"Haruskah Aku Yang Selalu Mengalah"

1.6K 39 0
                                    

Aku bingung, aku takut, aku sedih. Melihat kakak ku tak berdaya di ruang ICU. Aku duduk di ruang tunggu bersama mamah dan papah ku. Mamah terlihat sangat sedih, seperti kehilangan nyawa nya, begitu juga papah ku. Namun kami tak bisa apa-apa selain berdoa kepada tuhan agar kakak aku salsha lekas sembuh.

Dokter keluar dari ruangan kakak ku di rawat, mamah ku dengan cepat meminta jawaban dari dokter.

"bagaimana keadaan anak saya dok, dia baik-baik saja kan, dia gak apa-apa kan dok" mamah ku menatap dokter itu dengan harapan, semoga baik-baik saja.

"keadaan anak anda sedang kritis. Tolong jangan biarkan anak anda kecapean. Dan penyakit kanker yang melekat di tubuh nya makin menyebar, jika tidak segera di operasi, penyakit nya akan terus menyebar"

"lakukan yang terbaik dok, saya akan membayar biaya nya berapa pun, berapa pun asalkan anak saya tidak apa-apa" ucap papah,

"saya akan melakukan yang terbaik" ucap dokter itu, lalu meninggalkan mereka terdiam di depan ruangan kakak ku

***

1 tahun kemudian

"kakak, aku senang deh akhir nya kakak bias pulang ke rumah. Di rumah sepi gak ada kakak" ucap (namakamu), ia tersenyum lebar melihat kakak nya kini sudah bisa berkumpul dengan keluarga nya lagi, kini keluarga (namakamu) sudah utuh. Dengan hadir nya mamah, papah, dan kakak nya.

"kakak juga kangen sama (namakamu) dan suasana di rumah, kakak bosen cuma di rumah sakit terus" ucap salsha, ia tersenyum manis ke adik nya itu.

(namakamu) membantu salsha ke kamar, lalu mamah datang. Terpancar dari wajah mamah ia tampak sangat bahagia karena kehadiran salsha saat ini.

"(namakamu), kamu mau kemana" suara mamah langsung berubah ketika berbicara dengan (namakamu), ia cukup takut untuk menjawab nya pertanyaan dari mamah nya.

"aku mau antar kakak ke kamar mah, memang nya kenapa," jawab (namakamu) sopan,

"mulai sekarang, kamar kamu di kamar belakang sana, biarkan salsha pindah di kamar kamu, saya tidak mau salsha merasa tidak nyaman sekamar sama kamu"

"tapi mah, salsha gak merasa keberatan kok sekamar dengan (namakamu)" sahut salsha, ia membela (namakamu). Tapi mamah seperti nya tak suka dengan perkataan salsha.

"jangan anak ku, biarkan saja (namakamu) tidur di kamar pembantu sana, ia terlalu keenakan jika terus seperti itu" suara mamah lembut ketika sedang berbicara dengan salsha, tidak jika berbicara kepada (namakamu).

"kenapa kau terdiam (namakamu), apa kau tuli, tidak mendengar perkataan ku, cepat pindahkan baju-baju mu itu ke kamar belakang" mamah membantu salsha ke kamar baru nya. (namakamu) terdiam saja mematung seperti orang bodoh, salsha menoleh kearah (namakamu) sebentar, seperti nya ia iba mamah memperlakukan (namakamu) seperti itu. Salsha memang baik, tidak seperti mamah.

***

Pov' (namakamu)

Aku terbangun dari tidur ku, tempat tidur ini agak keras dari pada kamar lama aku, tapi itu juga buat salsha, agar ia merasa nyaman. Aku berjalan lamban kearah kamar mandi, bersiap-siap untuk sekolah.

SKIP

Aku pun sudah rapi dengan baju seragam SMA ku, aku melihat kearah cermin, betapa cantik nya aku. Aku memoles bedak di wajah ku, dan aku memberi lipgloss di bibir ku, aku berdandan natural saja. Seperti kebanyakan teman ku, aku juga membiarkan rambut ku terurai, aku pun siap sekolah.

Aku menuju ke ruang makan, sebelum berangkat, aku ingin sarapan terlebih dahulu.

"pagi mah, pah, kak" ucap ku tak lupa memberikan senyuman, papah dan kakak tersenyum balik kepada ku, tapi tidak dengan mamah, ia ketus. Aku menghiraukan nya saja, aku menarik kursi itu lalu aku pun duduk.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang