7. Aku patah hati, Di.

20.3K 2.7K 481
                                    

Sita tidak dalam posisi bisa berkonfrontasi dengan Ardi soal siapa wanita bernama Diandra titik-titik.

Ya, mana Sita hapal! Dia kan cuma ngintip sekilas.

Pertama, dia bukan pacar Ardi, hanya ketua AFC alias Ardi Fans Club yang dia dirikan tanpa izin orang yang bersangkutan. Isinya sebagian besar adalah junior di club basketnya yang selalu kepo dengan si kakak mantan ketua OSIS yang bisa dibilang ramah tapi pendiam. Nah, bingung kan? Itulah salah satu keistimewaan Ardi. Ga pernah merasa ganteng! Padahal ya, kalau dia lewat... ya lewat aja. Ga akan menghisap udara sekitar atau membuat lemas mendadak sih. Dia kan bukan Dementor.

Kedua, kalau Sita nanya-nanya. Sita takut dibilang ngintip. Masih untung kalau ditegor, 'Kenapa ngintip-ngintip?' aja. Kalau sampai disumpahin, 'Nanti kamu kusumpahin bintitan ya!!!' bisa kacau hidup Sita. Sita ga punya sunglasses gaya buat nutupin mata.

"Sit, aku duluan ya... mau ketemu anak-anak yang ngurus buku tahunan dulu."

Sita melambai lesu ke arah Ardi yang tadi mengangguk untuk berpamitan. Semangat paginya hilang. Bahkan buburnya hanya bisa dia habiskan separuh.

Duh, patah hati kok rasanya begini amat ya?

Saat sudah tiba di kelas, Nadiah sudah duduk manis di bangkunya. Tumben, biasanya dia sering telat.

"Woi! Nongol juga akhirnya!" seru Nadiah.

"Kangen loe ya? Semangat amat nyambutnya."

"Flash disk gue yang isinya drama korea belom loe balikin!"

Sita menepuk keningnya. "Lupaaaa... maap ya, Nad!"

Nadiah cemberut. "Besok jangan sampai lupa! Loe udah gue chat berkali-kali juga!"

"Ribet kalau ponsel gue rusak tau! Loe kan udah gue bilangin."

Nadiah diam saja, mengeluarkan buku matematika dan menyodorkannya ke arah Sita. "Nih, ada PR. Loe kerjain dulu gih."

"Udahan," jawab Sita kalem sambil menaruh tas dan mengeluarkan buku matematika, mamerkan PR yang dia kerjakan semalam suntuk.

Nadiah terbelalak. "Ini matematika loh!! Kok bisaaaaa??" jeritnya.

"Elah, biasa aja kali! Gue dikirimin email PR sama Ardi. Makanya gue kerjain."

Nadiah yang tadinya bengong sekarang tergelak meledek Sita. "Cieh, yang akhirnya makin akrab sama Ardi."

"Ardi ternyata udah punya pacar, Nad," ucap Sita getir. Apa arti perhatian yang diberikan oleh Ardi selama ini?

Sebetulnya bukan salah Ardi juga. Sita saja yang sepertinya kelewat baper. Akhirnya malah naik level menjadi koper, korban perasaan.

"Masaaaaa???" Nadiah menjerit lagi membuat Sita tak segan meninju lengannya.

"Berisik deh!" gerutu Sita.

"Loe tau dari mana?" Kali ini Nadiah agak tahu diri, dia berbisik saat bertanya sehingga Sita ikut menjawab serupa bisikan juga.

"Gue intip chat-nya tadi. Janjian ke rumah cewek gitu jam 4."

"Sodaranya kali."

"Ya ga tau juga. Kayaknya bukan, soalnya gue pernah lihat Ardi sekilas di Mall. Jalan sama cewek gitu. Mana penampakan tuh cewek dari belakang aja cakep, apa kabar kalau dilihat dari depan coba?" keluh Sita.

"Tapi masa sih pacarnya?" Nadiah sangsi, tiba-tiba dia memanggil Nimo yang baru datang.

"Mo... Nimo."

My Favorite Person!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang