STOTO 11

2.8K 463 66
                                    

Enjoy guys;)
........

Yaksa mencecap bibir manis Prilly pelan, merengkuh pinggang gadis itu untuk menghapus jarak yang terbentang diantara mereka berdua. Perlahan tapi pasti, Yaksa jadi semakin lupa diri. Dia menikmati setiap apapun yang ada pada diri Prilly, seakan baru menemukan candu yang lama hilang. Dengan setengah sadar mata terpejam Prilly meneteskan airmata, tubuhnya lemas tak bisa menggerakan anggota tubuh yang lainnya. Yaksa sungguh tak memberinya kesempatan untuk menampar pipi pria itu dengan kencang, jangankan untuk menampar, untuk berontak dari kungkungan lengan kokohnya saja Prilly tak berdaya.

Tangis Prilly makin jadi, wajah putihnya kini telah basah dipenuhi airmata. Dia tidak kuasa membuka mata, Yaksa menjauhkan wajahnya dari Prilly. Menahan bobot tubuh Prilly kedalam gendongannya, membawanya keluar menuju parkiran dimana sebuah mobil sudah menunggu mereka disana.

Yaksa memasukan Prilly perlahan, dia terlihat berbicara sebentar pada supir itu memberitahunya untuk mengantar mereka berdua kesalahsatu hotel. Meskipun dia membenci gadis ini, tapi ia tidak mungkin membawa pulang Prilly dengan kondisi mabuk berat seperti ini. Dia.. masih memiliki hati untuk tidak membiarkan gadis itu diusir oleh kedua orang tuanya, selain itu ia juga tidak siap melihat tatapan kecewa kedua orang gadis itu nanti.

Prilly dikenal sebagai gadis baik-baik dikeluarganya. Dan ketika melihat kondisi Prilly sekarang ini, sudah dipastikan keluarganya pasti akan sangat kecewa.

Yaksa menoleh, memperhatikan wajah Prilly dengan kedua matanya masih terpenjam. Tidak berkomentar apapun, Yaksa mengalihkan perhatiannya pada ponselnya yang bergetar dan mendapati pesan dari Vanna. Senyum tipis langsung menghiasi wajah pria itu.

@Vayaksa

Sayang, kamu lagi dimana?

Entah kenapa Yaksa jadi ingin tertawa sendiri membaca username wanita itu, dia ingat dan tahu betul kapan, dimana, wanita itu mengganti usernamenya dengan Vayaksa.

Yaksa tidak membalas pesan Vanna, akan tetapi lelaki itu langsung menghubunginya lewat sambungan telpon.

"Halo, Van? aku lagi ada diluar, ada apa emangnya?"

"Oh. Enggak papa kok, mas. Cuma kangen aja." seru Vanna manja. Untuk sekilas Yaksa terkekeh, tak menyadari gadis disebelahnya meringis memijat keningnya sendiri. Sayup-sayup Prilly bisa mendengar percakapan Yaksa, nada bicara pria itu begitu halus dan lembut. Berbeda sekali jika sedang berbicara kepadanya, cenderung dingin dan datar.

"Aku juga kangen sama kamu." sudut mata Prilly kembali mengeluarkan airmata, meskipun ia tidak yakin itu suara Yaksa sungguhan atau sekedar khayalannya saja. Yang jelas hatinya masih saja sakit.

Prilly menggerakan kepalanya bersandar pada kaca mobil, dan kembali tidak sadarkan diri. Yaksa menoleh mendapati posisi Prilly seperti membuang pandangan darinya.

"Van, udah dulu yaa. Client aku udah balik dari kamar mandi," bohong Yaksa.

"Yaudah kalo gitu. Love you, mas." Yaksa hanya berdehem dengan bibir melengkung senyuman, begitu telpon terputus suasana kembali menjadi hening.

I love you to, always!

Mobil yang ditumpangi Yaksa berhenti disebuah parkiran hotel, Yaksa kembali menggendong Prilly menaiki lift untuk menuju lantai atas sehingga ia tidak perlu melalui lobby terlebih dulu. Membawa Prilly kedalam sebuah kamar bernomor 486 dilantai 16.

Dia meletakan Prilly keatas ranjang, melepaskan sepatu high heels yang gadis itu kenakan, serta menarik selimut tebal untuk menutupi tubuh Prilly hingga kebatas dada. Setelah itu Yaksa beranjak pergi, dia bahkan terlihat tidak sudi berada dalam satu ruangan bersama gadis itu meski cuma dalam hitungan menit.

The SECRET Of The OLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang