Bab 12

1.1K 197 7
                                    

Roller coster itu tidak membuat Jisoo mual. Perkataan Yerin yang membuatnya diam daritadi. Dia benar-benar tidak ingin merusak kencan pertamanya, tapi Jisoo tidak bisa mengendalikan pikirannya.

"Wae? Gwenchanayo? Lo mau istirahat dulu?"

Mereka sudah bermain banyak permainan. Saat bermain, Jisoo melupakannya. Namun kembali terpikir disaat seperti ini.

"Gwenchana. Ayo, ke taman lampion! Pasti disana sudah ramai."

Jinyoung menepuk bahu Jisoo, memberi semangat. Jisoo hanya tersenyum.

Jinyoung merangkul Jisoo, seolah tidak ingin melepasnya. Pipi gadis itu menghangat, dia mengeratkan pelukannya pada boneka beruang hasil permainan panah kecil tadi.

"Wah. Jinjja yeppeo," Jisoo memandang benda-benda bercahaya disana.

"Neodo."

"Eo?"

"Apa lo pernah suka sama orang?"

Deg

Lagi, jantungnya berdebar. Jantungnya berdebar semakin kencang kalau bersama Jinyoung. Ditambah lagi, kalau dia mendapat pertanyaan seperti itu.

"Um... ya."

"Kapan?" Jinyoung bertanya penasaran.

"Udah lama sih. Lo sendiri gimana?"

"Gue masih suka seseorang. Dia cinta pertama gue. Gue aja heran kenapa nggak bisa ngelupain dia, hahaha," Jinyoung tertawa pelan.

"Oh..."

Tiba-tiba, Jisoo kepikiran ucapan Yerin tadi. Masuk akal bukan, kalau ternyata mereka sudah dijodohkan dari kecil?

"Gue mau bilang kalau gue suka sama dia, Jis. Tapi gue bingung. Gimana menurut lo?"

"Bawa aja dia ke taman lampion ini. Lo peluk dia, terus bilang kalau lo sayang sama dia. Dijamin bakal langsung diterima," ucap Jisoo setengah hati.

"Tapi gue takut dia nggak suka sama gue," kata Jinyoung.

"Emangnya siapa yang bisa nolak lo?"

Jisoo terus berjalan, tanpa sadar kalau Jinyoung sudah berhenti. Jinyoung tersenyum riang mendengar perkataan Jisoo.

"Jis!" Laki-laki itu memanggil Jisoo yang berada di depannya.

Gadis itu memutar badannya. Sepertinya baru sadar kalau seseorang tertinggal.

"Kalau lo gimana?"

Pertanyaan tiba-tiba Jinyoung tentu saja membuat Jisoo bingung. "Mwo?"

"Kalau gue sukanya sama lo, lo nggak akan nolak gue, kan?"

"A..." Jisoo membuka mulut lalu menutupnya lagi. Dia gelagapan melihat Jinyoung di depannya.

"Bercanda lo nggak lucu," kata Jisoo akhirnya.

'Srett'

Jinyoung tiba-tiba menarik Jisoo ke dalam pelukannya. Dia mendekatkan wajahya ke telinga Jisoo, "saranghae."

Tidak perlu waktu lama, jantung Jisoo kembali berdetak tidak karuan. Jisoo memohon, agar ini semua bukan mimpi!

"Eo?"

"Saranghae, Jisoo-ya."

Jisoo ingin langsung memberi tahu kalau dia juga mempunyai perasaan yang sama. Tapi, tiba-tiba Jisoo ingat perkataan Yerin tadi. Ah, gadis itu kesal sekali kenapa harus bertemu Yerin disaat seperti ini.

"Mwo?" Jisoo pura-pura tidak mengerti.

"Aku mencintaimu. Aku juga tidak tahu mengapa, jadi jangan tanya alasannya."

Jisoo menggeleng, "aku tidak bisa."

"Wae?" Jinyoung kini menggenggam kedua tangan Jisoo.

"Aku tahu kamu juga mencintaiku. Jangan membuat alasan untuk menolakku."

Jisoo ingin bertanya tentang perjodohan itu. Tapi, dia mengurungkan niatnya. Sudah cukup dia dipusingkan dengan masalah yang ada.

"Aku tidak pantas untukmu. Aku tidak punya apa-apa," ucap Jisoo.

"Aku tidak peduli kalau kamu pantas atau tidak. Aku tidak peduli kalau kamu punya atau tidak. Kalau kamu juga mencintaiku itu sudah cukup."

Jisoo terdiam. Memikirkan perkataan Jinyoung. Ingin sekali dia langsung menjawab 'ya'. Jisoo ingin mencoba untuk menjadi egois kali ini saja.

"Jinjja? Tidak masalah bagimu kalau aku dari keluarga yang tidak terpandang?"

"Apa pentingnya itu? Aku tahu keluargamu adalah keluarga yang baik-baik. Itu lebih penting dari apapun."

Gadis itu tersenyum. Baiklah. Jinyoung menatap Jisoo menunggu jawaban. Jisoo menunduk malu, berkata pelan, "nado saranghae."

Tanpa banyak berkata, dia memeluk Jisoo erat seakan takut kehilangan. "Gomawo."

"Untuk apa? Harusnya aku yang berterimakasih," ucap Jisoo.

Jinyoung hanya tersenyum mendengar perkataan Jisoo. Dia mengelus rambut Jisoo lembut.

***

It's Getting Louder | kjs • pjyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang