06

58 2 2
                                    

JESSY POV

Apa yang dipikirkan orang ini heh? Aku mencoba memberontak dari genggamannya. "Maaf tuan, apa yang sedang kau lakukan?!" Ucapku kesal. Dia menoleh datar. Aku melihat kesekitarku, sepertinya ini ruangannya. Mataku menatap kesegala arah, mencoba mengalihkan rasa gugupku karena saat ini dia sedang menatapku tajam.

Dia meninggalkanku yang terdiam didepan pintu kamarnya, dengan tubuhnya yang menghadap kejendela besar kamarnya dengan pemandangan danau buatan yang terlihat dari sini.

"Namamu Jessy kan?" Akhirnya bersuara juga dia.

"Iya, dan apa maksud anda membawaku kesini?" Tanyaku pelan.

Dia membalikkan badannya menghadapku, mendekat kearahku. Saat semakin dekat 1 langkah... 2 langkah... 3 langkah... aku refleks memundurkan tubuhku yang sayangnya terhimpit pintu dibelakang tubuhku. "Aku tak menyangka kau telah  mengenal sepupuku lebih dulu," aroma mintnya tercium oleh hidungku.

Tubuhku menggelenyar pusing mencium bau ini. Astaga lupakan pikiran itu JESSY! menstimulasi otakku untuk berpikir normal saat ini. Jika saja aku bergerak bisa saja bibir ini sudah bersentuhan dengannya. Bahkan hidungnya telah menyentuh hidungku.

"Iyyaa-kami bee-rtemu dipes-ta," setelah menarik nafas yang dalam tetap saja aku terbata-bata.

Dia mengangguk kecil. Aku mengikuti arah matanya yang sedang memperhatikan bibirku. Ya bibirku. WHAT?!

RUCTAVIUS POV

Rasanya benar-benar dalam mimpi. Bukankah ini suara gadis yang kutemui saat speech tiga tahun yang lalu. Dan saat ini aku bertatap mata dengan mata marine indahnya. Dengan bibir yang sedikit terbuka dan ekspresi wajah yang sangat membuatku tak bisa menahan.

Ya Tuhan! Aroma tubuhnya benar-benar pas untuk diciumi setiap hari. Aroma musk dan vanilla yang manis, benar-benar ingin kucicipi rasanya. Aku tak paham kenapa reaksi tubuhku benar-benar berlebihan saat melihatnya sekarang.

"Panggil aku Tavius," ucapku mengintimidasinya.

"Jessy.. kau benar benar bermasalah padaku!" Ucapku kasar sambil kuhapus kasar wajahku.

"Bagaimana mungkin aku bermasalah pada anda, eh Tav," tanya Jessy dengan bingung. Aku menatapnya tajam.

"Lupakan saja, kau harus kembali keruang makan! Jika tidak mereka akan curiga!"

"Huh! Kau yang menarikku kesini! Kau juga yang mengusirku! Menyebalkan sekali!" Dengus Jessy.

"Apa yang kau katakan Jessy? Menyebalkan?" Ucapku serius dan sarkas.

-☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆-

Nyali Jessy menciut melihat tatapan dingin Tavius. Dia merutuk dalam hati karena mulut dia tak bisa terkontrol! "Aku bisa lebih menyebalkan dari ini," nada serius dengan tatapan tajam Tavius tak pernah lepas dari Jessy.

SREET

Jessy membulatkan matanya terkejut. Ructavius menarik pinggang Jessy lebih dekat kedadanya. "Dengar Jessy, jika kau masih mengganggu pikiranku aku bisa melakukan apapun untuk dirimu," ucapnya dingin disamping telinga Jessy.

Jessy hanya menelan liurnya yang tersangkut di tenggorokannya.

"Aku tak pernah melakukan apapun padamu Tav," nada gugup Jessy terdengar.

"Memang tidak, tapi sayangnya secara tak langsung kau mengganggu pikiranku," nafas Tavius masih terasa dileher Jessy. Membuatnya merinding tak karuan.

Tangan Ructavius mengelus leher Jessy, dia benar-benar membuat Jessy merinding dengan rasa gelenyar aneh diperut. Saat ini bahkan tangan Jessy sedang dikepal erat menahan untuk tak beralih keleher Ructavius.

"Ya Tuhan kulitmu benar-benar lembut, katakan padaku berapa juta dolar kau keluarkan untuk kulit indahmu ini?" Tanya Tavius masih sambil mencium rambut Jessy.

"Aku tak pernah melakukan hal seperti itu," balas Jessy pelan. Jika dia bersuara lebih banyak Jessy takut akan mengeluarkan suara yang tak enak didengar telinga.

