Surat Lusuh

65 8 6
                                    

"Ketertarikan itu bisa muncul dengan berbagai cara, bahkan dari cara terburuk sekalipun."
- Abyan G. D.


Bandung, 7 Juni 2015

Terdengar dengkuran halus dari seorang laki-laki. Sendirian di ruangan yang dingin, ditambah keberadaan sofa yang empuk, siapa yang tidak tergoda untuk menyelam ke pulau kapuk barang sebentar?

Namun, suasana tenang itu hancur oleh suara gebrakan yang cukup keras. Si lelaki masih tetap tertidur walau sempat memperbaiki posisi tidurnya yang terlihat kaku.

Suara gebrakan tadi diikuti dengan derap langkah kaki yang terdengar tergesa dan ceroboh.

Tubuh kaku lelaki itu menerima guncangan brutal dari seseorang yang baru saja masuk.

"Bangun!" Terdengar seruan dari seseorang tersebut.

Si lelaki yang merasa terganggu pun akhirnya mengerjapkan matanya dengan perlahan, mencoba mengumpulkan nyawa sebanyak mungkin. Ia mengusap wajahnya dengan kasar dan melihat ke sekeliling.

"Sialan, lo. Ganggu mulu," laki-laki itu mengumpat dengan suara khas bangun tidur.

"Nih, lo panen adek cantik," Abyan, lelaki yang baru saja terbangun, menatap heran lawan bicaranya.

"Hm?"

"Gue aja gak dapet sebanyak itu, duh. Padahal masih gantengan gue, heran sama mata cewek zaman sekarang," Randy, si lawan bicara, bersungut kesal.

BRUK!

Randy membanting sebuah kardus kecil berisi surat cinta dari adik kelas yang baru menyelesaikan masa PLS mereka di meja yang berada tepat di hadapan Abyan.

Abyan menatap tumpukan surat beraneka ragam bentuk dan warna itu dengan tidak berminat. Wewangian yang menusuk hidung dari surat-surat itu menguar dengan kuat.

"Baunya nyengat banget, sialan."

Namun setelah ditelaah, ada beberapa surat yang cukup menarik perhatian Abyan.

Pertama, surat dengan satu-satunya amplop berwarna hitam diantara warna-warna girly lainnya, ia jelas penasaran dengan isinya.

Kedua, surat dengan pengirim berjenis kelamin pria, ia membaca sekilas nama pengirimnya. Cukup jarang, bukan, siswa memberi surat kepada seseorang yang bergender sama dengannya?

Ketiga, surat dengan amplop yang terlihat kusam dan robek di beberapa tempat, jangan lupakan coretan sembarang di sana-sini.

Beberapa surat itulah yang dianggap Abyan sebagai 'perusak pemandangan'.

Ia jadi mengingat masa PLSnya, saat ia memberi surat cinta kepada Kak Lia, kakak kelasnya yang sangat cantik, dan jangan lupakan poin terpenting, seksi. Abyan terpana dibuatnya.

Suratnya saat itu basah karena kelalaiannha sendiri yang menumpahkan air soda ke amplopnya. Rangkaian kata menggelikan yang telah ia susun dengan sepenuh hati menjadi buram, kertasnya pun jadi beraroma menyengat. Entah Kak Lia membaca suratnya atau tidak.

Jemari Abyan mulai memisahkan perekat surat yang pertama, yaitu surat dengan amplop berwarna nyeleneh, yaitu warna hitam. Warna yang kurang cocok untuk surat cinta.

Di depan amplopnya tertera nama 'Sarah Aleana' yang sengaja ditulis dengan tinta merah. Cap bibir dari lipstick yang berwarna terang tak luput dari perhatian Abyan walau terlihat samar. Abyan bergidik ngeri karenanya.

Abyan membaca surat tersebut dan tak berselang lama, ia segera melipat kertasnya dan mengembalikannya ke amplop.

'Jauhi adik kelas bernama Sarah!' Batin Abyan nelangsa.

Isi suratnya kurang lebih seperti ini.

Dear Mine,

Sejak PLS dimulai, mata indah ini tak sedetik pun beralih dari satu titik, yaitu titik dimana aku sunguh terpukau dan tak ingin beranjak. Kewibawaan dan pesonamu memang sungguh menawan nan rupawan.

Terima kasih untuk 3 hari berharga yang telah kita lewati bersama. Eh, bukan gitu maksudnya, kak. Maksud Sarah, makasih gitu udah jadi 'pembina' Sarah waktu PLS.

Kalau Sarah pernah buat kesalahan tolong dimaafin, kak, karena sesungguhnya itu manusiawi, hehe. Omong-omong, Sarah suka sama kakak ;)

Love, kiss and hug,

Sarah Aleana.

See? Abyan bahkan tidak mengetahui wajah dari siswi bernama Sarah itu.

Jemarinya meraih amplop kedua.

Nama pengirimnya tidak begitu jelas, yang terbaca hanya 'Putra' di belakang saja.

'Ini huruf k atau r, sih?' Begitulah kira-kira pikiran Abyan saat ini.

Surat tersebut berisi,

'Kakak ganteng deh, mancung gituch.
-Dika Ganteng.'

Randy menghampiri Abyan dan segera menarik kertas yang ada di genggamannya.

"Wah, gue juga dapet surat dari ini bocah."

"Lah? Bukannya cuma boleh kasih surat ke satu orang doang?" Tanya Abyan.

"Gak tau, deh."

Abyan tak memperdulikan Randy yang sedang mencak-mencak, atensinya beralih pada amplop terakhir.

Amplop ini tampak lusuh dan penuh noda kecoklatan. Sudah pasti amplop bekasan.

Tertera 'A. P. C.' sebagai nama pengirim di sudut atas kiri amplop. Di sebelah nama tersebut, terdapat tulisan yang dicoret dengan tak karuan. Abyan tak terlalu mementingkan hal ini.

'Semoga, ini layak,' batinnya tak yakin.

Abyan membuka amplop dengan kasar dan menarik kertas yang terdapat di dalamnya.

Setelah membaca beberapa patah kata, benar saja dugaannya.

'Ini surat cinta atau surat apa?!'

to be continued.

11.20 pm; june 28.

PULANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang