5. Ardi, pesonanya tolong dikondisikan! Hampir kejang kan nih jadinya....

18.6K 2.6K 438
                                    


Ardi melangkah ringan menuju kelasnya pagi ini. Weekend-nya menyenangkan! Bertemu Dee setelah dua bulan tak bertemu,  Nash sudah sehat, kedatangan sepupu kesayangannya double T dan Altair yang ingin menengok Nash.

Sebetulnya bukan menengok karena Nash sudah aman untuk dikunjungi, tapi Papi Al membawa tiga krucilnya agar Mami Gemma bisa fokus mengurus Tariq Arkady Ardhani yang baru berusia satu bulan. Hasilnya ruang bermain kacau balau karena ulah anak-anak yang berlarian kesana-kemari sementara Papi Al dan Papanya malah sibuk bermain PS berdua.

Ardi tak heran saat Bundanya pulang dari RS setelah memantau pasien, mulutnya langsung berkicau mengomeli Ardhani brother karena membiarkan anak-anak bertingkah liar dengan main masak-masakan, menurunkan persediaan cereal, selai, jelly, permen, dan coklat. Dicampur jadi satu tanpa ada yang bersedia menghabiskan prakarya mereka sendiri. Tentu saja pemimpin kekacauan itu tak lain tak bukan adalah Aska. Habis sudah Aska dimarahi dan dilarang main game sepanjang weekend.

Aska tak membantah, hanya cengar-cengir saja. Selanjutnya malah mengusulkan anak-anak main ke taman belakang, membakar marshmallow bersama-sama.

Kalau untuk urusan membuat suasana jadi meriah, serahkan semuanya pada Aska!

Begitulah, weekend ini terasa sempurna walau ada satu kekurangan kecil. Tumben kemarin Sita tak membombardir Ardi dengan chat-chat tak penting. Ardi sudah terbiasa dengan getar ponsel dan lihat nama Arshita Zahira di sana. Jadi kalau dia tidak menghubungi, rasanya ada yang kurang. Padahal Sita berniat meminjam buku catatannya hari ini dan biasanya dia akan sibuk mengingatkan agar Ardi tak lupa.

Ardi melirik bangku kosong di sampingnya saat jam pelajaran sudah dimulai. Sita tidak masuk. Where is she?

Dia bertanya pada Geronimo yang duduk satu meja dengannya.

"Sita ke mana ya, Mo?"

"Lah, gue baru sadar. Pantes aja kelas rasanya sepi banget. Biang rusuhnya ga ada toh," jawab Nimo setelah menoleh ke meja Sita.

"Elah, kalau khawatir sama Yayang, tinggal chat doang. Ribet bener loe, Di."

"Yayang apa sih!" rutuk Ardi. "Udah aku WA, ga bales. Ga di-read juga dari kemarin."

"Di Line coba?" usul Nimo.

"Ga instal Line."

"FB, Path, Instagram!"

"Ga instal juga," jawab Ardi, polos.

"Loe fakir kuota sampai segitunya ya, Di."

Ardi tertawa. "Iya, biar ngirit," jawabnya.

Ada alasan tersendiri kenapa Ardi buta sosial media. Selama ini dia hanya memiliki alamat email dan juga what'sapp untuk berkomunikasi.

Tentu saja semua itu karena keluarganya. Papanya bilang internet tak aman. Lebih baik tetap stay off the grid.

Untuk ukuran orang yang menciptakan mesin pencari setara dengan google, papanya memang terlalu paranoid.

"Modal dikit kalau mau punya pacar! Nih, gue tanya Sita di Line deh," ucap Nimo.

Nimo mengetik beberapa saat lalu menaruh ponsel ke sakunya.

"Gue males nanya Sita lagi deh! Instal Line sendiri sana!"

"Emang dia bilang apa?"Ardi penasaran.

Nimo menyerahkan ponselnya agar Ardi membaca sendiri.

Geronimo
"Beb."

Arshita Zahira
"😒😒😒 Bebek!"

Geronimo
"Loe dicariin si Bebeb loe maksud gue. Elah, GR! Punya utang loe ye... Bubur ayam pak Tatang kemaren loe yang bayar apa Ardi yang bayar?"

My Favorite Person!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang