01

175 7 5
                                    

Sebuah kata yang mengingatkan segala kenangan, 'rindu'. Membelai otak, melewati semua bagian terpenting dalam mengenang. Apa yang harus diperbuat ketika kenangan membelai otak yang rawan.
Laki-laki bertubuh tegap itu sedang luyuh-luyuhnya. Entah apa yang membuatnya seperti itu. Dia membutuhkan penyemangat, motivasi dalam hal apapun. Walaupun begitu, keadaanya yang terlihat seperti seorang raja berkuasa dimana-mana. Tapi, pada faktanya, dia terlihat lelah dengan gelar yang mengikat dirinya. Bebas seperti angin dan badai. Itulah yang dia inginkan.

Desah lelah laki-laki tersebut terdengar di ruangan besar nan elegan. Terlihat sangat elegan. Pantas saja dia memang seorang pemimpin disana, karena itulah pas dengan ruangan yang dia tempati saat ini, terlihat dari salah satu sudut ruangannya yang memiliki kaca besar.

 Pantas saja dia memang seorang pemimpin disana, karena itulah pas dengan ruangan yang dia tempati saat ini, terlihat dari salah satu sudut ruangannya yang memiliki kaca besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

RUCTAVIUS POV

Keadaan ruangan sangat kacau. staf-staf, mereka membuatku sangat kesal dan marah. Apalagi sekretaris itu tak datang kekantor hari ini, membuatku semakin kesal karena si pengganti 'sekretaris sementara' itu tak lincah. Aku dibuat kesal dengan proposal yang dibuatnya sudah dua kali di kuperintah mengulang laporan tersebut. Mulut ini pun, sampai lelah mengatainya.

Tok...tok..tok..

Aku yakin pasti dia. "Pak, ini proposalnya," ucapnya sambil meletakkan laporan bermap biru tersebut keatas mejaku. Aku mengangguk. Segera kubuka map tersebut. "Ya, kau boleh kembali," balasku tanpa kulihat wajahnya. Aku yakin dia pasti mendesah lega. Aku berharap sekretarisku yang satu itu masuk segera. Siapa yang ingin bekerja dengan mulut yang lelah?

Aku memperhatikan view diluar jendela ruangan ini. Rintik-rintik hujan tadi masih membekas dengan jelas di kaca tersebut. Cuaca semakin hari tak terduga. Berubah-ubah tak sesuai dengan yang ramalan cuaca katakan. Padahal aku berharap hari ini cerah benderang.
Jadilah, aku yang semakin malas dengan keadaan yang mendukung untuk tidur-tiduran.

Tring...tring..tring..
Suara Cellphone ku berdenting. Panggilan masuk dari ayah ternyata.

'Pulang kantor segera makan malam disini,' ucapnya lugas.

Padahal aku belum berkata apapun, "emangnya ada apa?" Tanyaku.

'datang saja. Ini perintah ayah yang telah membesarkanmu,' balasnya singkat.

Dan aku hanya mengatakan 'iya' padanya. Daripada aku melawannya, perkataannya padaku akan semakin rumit dan panjang. Itu salah satu hobby nya. Berkata panjang dan membosankan. Aku melirik jam tangan Rollex ku, terlihat sudah hampir jam 12. Berarti, waktu makan siang akan segera mulai. Aku bangkit dari kursi perusahaan ini dan mengambil jasku yang tergantung di salah kaitan di samping pintu masuk ruangan ini.

"kosongkan semua jadwalku hari ini. Aku ada urusan mendadak," ucapku cepat pada sekretaris sementara tersebut. Segera kutinggalkannya, sengaja. Aku tak ingin dia banyak tanya, mulutku ini sudah lelah dengan pertanyaannya yang itu-itu saja. Aku masuk ke mobilku saat menghubungi pak supri-supir pribadiku, sudah sampai di basement perusahaan. Semua orang yang kulewati hanya menunduk hormat padaku. Jelas saja. Aku pemimpin perusahaan ini. Bukannya sombong tapi itu kenyataannya. Aku juga bukan orang yang termasuk murah senyum, tidak aku tak seperti itu.

⚣LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang