AUTHOR POVSeorang gadis yang dari tadi masih terlihat bingung mencari sahabatnya.
"Ah! Itu dia!" Tunjuk Yui sambil berbicara pada dirinya. "Jessy!" Teriak Yui sedikit keras. Kedua orang yang sedang terlihat serius tadi langsung menoleh pada subjek yang memanggil Jessy."Kau ini! Kupikir kau sudah pulang habis dansa tadi," kata Yui memekik. Jessy hanya memainkan alisnya sarkas pada Yui. "Aku malah berpikir kau yang akan meninggalkanku bersama lelakimu itu, yang sedang menatap kearah sini," kata-kata Jessy membuat Yui menoleh. "Ssttt, aku malu Jess, kau ini!" Yui sedikit berbisik pada Jessy. Jessy hanya menghela nafas.
JESSY POV
"JESSY!"
tiba-tiba saja, aku mendengar seseorang memanggilku. Memecahkan suasana serius antara aku dan Brayka. Hah. Aku lega. Bagaimana tidak, tatapan tajam Bray membuat wajahku gugup dan aneh kurasa.
"Kau ini! Kupikir kau sudah pulang habis dansa tadi," kata Yui memekik saat menghampiri kami. Aku melihatnya sinis.
"Aku malah berpikir kau yang akan meninggalkanku bersama lelakimu itu, yang sedang menatap kearah sini," kata-kataku membuat Yui menoleh. "Ssttt, aku malu Jess, kau ini!""Kau tak ingin mengenalkan lelaki disampingmu itu padaku?" Tanya Yui sambil berbisik padaku dengan arah matanya memperhatikan Bray. Bray yang paham dengan tatapan bertanya Yui, "perkenalkan aku Brayka."
Yui tersenyum manis menyambut tangan Brayka yang mengajaknya kenalan. Aku mendengus, inilah salah satu sifat Yui yang membuatku kesal. Dengan mudahnya menerima laki-laki untuk dekat dengannya. Bahkan, aku saja baru tau lelaki yang bernama Rey tadi. Aku melepaskan tangan Yui dari tangan Bray, Bray terlihat risih dengan Yui yang memegang tangannya lama. "Sudah," kataku.
"Kenapa kau cemburu ya Jes?" Tanya Yui sambil tersenyum menggoda padaku dan menyenggolkan lengannya pada lenganku. Aku mendelik kesal. "Kau ini! Mulutmu tak bisa dijaga YUI!" Ucapku keras.
"Jujur saja Jessy," Yui lanjut menggodaku.
Aku menghela nafas, aku mengedarkan pandanganku kesegela arah. Aku tak sengaja melihat seorang laki-laki, wajahnya tampak familiar. Aku mencoba mengingat. Aku menggeleng tak mengingat, dimana aku pernah bertemu?BRAYKA POV
Jessy terlihat kesal saat temannya Yui menggodanya. Wajahnya benar-benar lucu. Dan dia masih terlihat bercahaya, dibawah lampu remang-remang ruangan ini.
"Aku akan senang jika dia benar-benar cemburu," ucapku sambil terkekeh pada Yui dan Jessy."Tuh! Dengar kata Brayka, Jess!" Kata Yui sambil menyenggol Jessy lagi. Aku terkekeh melihat wajah masam Jessy pada Yui.
Jessy terlihat memandang seseorang lama. Aku mengikuti arah pandangnya. Hah? Dia?
"Kau mengenalnya?" Tanyaku pada Jessy. Jessy menoleh padaku. "Siapa?" Menjawab ku dengan pertanyaan."Laki-laki yang kau perhatikan tadi," balasku. Dia menggeleng. "Hanya terlihat familiar dengan wajahnya, mungkin aku pernah bertemu atau melihatnya disuatu tempat," jelas Jessy sambil mengedikkan bahunya. Aku mengangguk paham.
"Jadi, sejak kapan kalian berdua dekat?" Yui bertanya sambil menunjuk kearah kami berdua. Jessy hanya diam. "Aku yang mengajaknya dansa tadi," jawabku santai.
"Wah! Kau hebat Bray! Biasanya dia akan menolak laki-laki yang dekat dengannya. Dia paling anti dengan laki-laki," sebut Yui sambil berbisik sedikit diakhiran. Anti? Kenapa? Pikirku. Dia hanya tersenyum sambil mencubit pinggang Yui. Memberi isyarat untuk diam kupikir.
JESSY POV
"Kau mengenalnya?" Tanya Bray padaku. Aku menoleh. "Siapa?" Kutanya kembali.
"Laki-laki yang kau perhatikan tadi," balasnya. Aku menggeleng. "Hanya terlihat familiar dengan wajahnya, mungkin aku pernah bertemu atau melihatnya disuatu tempat," jelasku sambil mengedikkan bahunya.
"Jadi, sejak kapan kalian berdua dekat?" Yui bertanya sambil menunjuk kearah kami berdua. Aku diam.
"Aku yang mengajaknya dansa tadi," jawab Bray santai. Sangat santai! Aku merasa wajahku sekarang panas dan dia dengan santainya menjawab seperti itu."Wah! Kau hebat Bray! Biasanya dia akan menolak laki-laki yang dekat dengannya. Dia paling anti dengan laki-laki," sebut Yui sambil berbisik sedikit diakhiran. Walaupun dia sedikit berbisik, aku mendengarnya. Tentu saja! Dia duduk disebelahku.
Aku langsung mencubit pinggangnya. Dia mengelus pinggangnya dengan wajah berkerut padaku. "Kenapa memangnya?" Tanya Bray."Jangan dengarkan Yui, mulutnya memang tak bisa di rem Bray."
Bray hanya diam mengangguk walaupun dalam matanya masih terlihat penasaran. Dia tak bertanya lagi.BRAYKA POV
Aku menghargai privasinya. Walaupun aku sangat ingin bertanya. Yui berbisik pada Jessy. Jessy mengangguk, setelah itu bangkit dari kursinya meninggalkan kami berdua. Lagi.
Jessy juga tiba-tiba berdiri. Aku mencegat tangannya."Ingin kemana?"
"Aku ingin mengambil minuman, kau mau?" Jawabnya sambil mengangkat tangannya menunjuk tempat minuman.
"Kita ambil sama-sama."
AUTHOR POV
Hampir semua orang yang dilewati Jessy dan Brayka melihat kearah mereka. Bagaimana tidak! Brayka mengenggam tangan Jessy sedari tadi.
Diujung sana 2 orang lelaki dan 1 orang gadis sedang berbicara satu sama lain.
Salah satu seorang lelaki diantara mereka yang berbicara tadi, menoleh pada seorang lelaki yang dikenalnya. Dia tersenyum kecut.RUCTAVIUS POV
Ini membosankan! Bahkan bisa dibilang yang sedang berbicara ria saat ini adalah mereka berdua. Ya, mereka berdua Rey dan Yui. Aku mengedarkan pandanganku kesegala arah. Tak sengaja aku menangkap pandangan orang-orang seperti sedang memperhatikan sesuatu. Aku mengikuti pandangan mereka. Oh.
Ternyata seorang gadis yang digenggam seorang laki-laki. Hm. Brayka sepertinya?
Benar, dia melihat kearahku tiba-tiba. Aku memperhatikan gadis disampingnya. 'Dia terlihat familiar'. Kata salah satu pekerja otakku.Aku tak peduli, mengedikkan bahuku. "Apa yang kau lihat Tav?" Tanya Rey tiba-tiba padaku. Dia mengikuti arah pandanganku.
"Bray?" Tanyanya lagi. "Sejak kapan dia kembali kesini?" Ucap Rey heran. Aku hanya mengedikkan bahuku.
"Siapa gadis disampingnya? Ah! Yui bukankah itu temanmu?" Tanya Rey pada Yui. Yui mengangguk tersenyum. Rey menatapku 'apa?' Ucapku dengan bahasa isyarat mataku. Dia memperhatikan Bray dan gadis itu kembali.
"Kapan kau ingin kembali Rey? Atau kau ingin kembali bersama Yui?" Tanyaku padanya. Dia terkekeh. Dia mengaitkan lengannya pada Yui, Yui menoleh. Oke, aku sudah tau jawabannya. Aku berdiri untuk pulang. Daripada lama-lama disini, lebih baik aku pulang.
JESSY POV
Oh, kuharap semua mata disini dicongkel oleh sang Pencipta! Dengan tak sopan mereka memperhatikan kami lewat terang-terangan. Aku mencoba melepaskan tanganku yang digenggam Bray, tapi semakin keras di menggenggamnya. Aku menyerah, menghela nafas berusaha tak peduli dengan tatapan manusia disekitarku.
BRAYKA POV
Entahlah aku hanya ingin menggenggam tangan Jessy, rasanya seperti aku ingin menunjukkan pada semua laki-laki dia milikku! 'Hey! Kau saja baru kenal, seenak jidat saja kau mengklaim dia milikmu!' Kata otakku. Biar sajalah, aku tak peduli. Yang penting mereka menjaga pandangan mereka terhadap jessy.
Jessy mencoba melepaskan genggamanku. Aku semakin erat menggenggam tangannya. Aku tersenyum. Dia sepertinya menyerah.
Kami berdua berdiri didepan meja minuman.
Yui menghampiri kami, "Jess aku akan pulang Rey? Kau ingin ikut?" Jessy membulatkan matanya. "Bagaimana kau begitu tega padaku Yui!" Nade kesal Jessy melunjak.
Ehm. Aku berdehem pada mereka berdua. "Aku bisa mengantarmu jika kau ingin," aku melontarkan pertanyaan yang sejenis dengan pernyataan.Yui menyahut cepat,"nah! Kau dengan Bray saja Jess." Jessy menoleh kesal pada Yui.
JESSY POV
Astaga apa yang dipikirkan Yui sekarang! Seenak jidat saja menyuruhku bersama Brayka.
Aku pun hanya pasrah saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
⚣LIMERENCE
RomantizmJessy seorang gadis yang tak tertarik dengan hal apapun seperti make-up, pakaian bermerk, semua hal yang bermerk. Menurutnya barang bermerk hanyalah topeng wanita. Merk menutup identitas asli manusia dan jessy hanya ingin menjadi apa adanya. termasu...