TSOTO 10

3.2K 443 51
                                    

Boleh minta votenya dulu gak? hehehe!

Happy reading!
..........

Ferdi cuma bisa terdiam memerhatikan Yaksa yang duduk dikursi tunggal dengan sangat jengah, pria itu mabuk. Dia akan menjadi sangat berisik itulah kenapa Ferdi sangat mengutuk Yaksa begitu pria itu mendapatkan telpon dari bartender club yang biasa ia dan Yaksa datangi, pria itu mengatakan jika Yaksa mabuk berat. Hanya Ferdi satu-satunya yang orang itu tahu kenal dekat dengan Yaksa.

Ferdi menghembuskan nafas kasar, ini bukan pertama kalinya Yaksa mengacaukan waktu tidurnya. Akhir-akhir ini Yaksa sering sekali mengunjungi club dan berakhir tidak sadarkan diri seperti ini. Sialnya meskipun dia merasa kesal pada sahabatnya itu, Ferdi tetap tidak bisa mengabaikan.

Manis yaa? bahkan sampai manisnya, Ferdi sendiripun merasa muak.

"Gue benci sama lo!" Yaksa mulai meracau lagi, semua serentetan yang pria itu katakan tidak jauh-jauh dari sang mantan yang dianggap sialan olehnya. Tragis!

"Gue juga benci sama lo, Andrian!!"

Ferdi menegakkan tubuhnya yang pegal karena membopong tubuh berat si pria keras kepala itu dari lobby menuju apartemennya yang terletak dilantai 25. Sungguh merepotkan, sepanjang lift membawa mereka berdua menelusuri dari lantai kelantai Ferdi terus saja mendumal.

Dia menggerakan lehernya kekiri dan kekanan, lalu beralih pada Yaksa yang berbaring diatas karpet tidak sadarkan diri. "Iya gue tau lo benci sama mereka. Lo udah bilang kayak gitu ratusan bahkan ribuan kali selama beberapa taun ini." sahutnya, sedetik kemudian dia terkekeh. Dia pasti sudah tidak waras karna mengajak bicara orang mabuk, yang mana itu sama saja mengajak tembok untuk bicara. Percuma!

Dia berjongkok, menepuk-nepuk pipi Yaksa. "Jadi... berenti ngoceh-ngoceh gak jelas, sebelum gue sumpel mulut lo pake kaos kaki." desisnya kejam.

Mungkin kalau dilain waktu saat Yaksa sadar, Ferdi tidak akan bisa melakukan itu. Jika tidak ingin menjadi sasaran empuk bogem mentah Yaksa diwajah yang katanya lumayan tampan.

Tetapi... dia memang cukup tampan.

Ferdi langsung tertawa tidak jelas, lalu mengumpat kembali. Dia membopong tubuh Yaksa, lalu meletakannya diatas sofa panjang. Biarpun orang ini adalah sahabatnya, tetapi jangan harap dia akan sudi meminjamkan kamarnya pada orang yang sedang mabuk karena frustasi soal cinta. Dia--- tidak mau menanggung segala kemungkinan yang akan terjadi. Big no!

Terdiam, Ferdi memerhatikan wajah pulas Yaksa dengan pandangan tak terbaca. Dia memandangi Yaksa bukan karena ia pencinta sesama jenis, itu terlalu konyol baginya. Tapi karena dia merasa tak habis pikir dengan jalan kehidupan sahabatnya. Menentang takdir yang semestinya, sampai detik ini saja Ferdi tidak tahu mengenai apa saja yang ada dalam kepala laki-laki itu. Semua terlalu aneh jika dia mencoba untuk menebak-nebak, sebagai temannya yang baik dia hanya ingin supaya Yaksa tidak memilih jalan yang salah. Just it.

Ferdi melenggang pergi masuk kedalam kamar, membuka laci lalu mengambil selembar foto yang sudah lama dia simpan. Tidak menunjukkan ekpresi apapun, Ferdi hanya diam, pandangannya terkunci pada foto ditangannya. Bibirnya bergerak lurus, mengembalikan foto tersebut ketempat semula dan menutupnya.

 Bibirnya bergerak lurus, mengembalikan foto tersebut ketempat semula dan menutupnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The SECRET Of The OLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang