pria itu langsung mengizinkannya pulang tanpa banyak bertanya lagi. Bahkan Alex sempat menyampaikan ucapan 'semoga lekas sembuh' padanya.
Setelah tadi bertanya pada suster yang tak sengaja ia temui, sekarang Prilly sudah mengantongi informasi ruang rawat Vanna. Sebenarnya Vanna sudah dirawat dirumah sakit dari 2 hari yang lalu karena menderita maag akut, mengharuskannya dibawa kerumah sakit untuk segera mendapatkan penanganan. Dan Prilly baru hari ini bisa menjenguknya dirumah sakit karena pekerjaan yang tidak bisa ditinggal. Selama 2 hari itu pula Prilly tahu jika Yaksa selalu bersama kakak sepupunya tersebut, ia tahu meskipun Yaksa terkesan tidak berbicara jujur padanya kalau saat itu ia berada dirumah sakit untuk menemani Vanna.
Bolehkah Prilly mengatakan jika hatinya sakit mengetahu hal itu?
Tidak, tidak seharusnya ia merasa begitu disaat seperti ini. Vanna sedang sakit, dan posisi Yaksa sebagai kekasihnya adalah sangat wajar jika pria itu memilih menemani Vanna daripada menghabiskan waktu bersamannya seperti 4bulan belakangan ini. Ia tidak boleh egois, seharusnya ia sadar dimana posisinya kini. Tak lebih dari sekedar selingan semata, bahasa kasarnya ia adalah...
Simpanannya Yaksa.
Prilly menggelengkan kepalanya cepat, mengusir segala prasangka yang kini menggelayuti hati dan pikirannya. Mengatur nafas serileks mungkin, dikarenakan pintu kamar tempat Vanna dirawat sudah terpampang jelas dihadapannya. Tiba-tiba saja langkah kakinya berhenti, tangan yang semula terulur hendak memutar handle pintu juga ikut terhenti. Degub jantungnya berdetak tak karuan sekarang, didalam sana ada Vanna dan Yaksa. Prilly bisa tahu karena sewaktu diparkiran ia tak sengaja melihat mobil yang biasa pria itu pakai.
Dengan sedikit tarikan nafas, bersamaan pintu yang terbuka sempurna membuat Prilly tahu. Tak ada lagi yang bisa ia lakukan selain bersikaplah sebiasa mungkin didepan mereka berdua, ia tak bisa lagi mundur atau pulang ketika Vanna sudah memanggil namanya dari tempat dimana wanita itu terbaring. Dan pandangan Yaksa yang juga tertuju padanya. Persiapkan dirimu sebagus mungkin, Prilly. Dan mulailah kenakan kembali topeng terbaikmu.
Detik itu pula Prilly tersenyum lebar, sambil berkata dengan nada cerianya. "Hai kak."
"Hey, Prill. Sini masuk." ucap Vanna tak kalah lembut, dari jaraknya yang lumayan dekat ini Prilly bisa melihat wajah pucat kakaknya meskipun ibunya sempat bilang jika kondisi Vanna sudah mulai agak baikkan. Yaksa bangkit dari duduknya, lalu mempersilahkan Prilly tanpa nada canggung sedikitpun. Pria itu terlihat tenang, menyempatkan mengusap pucuk kepala Vanna sebelum membiarkan Prilly menempati tempat duduk disisi ranjang.
Prilly masih bisa tersenyum, tetapi hatinyalah yang sekarang menangis. Perlakuan manis Yaksa, dan segala perhatian pria itu pada Vanna bukanlah sebuah sandiwara. Prilly bisa tahu itu.
"Kamu bawa apa, Prill?" suara Vanna langsung menyentaknya kealam sadar, detik kemudian ia mengangkat bawaannya lalu meletakan diatas meja disebelah tempat tidur Vanna.
"Itu cuma buah kok, kak." bibir Prilly membentuk garis lurus, "Gimana keadaan kakak?" tanya Prilly memastikan.
"Alhamdulilah aku udah baikkan kok, kamu kenapa baru sekarang jenguk kakak?" Vanna mencebikan bibirnya berpura-pura kesal pada Prilly, membuatnya terkekeh pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The SECRET Of The OLD
Romance[ Note! ada beberapa bagian yang diprivate, jadi harus follow dulu baru bisa dibuka. Terimakasih ] "Jagain kak Vanna buat gue ya, Li? dia cinta banget sama lo." - Ashprilly Zeinna Wousten- "Mungkin lo bakalan nganggep gue bajingan setelah ini, tapi...