"JESSY!! KAU DIMANAA?!!" Teriak orang dari luar ruangan Tavius.

Refleks Jessy mendorong tubuh Tavius menjauh. Tavius hanya terus menatap Jessy tanpa mengalihkannya kemanapun. Berbeda dengan Jessy saat ini benar-benar gugup sekaligus bingung bagaimana caranya keluar dari ruangan ini, mata Jessy tak berhenti bergerak melihat sana sini. "Tunggu dia sampai kebawah, baru setelah itu kau bisa keluar."

Seakan-akan Tavius tahu apa yang dipikirkan Jessy, dan Jessy hanya mengangguk. Saat Jessy rasa sudah aman untuk keluar, dia menarik gagang pintu untuk membukanya. Tapi, tubuhnya terjungkal kebelakang.

"Ingat Jessy, jangan sampai kau mengganggu pikiranku," nada dingin Tavius dibelakang telinga Jessy.

Setelah itu Tavius melepas tangan Jessy, dengan cepat Jessy keluar dari ruangan tersebut.

Jessy memegang dadanya, rasanya habis seperti lari maraton pikir Jessy. 'Oke tarik nafas, buang. Tarik lagi, buang.' Setelah itu Jessy menuruni tangga dan kembali keruang makan.

"Jessy! Kenapa kau lama? Kau sakit?" Tanya Brayka beruntun.

Jessy hanya menggeleng sambil tersenyum dan berkata baik-baik saja. Brayka sedikit aneh melihatnya, lalu Brayka sedikit mengarahkan mulutnya kearah telinga Jessy, "apa kau lagi nyeri masalah perempuan?" Jessy terpekik.

"Tentu saja tidak!" Ucap Jessy sambil memukul lengan Brayka. Brayka terkikik geli.

Diujung ruangan seorang laki-laki sedang memperhatikan mereka berdua. Tak sengaja mata Jessy menangkap siluet Tavius. Dengan segera dia mengalihkan pandangannya kearah Brayka. 'Benar-benar mereka itu!' ucap Tavius dalam hatinya.

Sedangkan Jessy merasa gugup seperti sudah melakukan kesalahan. Heh? Kesalahan apa pikirnya?

"Kenapa Sy?" Sahut Brayka.

Jessy menggeleng, "kapan aku bisa pulang?"

"Jika kau ingin pulang sekarang akan kuantar." Dengan cepat Jessy mengangguk. Matanya melirik lagi kesudut ruangan. 'Kemana dia?' Sebut Jessy dalam hati. Mata Jessy menyisir ruangan itu. Tapi nihil, dia tak menemukannya.

'Mungkin sudah tidur' pikir Jessy sambil mengedikkan bahunya mencoba tak peduli.

Beberapa saat kemudian

"Terimakasih Bray," Jessy melambaikan tangannya saat mobil Brayka menjauh.

JESSY POV

aku memasuki rumah. Ruangan tengahnya memang sudah gelap. Para maid pasti sudah berhenti bekerja dan kembali keruangan mereka masing-masing di jam 10 an seperti ini. Aku kembali melanjutkan langkahku kekamarku. Membuka baju kaus dan sweater yang kupakai ini, meletakkannya disembarang tempat. Aku masuk ke toilet, membersihkan wajah dan kakiku.

Aku menyalakan saklar lampu kamarku. "Aaaaaaaa-aa!" Teriakku keras dengan suara teredam diakhiran. Tangannya membungkam mulutku.

"Diamlah! Kau bisa membangunkan orang lain dan berpikir ada maling dirumah ini!"

"Apa yang kau lakukan disini dan- bagaimana kau masuk?!" Pekikku keras.

"Apa yang tak bisa Tavius lakukan, semuanya bisa jika dia mau," dengan senyum miringnya.

Astaga jadi apa dari tadi dia melihat aku membuka bajuku, melepas celanaku. Astaga! Aku membulatkan mataku! Mesum sekali!

"Jangan berpikiran sembarangan! Walaupun aku ingin sekali, tapi aku tak sehina itu untuk mengambil kesempatan!" Aku melirik Tavius curiga.

"Benarkah?" Ucapku tak percaya.

"Aku menggunakan cara yang baik Jessy! Bukan cara seperti itu!"

Aku masih menatapnya curiga. Ah! Kembali kepertanyaan awal, "bagaimana kau bisa masuk?" Tanyaku penasaran.

Dia hanya mengedikkan bahunya, "rahasia." Sambil menyeringai

⚣LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang