15. One day trip with Ardi - Part 2

17.3K 2.7K 434
                                    

"Mobil kece bener!" celetuk Nimo saat Ardi dan Sita keluar dari mobil.

"Punya Om aku, ini lagi dipinjemin," jawab Ardi.

"Hebat ya Om loe. Pengusaha ya? Ini kan Camry seri terbaru."

"Enggak, Mo, dia dokter bedah."

"Bapak gue mobilnya cuma Agya doang aja, kaga boleh gue pake. Takut lecet katanya. Sampe sekarang gue mau belajar nyetir masih kaga dikasih aja."

"Curcol, Mo?" ledek Nadiah.

"Enggak, cuma ngeluarin uneg-uneg aja."

"Taekkkkkk!!" Nadiah tertawa.

"Sit, mata kenapa kayak rakun gitu? Item-item horor?"

"Elah Nimo! Comel banget jadi cowok. Ngarep banget gue potekin lehernya ya?" Sita misuh-misuh lalu berlari ke dalam sekolah untuk mencuci muka.

"Yak, cemilan, gitar, muka Sita yang normal lagi, udah lengkap semua. Berangkat yok!" seru Nimo yang segera mendapat tendangan dari Sita.

"Loe ngapain coba bawa-bawa gitar?" Nadiah tak habis pikir.

"Ya kan sekalian test drive, siapa tau setelan gitarnya harus diubah di sana, menyesuaikan sama iklim dan cuaca. Sekalian lah," seloroh Nimo.

"Sakit loe, Mo! Angkut tuh cemilan!"

Saat Nimo hendak dudul di sebelah kursi pengemudi, Sita segera menarik kerah baju Nimo. "Heh, itu special kursi buat gue. Hot seat, bisa bikin pantat kepanasan. Sono loe ke belakang!"

"Duilah, modus loe, Sit. Modus diem-diem aja jangan sefrontal itu ga bisa ya?"

"Ga bisaaaaa. Lagian gue mau nguasain channel radio."

Walau bersungut-sungut, Nimo menurut, duduk manis di sebelah Nadiah setelah mengancam Sita kalau cemilan yang diletakkan di belakang tak akan dia kirimkan ke depan.

"Siap ya. Seatbelt dipakai semua deh, biar aman," ucap Ardi.

"Loe kok malah nakutin gitu sih, Di. Masa yang di belakang harus pakai juga?" gerutu Nadiah.

"Ini pertama kalinya aku nyetir jauh-jauh. Doa bareng-bareng ya...." Ardi menyeringai setelah mengunci pintu dan menjalankan mobil.

"Ardiiiiii, yang bener aja!!!" jerit semua penumpang.

Walau ini kali perdana Ardi menyetir jauh, ternyata tidak ada hambatan sama sekali. Perjalanan mereka lancar walau Nadiah dua kali minta turun di rest area efek bebelet pipis.

"Ardi mau kopi? Biar ga ngantuk?" tanya Nadiah seraya menyerahkan sekaleng kopi ke Sita.

"Boleh deh, makasih, Nad."

"Sini gue bukain." Sita membukakan kalengnya lalu menyerahkan ke Ardi yang segera meminum kopinya.

"Habis minum kopi, nanti minum jamu ya, Di. Karena dunia terasa sepi kalau ga ada kamu," ucap Sita membuat Ardi seketika itu juga langsung menyemburkan minumannya.

Penumpang di belakang tertawa terbahak-bahak. "Njirrrrr, Sitaaaaa. Supir sampe keselek kan tuh! Buahahahaha...." ledek Nimo.

Ardi masih saja terbatuk-batuk dan Sita sibuk membersihkan dashboard mobil yang disembur Bang supir dengan tisu.

"Abis ini mobil mendadak sepi banget! Loe berdua hampir molor kan di belakang? Kasian Ardi tau!!"

Batuk Ardi sudah mereda dan dia ikut tertawa. "Makasih, Sit, tapi lain kali kalau ngelawak jangan pas aku lagi minum ya. Ini masuk ke hidung perih banget!"

My Favorite Person!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang