Part 7

30 2 2
                                    

                    Saat ini aku duduk di kafe tempat kita pertama kali bertemu.Sambil memandangi hujan malam ini, masih terlintas dipikiranku saat kita pertama berjumpa dan kamu membawaku ke kafe ini. Hanagatnya pelukanmu membuat aku semakin rindu akan sosoknya hadirmu didalam hidupku. Saat temanmu bertanya padaku, mengapa aku datang ke sini tanpamu. Dan, seperti biasa, aku hanya menjawab dengan senyum, dan berkata kamu sedang sibuk.

Akan tetapi, sampai kapan aku harus berbohong kepada siapa pun yang bertanya tentangmu? Haruskah aku berkata jujur bahwa kamu sudah memilih perempuan lain. Haruskan aku berkata pada mereka, yang bertanya tentang kamu, bahwa aku tidak lagi mengetahui kabarmu, dan kita kembali menjadi orang asing yang tidak saling kenal?

Aku benci mengingat bagaimana caramu tersenyum. Aku benci menyadari bahwa senyum itulah yang selalu berhasil membuatku jatuh cinta dan terpana. Aku benci memingat setiap lekuk wajahmu. Matamu, hidung mancungmu yang menjadi pemandangan favoritku. Aku benci menerima kenyataan bahwa hari ini aku tidak lagi punya kesempatan untuk memandangimu. Setelah aku memintamu pergi, tentu ada yang berbeda di sini, kamu tidak tahu hari-hari penuh ketakutan yang aku lewati tanpa membaca pesan darimu. Kamu tidak mengerti hari-hari yang kurasa semakin sepi kerena tidak mendengar suaramu di ujung telepon milikku. Kamu tidak paham betapa aku merindukan caramu memelukku, merangkulku, caramu menenangkan bahwa dunia tidak akan berantakan, dan aku percaya begitu saja pada kata-katamu seakan kamu telah membaca semua pertanda dalam hidupku. Aku percaya begitu saja saat kamu bilang cinta dan mengajakku untuk menjadi bagian dihidupmu. Aku percaya begitu saja ketika kamu membisikan cinta di tengah ke sunyian diatas bukit yang kita naiki, sambil menggemgang kedua tanganku dan menyakinkan diriku bahwa aku tidak akan pernah kehilanganmu.

Kamu takut kehilangan selingkuhanmu hingga melarangku untuk melakukan segala yang bisa membahayakan selingkuhanmu. Kamu terlalu percaya pada anggapanmu sendiri bahwa aku mulai berbahaya buatmu. Kamu takut kehilangan selingkuhanmu, tapi kamu tidak pernah terlalu takut kehilanganku. Sayangnya , aku terlalu bodoh menyadari di awal. Aku tidak bisa sejahat kamu, yang mudah menganggapku sekedar permainan. Aku tidak bisa untuk tidak melibatkan perasaan dalam hubungan kita. Apalagi dengan caramu yang selalu serius menatapku, cara mu berkata cinta kepadaku. Aku terlamabat menyadari bahwa aku sedang dipermainkan oleh aktor utama.

Aku memilih mengakhiri, melepaskanmu pergi, dan hidup dengan rasa sakit hatiku sendiri. Malam itu, ketika aku memintamu pergi, kamu berkata bukan hanya aku yang terluka, melainkan kamu pun merasakan luka yang sama. Aku yakin itu hanyalah kalimat pelipur semata kerena kamu kaget mendapati ternyata aku punya kekuatan sebesar itu untuk meniggallkanmu.

Melepaskanmu pergi adalah keputusan yang kupilih. Kamu berkata bahwa dirimu juga terluka. Namun, nyatanya perkataanmu tidak terbukti sama sekali. kamu tetap bahagia dengan selingkuhanmu dan bisa menganggap aku tidak pernah ada dalam hidupmu. Namun, aku berjalan sendiri, meninggalkan kamu dibelakang, dan kembali menata hatiku yang telah kamu hancurkan. Jadi aku tidak perlu berpanjang lebar, siapa yang sebenarnya paling sakit disini. Bukan kamu, jelas aku.

Aku tidak ingin menjadi jahat lagi. Kerena aku cukup bahagia menjadi aku yang sekarang. Aku sudah cukup bahagia melihatmu tetap bahagia bersama selingkuhanmu, dan tidak membutuhkan aku lagi. Aku sudah cukup bahagia menatapmu dari jauh. Aku sudah cukup bahagia merawat luka dengan tanganku sendiri.

Aku percaya, tuhan akan menyembuhkanku. Aku percaya, waktu akan memperbaiki semua. Kamu tentu penasaran mengapa dulu aku bersedih mengetahui kamu mempunyai selingkuhan. Alasan terkuat adalah kerena aku ingin menunjukkan betapa tuhan menyediakan keajaiban lebih dari apa yang bisa kamu miliki hari ini. Aku heran, kamu telah menjalani hubungan berbulan- bulan denganku, tapi dia mengalahkan kebaikan dan keajaiban tuhan kepadamu. Alasan terkuat untuk bersamamu adalah aku ingin mengajakmu pulang, tapi aku tidak bisa memaksa orang yang sudah terlalu jauh pergi untuk kembali ke rumah yang harusnya dia tempati. Jika bagimu selingkuhanmu itu adalah jalan pulang yang tepat. Silahkan jalani sebisamu, sebelum pada akhirnya kamu menyadari bahwa akulah jalan pulang yang harusnya sejak dulu kamu ikuti. Nikmati rumahmu hari ini sebelum pada akhirnya kamu menyesal dan menyadari bahwa aku rumahmu untuk kembali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Liar Of The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang