Titan's Arena itu panas. Panas sekali.
Dan Titan's Game biasanya dilaksanakan di akhir musim panas, sehingga cuacanya masih cukup panas dan lumayan membakar.
Duduk diam di kursi penonton dalam Titan's Arena saja sudah terasa seperti sauna.
Lantas, bagaimana rasanya berdiri di arena yang sesungguhnya?
Rasanya seperti menginjak tanah neraka.
Tanah arena itu berpasir, kering, dan kadang ada butiran pasir yang menggumpal hingga membentuk kerikil-kerikil kecil yang tajam.
Makanya tidak heran kalau banyak Pejuang Titan yang akan terluka dan lecet di sana-sini ketika mereka melakukan latihan terbuka di arena ini.
Dan jika babak penyisihan pertama sudah dimulai, biasanya lukanya lebih parah lagi.
Maka dari itu jarang sekali ada peserta akademi yang berniat untuk mengikuti Titan's Game karena taruhannya adalah nyawa.
Walaupun sebenarnya hadiah untuk Titan's Game sebanding dengan resiko gamenya, tapi tetap saja, banyak yang lebih memilih untuk hidup tenang tanpa cacat daripada babak belur penuh luka.
Makanya, jika Titan's Game sangat berbahaya, bagaimana rasanya menjadi peserta dan harus bertarung di arena?
Jika duduk di Titan's Arena sudah terasa menyiksa seperti di sauna.
Maka berdiri di arena terasa seperti di neraka.
Dan bagaimana rasanya berdiri di arena dan harus bertempur di arena?
Rasanya seperti terjatuh ke neraka.
.
.
.
Seokjin menatap ke sekitarnya, Sandeul di sebelahnya sudah tersenyum dengan begitu bangga ke arahnya. Anak Dewa Eros itu tersenyum lebar dengan wajah berseri-seri hingga berwarna kemerahan seperti buah persik.
Sementara Seokjin, dia justru merasa kedinginan di tengah cuaca yang sebenarnya tergolong agak panas. Seokjin menarik napas, perlahan dia mengangkat kepalanya untuk menatap Mr. Krakenshield yang masih berdiri di posisinya.
"Tuan Seokjin, kau bisa turun ke arena sekarang."
Bagus sekali, Mr. Krakenshield seolah memperjelas bahwa saat ini Seokjin adalah salah satu 'peserta' dari Titan's Game.
Walaupun dia hanya berperan sebagai partner latihan, tapi tetap saja dia harus melewati serangkaian pertandingan dan latihan pertandingan agar partnernya dapat menjadi kuat.
Bagus sekali.
Kelihatannya terjun ke dalam Imity Lake masih lebih baik daripada ini.
"Psst! Seokjin! Cepat turun!"
Seokjin menoleh ke arah Sandeul yang baru saja berbisik padanya dengan berisik, pemuda itu menuding ke bawah dengan sikutnya dan tangan yang satu lagi mendorong-dorong tubuh Seokjin.
"Apakah kalau aku mati, ibuku akan bersedih?" gumam Seokjin tidak jelas.
Sandeul mengerutkan dahinya, "Kau cuma menjadi partner latihan, bukan peserta. Santai saja."
Menjadi partner latihan memang seharusnya bukan masalah.
Tapi masalahnya adalah siapa yang akan menjadi partner latihan Seokjin!
KAMU SEDANG MEMBACA
Half-Olympians
FanfictionSebagai anak Dewi Athena, Seokjin seharusnya cukup pintar dan bijaksana untuk urusan dirinya sendiri. Terutama urusan keselamatan dirinya. Tapi mungkin Zeus memang membencinya atau lainnya, karena nasib justru membawanya untuk berurusan dengan sese...