04

55 3 0
                                    

Takdir menuliskan kejadian, hanya manusia yang tinggal berusaha mengerjakannya. Apakah mengubahnya atau dia tetap ingin mengalir seperti yang dituliskan?
Pada dasarnya, keinginan manusia, hati manusia sebagian besar dikendalikan oleh pencipta-Nya. Tapi, apakah manusia tersebut sadar memiliki Pencipta ataukah dia sadar, tetapi dia merasa bosan dengan keinginannya sendiri, sehingga baik atau buruk dia tetap menurutinya?

Satu hati, dua hati, tak terkadang banyak hati tersakiti. Karena keinginan manusia yang tak pernah ada habisnya. Melewati batas kemampuan hati. Apakah masih ada hati yang setega itu?

Jika iya, maka semua umat didunia akan saling bunuh membunuh, saling mempengaruhi, berlomba-lomba bersikap baik. Hanya untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, tolong ingatkan pada manusia yang memiliki keinginan dengan campur tangan hitam. Saat itulah pencipta-Nya menguji dirinya, sanggupkah ia mengatasinya atau dia mengikuti tangan hitamnya.

Begitupun dengan nafsu manusia yang tak akan pernah merasa cukup dengan dirinya.

RUCTAVIUS POV

Aku berpikir panjang selama perjalanan pulang. Kapan brayka pulang?
Kenapa dia tak menelpon ibu? Biasanya juga dia akan menelpon. Aku mengedikkan bahu tak peduli dengan rasa ingin tahuku.

Tak ayal dengan stimulasi otakku yang masih penasaran. Aku mencoba mengingat sesuatu yang tadinya ingin kuingat.

'Maaf aku tak sengaja'

Rasa-rasanya kalimat itu berputar terus menerus dipikiranku, menuntut untuk diingat. Ah! Gadis yang kutemui didepan gedung fakultas bisnis, saat aku akan memberikan speech. Sebenarnya waktu itu, aku tak percaya dia hanya meminta maaf tanpa melihatku!

Aku bahkan dibuatnya kesal! Tapi aku tak begitu mengingat wajahnya. Hanya suaranya yang indah memadu kasih diotakku.
Membuatku membayangkan hal ambigu terhadapnya. Ah! Sudahlah sembari menggelengkan kepalaku.

Aku sedikit merindukannya, aku akan mengunjunginya sekarang. Didalam perjalanan, kehidupan dulu-saat benar-benar merasa hidup, nafas mengalir indah, pikiran tenang. Saat ini rasanya hal itu mati, hilang jauh dalam diriku. Bukankah itu hal yang wajar saat kehilangan seseorang yang benar-benar kita sayangi dapat merubah sikap kita?

Bagaimanapun aku mencoba sekeras mungkin menyelamatkannya, tetap saja apa kata Tuhan, maka terjadilah. It's absolute decision.

Saat ini aku berdiri didepan makamnya, memejamkan mataku sembari berdoa dalam hati, 'Ya Tuhan, tempatkanlah istriku disisi terbaikmu. Buat dia bahagia. Aku bersyukur, kau mengambilnya dariku jika tidak, aku tak tahu seberapa banyak lagi penderitaannya saat bersamaku. Terimakasih.'

-☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆-

Disisi lain saat ini seorang gadis yang sedang satu mobil dengan seseorang yang baru saja ditemuinya dipesta tadi. Benar-benar tak masuk akal menerima orang yang baru saja dikenalnya. Bahkan 24 jam pun saja tak sampai! Biasanya juga Jessy sangan anti dengan laki-laki. Ini sangat aneh. Ya aneh. Katanya dalam hati.

"Dimana rumahmu Sy?" Jessy menoleh pada Bray.

"Cleveland Real Estate." Brayka mengangguk paham.

Setibanya didepan rumah Jessy, setelah beberapa saat Jessy mememberi tahu kemana arah menuju rumahnya, Brayka terlihat mengangguk tanpa bertanya sedikitpun. "Terima kasih," ucap Jessy sambil akan membuka pintu mobil Brayka. Brayka menahan lengan Jessy. Jessy menoleh. "Kita masih bisa bertemu kan?" Tanya Brayka terlihat ragu.

Jessy tersenyum geli. "Tenang saja, jika takdir masih terikat kita akan bertemu lagi," kata-kata Jessy terdengar ambigu ditelinga Brayka dan ia hanya mengangguk. Jessy keluar dari mobil Brayka. "Sekali lagi terimakasih,Bray." Brayka hanya mengangguk tersenyum pada Jessy.

⚣LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang