Klik 🌟 sebelum membaca.
...........
Prilly memasang senyum palsunya saat berpapasan dengan beberapa karyawan kantor lainnya yang hendak menaiki lift bersama dirinya, yang dia lakukan hanya mengumbar senyum tipis sampai lift membawanya kelantai tempat Prilly bekerja. Gadis itu memang pandai memanipulasi ekpresi, terbukti dengan gelagatnya yang sudah kembali seperti biasa. Tak menunjukan raut lelah, ataupun sisi rapuhnya. Prilly benar-benar tidak menginginkan satu orangpun mengetahui kelemahannya.
"Selamat pagi, pak Alex." sapa Prilly seraya bangkit dari kursinya untuk memberi salam pada Alex yang terlihat berjalan menuju ruang kerjanya, Alex membalas sapaan Prilly seperti biasa lalu memasuki ruangannya tanpa banyak berucap lagi. Sebenarnya Prilly sempat merasa heran karena sikap Alex terasa berbeda seperti biasa, meskipun pria itu masih membalas sapaannya dan membalas senyumannya. Tapi ia tidak ingin terlalu diambil pusing, lebih baik otak cerdasnya itu ia gunakan untuk mengerjakan pekerjaannya yang sempat ditinggal kemarin.
Jam makan siang akan tiba beberapa menit lagi, untuk itu Prilly mengangkat wajahnya dari layar komputer untuk sebentar. Mendapati Grace yang sedang berjalan menghampiri meja kerjanya, wanita itu mengumbar senyum canggung. Mungkin karena merasa tidak enak padanya, entahlah.
"Hai, Prill." sapanya, Prilly tersenyum tipis menunggu Grace mengatakan sesuatu lebih dulu. "Sorry soal waktu itu yaa, gue bener-bener minta maaf." Prilly terdiam untuk sesaat, dia bisa melihat jelas raut sesal diwajah teman kantornya itu.
"It's okay, Grace."
Grace menghembuskan nafas lega, ternyata Prilly tidak marah seperti dugaannya. Gadis itu malah terlihat biasa saja, dan tetap tersenyum pada dirinya.
"Lo mau makan siang?" Prilly mengangguk ragu.
"Makan siang bareng gue yuk? gue yang bayar deh, itung-itung sebagai permintaan maaf gue. Mau yaa?" bujuk Grace, Prilly melirik pintu ruangan Alex yang masih tertutup rapat lalu kembali menatap kearah Grace.
"Lo duluan, nanti gue nyusul." ucap Prilly yang langsung diangguki oleh Grace, sepeninggalnya wanita itu Prilly lantas bergerak mendekati pintu ruangan Alex dan mengetuknya pelan.
Sayup-sayup ia bisa mendengar suara Alex yang menyuruhnya masuk, dan saat ia melihat Alex masih berkutat dimeja kerja lantas membuat Prilly berjalan mendekat.
"Permisi pak, sekarang sudah waktunya makan siang. Apa bapak ingin menitip sesuatu sebelum saya pergi makan siang?--- astaga!!!" pekik Prilly terkejut melihat wajah pucat Alex, pria itu mengeluarkan keringat dingin disekitaran dahi. Refleks Prilly berjalan mengitari meja dan meletakan punggung tangannya didahi Alex setelah mengucapkan kata 'maaf'. Prilly meringis merasakan suhu tubuh Alex yang meninggi.
"Bapak demam!" pekiknya khawatir, dia segera membantu Alex untuk berbaring diatas ranjang dalam salah satu ruangan khusus Alex untuk beristirahat. Ruangan itu berbentuk seperti kamar tidur yang cukup minimalis tapi tetap memberikan kesan nyaman. Setelah itu ia membantu melepaskan sepatu, jas, dan dasi Alex.
"Jangan kemana-mana, saya akan kembali lagi nanti." titah Prilly dengan nada memerintah, setelah mengatakan itu Prilly pergi meninggalkan Alex dengan tergesa. Ia meminta tolong office boy yang tak sengaja lewat depan ruangan Alex dan memintanya membawakan air hangat, handuk kecil, bubur ayam dan obat penurun demam. Tak lama ia kembali dengan semua perlengkapan itu ditangannya, ia bahkan sampai membuka blazzer-nya. Prilly mulai mengompres dahi Alex penuh perhatian, sebelumnya ia membantu Alex memakan buburnya dan meminum obatnya. 25menit berlalu, wajah pucat Alex perlahan memudar meski tidak sepenuhnya. Prilly bisa menebak jika pria itu pasti tengah terlelap, melihat dari nafas teratur pria itu sekarang. Saat itulah Prilly bisa bernafas lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
The SECRET Of The OLD
Romance[ Note! ada beberapa bagian yang diprivate, jadi harus follow dulu baru bisa dibuka. Terimakasih ] "Jagain kak Vanna buat gue ya, Li? dia cinta banget sama lo." - Ashprilly Zeinna Wousten- "Mungkin lo bakalan nganggep gue bajingan setelah ini, tapi...